Kacau
karena kecantikan bisa disebabkan oleh nafsu birahi dan keharuman. Bagaimanapun
dua hal itu sangat berbeda, dan seharusnya tidak ditulis berdampingan.
Semua
transaksi dagang berjalan baik.
Kedamaian
terlihat dimana-mana dan dunia dalam masa keemasan. Kekacauan yang melanda
empat negara diingat sebagai peristiwa yang memakan nyawa luar biasa banyak.
Kalau saja Kaisar saat ini yaitu Panglima Zhen Beiwang yang terkenal tidak
memutuskan untuk turun gunung dan menyelesaikan kekacauan serta menyatukan seluruh
negara, entah berapa tahun lagi baru bisa melihat kota yang sangat sibuk
seperti ini.
Sebuah
tangan ramping membuka tirai kereta, dan membiarkan suara kebisingan dari luar
terdengar di dalam. Ada suara orang menawarkan barang dagangannya, tertawa, dan
suara seorang nyonya muda sedang menawar makanan. Sungguh berisik.
Sepasang
mata yang cermelang, memandang dengan kagum pemadangan di luar kereta sebelum
akhirnya kembali ke kegelapan di dalam kereta.
Kereta
itu sangat indah dan mewah dengan ornament yang terbuat dari emas dan perak.
Bahkan para kuda penariknya menggunakan tali kekang berlapis perak. Bersama
delapan belas penjaga yang menunggangi kuda berjalan disekitar kereta, mereka
berderap maju melewati daerah yang ramai itu.
Seorang
pria dan wanita duduk di dalam kereta, dan mereka bukan bangsawan biasa. Si wanita
usianya baru beranak dewasa, ia memiliki wajah yang cantik seperti bunga plum
yang sedang mekar. Bibirnya sudah berwarna kemerahan meski tanpa pewarna bibir.
Ia memiliki aura kebangsawanan yang membuat semua orang terpaku.
Ia
adalah Putri dari Kediaman Weihao yang berada jauh disana. Putri itu bernama
Yin Luo, yang paling cantik di seluruh Kediaman. Karena kepintarannya ia
menjadi yang paling disayang oleh Kepala Keluarga Weihao.
Yang
pria adalah kakak laki-lakinya Yin Ti. Mereka dua bersaudara datang dari tempat
yang sangat jauh dengan membawa banyak sekali harta berharga, datang ke tempat
ini untuk urusan yang sangat penting yang menyangkut masa depan keluarga
Weihao.
“Apa
yang adik pikirkan?” Yin Ti bertanya.
Yin
Luo menimbang agak lama, lalu menjawab, “Aku sedang menerka-nerka, seperti apa
wajah Kaisar negara Ting ini. Kisah kepahlawanannya sudah beredar diseluruh
penjuru selama bertahun-tahun, jadi, pria itu, saat ini pasti sudah tua.”
Yin
Ti terkekeh mendengarnya, “Mengapa adik bisa menyimpulkan seperti itu? Kaisar
ini adalah Panglima perang terkenal sejak muda, ia memimpin pasukan untuk
menjaga kedamaian Dong Lin sejak usia lima belas tahun dan melewati peperangan
yang tak terhitung jumlahnya. Musuh-musuhnya akan gemetar ketakutan begitu
mendengar namanya. Setelah itu, entah karena apa, dia tiba-tiba menghilang,
kabarnya ia menyepi tinggal di tengah gunung meninggalkan segala permasalahan
dunia. Setelah semua Jendral dari empat negara dikalahkan dan dunia dalam
kekacauan, ia akhirnya turun gunung, membereskan kekacauan itu, lalu medirikan
negara Ting. Pasukan Ting baru didirikan selama enam tahun, dan kalau kau
jumlahkan semuanya, sang Kaisar baru berumur diatas tiga puluhan, puncak usia
seorang pria.”
Yin
Luo ragu apakah perkataan kakaknya bisa dipercaya. Ia menyingkap tirai dan
melihat ke luar lagi, dan tiba-tiba berkata, “PasukanTing.”
“Kenapa?”
“Pasukan
Ting?”
Wajah
Yin Ti tiba-tiba terkejut, ia meminta kusir kereta untuk berhenti. Ia berbisik
si samping Yin Luo, “Ada masalah apa?” lalu ia mengikuti arah pandangan Yin Luo
diluar.
Terdapat
bangunan restoran besar bertingkat tiga di pinggir jalan. Sebuah bendera besar
terpasang di dalam ruangan tengah di depan pintu masuk. Bendera itu
bertuliskan, “Kesalahan masa lalu diceritakan dan saling bertukar kisah kepada
yang melintas.” Seorang pria yang terlihat seperti pendongeng menggelengkan
kepalanya sambil duduk, ia dikelilingi oleh orang-orang yang membentuk
lingkaran yang penasaran dengan apa yang akan ia katakan. Sepertinya sang
pemiliki restoran sengaja mengundang sang pendongeng untuk menarik orang-orang
agar mereka tertarik padanya, sehingga sang pendongeng akan lebih dikenal.
“Pinggirkan
kereta, agar kita lebih dekat.”
“Adik..”
“Aku
tidak akan mengacau, kita masih punya banyak waktu.” Yin Luo mengerakan
bibirnya untuk tersenyum pada kakaknya.
Begitu
Yin Li melihat adiknya tersenyum manis, ia tidak ingin mengecewakannya, jadi ia
memerintahkan para penjaga untuk berhenti dan menunggu. Begitu kereta
dipinggirkan dekat restoran, ia memerintahkan sang kusir untuk memberikan
sejumlah uang dan arak pada sang kepala restoran agar bersedia meminta sang
pendongeng untuk berbicara lebih keras sehingga mereka yang berada di kereta bisa
ikut mendengarnya juga.
Saat
itu kisah yang dibawakan sedang berada di bagian yang paling menarik.
“Ketika
sang Kaisar saat ini membaca surat yang menjelaskan tentang situasi yang sangat
kacau yang sedang berlangsung saat itu di seluruh empat negara, meskipun
alismatanya berkerut lama sekali, tapi ia tidak mau mengubah pendiriannya. Ia
memberitahu bawahannya, ‘Aku sudah tidak peduli dengan semua hal ini, apapun
yang akan kau katakan tidak akan berguna’. Dari kata-katanya, ia menunjukan
kalau ia tidak akan setuju untuk turun gunung.”
Mendengarnya,
orang-orang yang mengelilingnya berubah ekspresi. Mereka menghela napas, lalu
seseorang berteriak, “Mengapa Kaisar kita tidak mau turun gunung? Dunia sudah
sangat kacau begitu.”
“Mengapa
kau khawatir? Kalau Kaisar kita sampai akhir, tetap tidak turun gunung,
darimana kita mendapatkan kedamaian saat ini?” Sang pendongeng tertawa kecil
dan ia meneguk tehnya beberapa kali untuk menyegarkan tenggorokannya. Lalu
ekspresinya berubah total, “Begitu bawahannya mendengar ucapannya, mereka
mejadi panik, ‘Mengapa Tuan tetap tidak mau melakukan apapun pada saat seperti
ini?’ Tapi dalam kepanikannya, si bawahan memikirkan sebuah ide hebat. Ia
mengatakan pada Kaisar kita, ‘Meskipun banyak pahlawan di bawah langit ini,
tapi Tuan satu-satunya yang bisa menyelamatkan Nona Bai, Nona Bai saat ini
berada dalam bahaya, kalau Tuan tidak segera menolongnya, ia tidak akan
bertahan.’ Begitu Kaisar mendengarnya, ekspresi wajahnya langsung berubah
total. Matanya membelak dan ia berteriak, ‘Siapa yang berani menyaikti Permaisuri!
Aku akan membunuhnya!”
Sang
pendongeng menatap dengan marah, menyentuh hati pendengarnya. Tiba-tiba sebuah
suara tawa ringan memilih jeda ini untuk terdengar. “Kau berbohong, jangan
menambahkan sesuatu seperti itu dalam ceritamu. Pasukan Ting masih belum
terbentuk, bagaimana sang bawahan tahu, kalau Nona Bai yang akan menjadi Permaisuri?”
“Huuh,
tidak ada yang berpikir kau pintar kalau kau cukup sopan untuk tetap diam,
kata-katamu akan terasa kosong.” Sang pendongeng menjadi serius kembali,
“Tentang Nona Bai, kisahnya jauh lebih luar biasa. Ia tumbuh besar di
lingkungan Kediaman Jin Anwang dari Gui Li, bisa bernyanyi dan menari dengan
indah sejak kecil. Kesampingkan kemampuan luar biasanya dalam bermain kecapi,
ia mendapat berkah yang hanya diperuntukan bagi para pria, yaitu mempelajari
seni perang. Seorang peramal mengatakan ia adalah dewi yang turun dari langit,
untuk membantu manusia. Setelah Raja Gui Li mengetahui hal ini, ia menurunkan
perintah menjadikan Nona Bai sebagai selirnya, tapi ketika Nona Bai menemui
Raja Gui Li, ia berkata, ‘Anda tidak pantas untukku, aku akan menikahi penguasa
sejati umat manusia. Setelah itu, ia memilih Kaisar kita, tidakkah kau lihat
betapa hebat penilaiannya?”
Yin
Li yang duduk di dalam kereta sambil mendengarkan ttiba-tiba terkekeh, “Sungguh
dibesar-besarkan, kalau seorang wanita tidak terkalahkan dalam hal apapun, maka
ia tak lebih dari seekor monster.”
Seseorang
berkata lagi dengan pelan, “Tuan, kau bilang Permaisuri kita adalah Dewi yang
turun dari langit, jadi wajahnya pasti cantik sekali, benar kan?”
“Tentu
saja, kecantikannya sangat halus.” Si pendongeng menunjukan wajah kagum dan
memuji, “Ia seperti warna terbaik di dunia, tak ada yang bisa menjadi
tandingannya. Wajahnya anggun bagai bunga, suaranya bagai burung. Dulu, waktu
masih muda, Kaisar kita sering bertemu wanita cantik, tapi begitu ia melihat Permaisuri,
hanya dengan satu kali menatapnya ia melupakan semua wanita-wanita itu, tinggal
wajah sang Permaisuri yang berada di matanya.”
“Benarkah?”
seorang pria tua agak mencurigainya, “Kudengar dulu Raja dan Permaisuri kita
saling berperang di perbatasan Bei Mo, setidaknya itulah yang dikatakan
Pendongeng Zhang atau sesuatu seperti itu.” Dan sepertinya orang-orang yang
lainpun mendengar hal yang sama dan mereka semua menangguk setuju.
“Bohong!”
si pendongeng menyeringai, “Kaisar dan Permaisuri adalah sepasang kekasih yang
saling mencintai. Bagaimana mungkin mereka saling berhadapan di medan perang?
Jangan dengarkan omong kosong si Zhang itu.”
Percekcokan
terus berlangsung, dan tirai jendela kereta perlahan mulai di turunkan.
“Tak
ada yang penting, ayo pergi.”
Kuda-kuda
mulai melangkah perlahan.
Tak
lama kemudian, rombongan itu sudah keluar dari kota kecil itu. Di kejauhan
mereka melihat sebuah jalan terhampar. Di sebelah kanan jalan terhampar rumput
hijau yang lebat, dan jalan itu seperti tanpa ujung.
Yin
Li memperhatikan adiknya, mereka telah berjalan jauh dalam diam sampai akhirnya
ia memulai pembicaraan, “Jangan dengarkan omong kosong si pendongeng, tidak ada
Dewi. Tak peduli secantik apapun sang Permaisuri, tidak akan secantik adikku.
Bahkan kalau ia lebih cantik darimu, bagaimana mungkin ia tetap cantik setelah
ia semakin tua? Begitu kau memasuki istana, aku yakin hati Kaisar akan terikat
kuat padamu.”
Pandangan
Yin Luo berbalik menatap Yin Li dengan dingin. Yin Li masih menganggap
perkataannya benar sampai ia melihat tatapan dingin adiknya yang seperti
mencabik-cabik jantungnya. Dan ia segera terdiam.
“Pasukan
Ting terlalu kuat. Negara Ting memiliki kuda yang kuat dan juga para
prajuritnya untuk tetap mempertahankan kesatuan empat negara. Meskipun Kediaman
Weihao kita berada sagat jauh, mereka tetap merupakan salah satu ancaman. Ayah
benar, mengatur pernikahan seperti ini mungkin satu-satunya jalan melindungi
rumah kita.” Yin Luo menghela napas pelan, ia tersenyum getir, “Yin Luo hanya
khawatir, Kaisar mungkin tidak akan terperangkap oleh kecantikan. Dan kalau itu
benar, maka perjalanan ini akan menjadi sia-sia.” Dalam pikirannya tiba-tiba
terlintas sesuatu. Ia berguman dengan pucat, “Pasukan Ting? Negara Ting?......
Nama Permaisuri itu? Bukankah Pingting?”
Yin
Li menjadi tidak tenang ketika mendengarnya, ia memaksa sebuah senyuman di
wajahnya untuk menenangkan adiknya, “Tolong jangan merasa kalah dulu adikku,
aku yakin para pria di bawah langit ini tidak akan mengabaikan kecantikanmu.
Kaisar juga seorang pria, dan Permaisuri usianya sudah hampir tiga puluh.
Mereka seharusnya sudah jenuh satu sama lain karena usia pernikahan yang begitu
lama, sudah waktunya untuk menemukan cinta baru. Selama kau mempercayai
kecantikanmu sendiri untuk kebaikan, tak ada yang perlu di takutkan….”
“Tak
ada yang perlu dibahas lagi kakak.” Yin Luo berbalik, “Kita akan tahu begitu
kita bertemu Dewi luar biasa milik Kaisar ini. Aku sudah punya rencana
sendiri.”
Di
udara lembab, langkah kaki kuda terus berderap.
Diluar
jendela, hutan liar tidak terbatas. Tujuan perjalanan mereka, ibukota negara
Ting, seharusnya berada di ujung jalan ini.
Keluarga
Weihao adalah keluarga termasyur yang berada jauh disana. Para prianya ahli
beda diri dan terlatih dalam pertarungan
sedangkan para wanitanya sangat cantik, ramping dan lembut. Mereka memiliki
pahlawan dan wanita cantik, karena Kediaman mereka menyatakan status
kebangsawanan mereka, mereka jarang diserang oleh yang lainnya dan tidak takut
dengan orang luar, sehingga mereka bisa mengumpulkan banyak harga berharga
selama beberapa generasi.
Hanya
saja sang Kaisar Negara Ting ini memiliki kekuatan yang luar biasa besar dan
masih tergolong muda, sehingga cukup untuk membuat para tetua Kediaman Weihuo
merasa takut dan terancam. Dan pada akhirnya mereka harus mengirim si cantik
yang merupakan harta berharga keluarga Weihao yang belum pernah ada sebelumnya.
Setelah
melewati perjalanan sepanjang malam sekali lagi, rombongan mereka, akhirnya
mencapai ibukota Negara Ting.
Yang
bertugas menyambut mereka adalah orang kepercayaan Kaisar sendiri sang Jendral
Macan yang bernama Moran. Moran berada diatas kudanya berada di paling depan
barisan, ia segera memimpin rombongan itu ke istana yang mewah dan megah. Moran
turun dari kudanya dan berjalan ke sisi samping kereta, ia berkata dengan agak
keras, “Tuan Putri, silakan turun. Kaisar telah memerintahkan hamba untuk menyambut
Tuan Putri dan membawa Tuan Putri bertemu Permaisuri.”
Di
dalam kereta, Yin Luo dan Yin Li terkejut mendengarnya, mereka saling menatap
denga putus asa.
Yin
Li bertanya dengan penasaran, “Kita sudah datang sejauh ini dan bendera kita
masih belum diturunkan, mengapa Kaisar tidak bersedia menemui kita terlebih
dahulu, malah meminta kita bertemu Permasuri? Untuk apa pertunjukan kekuasan
ini, disaat kita baru saja tiba?” wajahnya menunjukan ekspresi kesal.
“Apa
yang perlu ditakutkan Yin Luo, berada di tempat yang kewenangan sepenuhnya
berada di tangan sang istri?” Yin Luo tersenyum masam, keanggunannya bersinar
menyelubunginya.
Yin
Li mempertimbangkan, “Bagus adik, seperti itulah seharusnya dirimu. Jangan
kacaukan Kediaman Weihou, Putri Pertama yang termasyur.” Ia berdiri dan
membantu Yin Luo turun dari kereta. Yin Luo mengenakan pakaian lengkapnya yang
mewah.
Moran
segera menghentikan Yin Li, “Permaisuri hanya menunggu Tuan Putri, silakan,
sebelah sini, Tuan Putri.”
Yin
Li memberikan tatapan tidak senang pada Moran dan hendak mengatakan sesuatu
tapi Yin Luo segera berkata dengan yakin, “Jangan khawatir kakak, aku memang
harus masuk sendiri ke istana ini cepat atau lambat.”
“Ingatlah,
tak ada yang menandingi kecantikanmu. Tak ada yang lebih pantas selain kau yang
berhak mendapatkan kasih sayang Kaisar.” Yin Li mengenggam tangan Yin Luo dengan erat sambil berbisik.
Yin
Luo membalas tatapan kakaknya dan ia mengangguk, “Yin Luo akan selalu
mengingatnya.”
Langkah
demi langkah, ia mengikuti Moran tanpa suara, setiap langkah yang diambilnya
membawanya semakin ke dalam, ke istana.
Yin
Li menunggu selama tiga hari di sebuah rumah peristirahatan yang disiapkan
untuk menjamu tamu penting yang berasal dari kalangan keluarga bangsawan. Ia
belum mendengar kabar apapun dari Yin Luo, sama sekali. Bagaimana keadaannya?
Apa ia telah bertemu Kaisar dan mendapatkan hatinya? Apa ia sudah berhasil
melewati kekuasaan sang Permaisuri?
Tak
satu katapun diterimanya.
Dan
akhirnya sang Kaisar mengundangnya, Kaisar menerima surat dari Kepala Keluarga
Weihao dan berbagai hadiah lainnya dan sebagai balasan Kaisar juga memberikan
banyak hadiah kepada Keluarga Weihao.
Sang
Kaisar, si pemilik kekuasaan luar biasa ini, sungguh diluar dugaan. Sangat muda
dan tampan, sama sekali tidak terlihat seperti pria berusia tiga puluhan.
Yin
Li berbicara atas kepentingan ayahnya, dan menyatakan kalau Keluarga Weihao
hanya mengharap kedamaian.
Kaisar
tersenyum bangga, “Para penduduk sudah cukup menderita akibat peperangan, jadi
aku tidak akan menggerakan pasukan tanpa alasan.” Dan ia menambahkan,
“Permaisuri juga tidak menyukai peperangan.” Ketika membicarakan permasurinya,
ekspresi di wajah tampannya menampakkan kelembutan, sesuatu yang sama sekali
tak bisa diragukan.
Yin
Li diam-diam merasa waspada dengan hal ini, dan mengambil kesempatan untuk
menanyakan kabar adiknya yang dipanggil oleh Permaisuri.
“Tuan
Putri?” Kaisar berkata, “Oh, Permaisuri sedang merasa agak bosan, biarkan Tuan
Putri menemaninya sebentar sebelum ia membuat keputusan.”
Dengan
perkataan Kaisar yang seperti itu, Yin Li tak bisa bertanya lebih lanjut.
Hari
itu, Kaisar sedang dalam suasana hati yang menyenangkan. Maka ia berbincang
tentang yang sedang ramai dibicarakan, juga tentang militer dan perbatasan, dan
perdagangan. Ia juga membicarakan hasil panen tahun ini yang sangat baik, dan
pembuatan rumah bagi para pejabat pengadilan di daerah-daerah. Ia memulainya
dari hal kecil lalu ke masalah besar, dan terkadang mengangkat masalah
kekaisaran, tapi kemudian ia berhenti dan tersenyum pada Yin Li, “Bagaimana
menurut Pangeran tentang hal ini?”
Yin
Li mengambil langkah mundur satu kali dan membungkuk.
Ia
akhirnya mengerti mengapa orang ini selalu membuat musuh-musuhnya gemetar
ketakutan. Sang Kaisar memiliki keberanian luar biasa dan tatapan mata sangat
tajam yang bisa menembus pikiran seseorang, tak diragukan lagi, ia mampu
membinasakan musuh-musuh yang bahkan tidak terlihat.
Setelah
memohon pamit dari sang Kaisar dan keluar dari aula utama. Yin Li menghela
napas dan berkata pada penjaga yang menunjukan jalan, “Negara Ting sungguh
memiliki Kaisar yang bijak, aku rasa tak ada seorangpun di dunia ini yang bisa
menerka jalan pikiran sang Kaisar.”
Si
penjaga tertawa mendengarnya, ia berbalik dan berkata, “Pangeran, anda salah, ada
seseorang yang bisa menebak jalan pikiran Kaisar seratus persen tepat.”
“Oh?”
Si
penjaga menunjukan jarinya ke sebuah arah di kejauhan. Dan setahui Yin Li,
tempat itu adalah kediaaman Permaisuri yang berada jauh di dalam istana.
“Per….
Permaisuri?”
Perasaan
tidak enaknya semakin kuat, merambat naik dari tulang belakangnya.
Selama
tiga hari ini, perasaan tidak enak ini tak pernah hilang. Yin Luo, adik
kesayangannya, saat ini sedang membawan nama sebagai Putri Pertama Keluarga
Weihao, untuk menghadapi wanita yang seperti apa? Apakah adik akan membuat
keluarga kita menjadi dibenci? Apa adik akan keluar sebagai pemenang dalam
pertempuran di dalam istana itu?
Ia
tiba-tiba teringat ketika Kaisar membicarakan adiknya ia menyebut sebagai ‘Tuan
Putri’ dan tidak secara langsung menyebut namanya. Apakah itu berarti Kaisar
belum bertemu Yin Luo secara langsung?
Yin
Li kembali ke rumah peristirahatan seperti seekor hewan buas yang terpenjara.
Niat
damai mereka telah disampaikan, maka tujuan mereka sudah tercapai. Tapi ia
tidak bisa mengabaikan Yin Luo yang masih berada jauh di dalam istana. Kalau Yin
Luo tidak bisa menemukan kebahagiaan, nasibnya akan sangat kacau.
Orang
adalah orang, mereka selalu berusaha mencapai tujuan mereka dan hanya akan menyesal
begitu harganya selesai dibayar.
“Bagaimana
kabar Tuan Putri Yin Luo?”
“Aku
ingin bertemu Kaisar.”
“Aku
ingin bertemu Permaisuri.”
“Tidak
ada yang bisa menemuiku? Baiklah, aku ingin bertemu Jendral Macan yang membawa
adikku masuk ke istana!”
Ia
sangat ingin mengeluarkan pedangnya dan melawan untuk menerobos masuk, beberapa
kali. Ia khawatir Yin Luo telah terbunuh oleh istri iblis itu di dalam istana. Ia
membenci dirinya sendiri karena telah mengirim adiknya dari rumah mereka yang
berada jauh sekali, ke tempat asing ini tanpa perlawanan sedikitpun, agar
adiknya bertarung dalam pertempuran yang mustahil dimenangkan.
Kata-katanya
yang diucapkan untuk menenangkan Yin Luo sepenuhnya bohong, semuanya hanya
omong kosong!
Ia
hanya seorang pria berengsek yang menukar nyawa adiknya untuk kehidupan tenang.
Sebelum
saat-saat Yin Li hampir gila, tiba-tiba Yin Luo kembali.
Ia
telah berganti pakaian, mengenakan pakaian para wanita bangsawan negara Ting. Pakaiannya
yang berwana putih sutra sepadan dengan rambutnya yang hitam yang tebal,
membuat penampilannya sangat istimewa. Begitu ia memasuki ruangan, ia menatap
kakaknya lama sekali, lalu ia menundukan kepalanya. Ia menutup bibirnya menahan
tawanya, tapi itu tak berlangsung lama, ia segera tertawa kecil, lama sekali,
sampai akhirnya ia menegakkan kepalanya dan menatap Yin Li yang terlihat putus
asa dan juga terkejut.
“Aku
bertemu Permaisuri.” Ia hanya mengucapkan beberapa kata setelah agak lama.
“Bagaimana
rupanya? Aku tidak percaya kalau wanita itu lebih cantik darimu. Adik, ia tidak
menggunakan kekuasaannya sebagai Permaisuri untuk menghukummu bukan?”
Yin
Luo berpikir agak lama lalu berguman, “Tidak bisa dikatakan dengan kalimat seperti
itu…”
“Apa?”
“Kubilang…”
Yin Luo menunjukan ekspresi sedang mengingat-ingat. Tatapannya menuju ke arah
istana yang berada di bawah sinar matahari, “Tidak seharusnya dikatakan dengan
kalimat seperti itu.” Ia berbalik lagi dan menatap Yin Li sambil tersenyum
indah, “Kakak, ayo kita pulang. Permaisuri berkata, aku bisa memilih untuk
tetap di istana atau pulang ke rumah. Tak peduli apapun yang kupilih, tujuanku
sudah tercapai, maka generasi saat ini dan seterusnya dari Negara Ting dan Keluarga
Weihao akan selalu menjadi teman.”
Ia
menatap ekspresi Yin Li yang tidak percaya, lalu ia dengan senang memutari Yin
Li, seperti seekor burung phoenix yang terbang bebas.
“Kakak,
ayo kita pulang ke rumah.” Mata cermelang itu bersinar dari balik bola matanya
yang hitam.
Kekacauan
karena kecantikan bisa karena nafsu birahi atau keharumannya.
Nafsu
birahi dan keharuman sangat berbeda.
Karena
itu, seharusnya tidak diucapkan dalam satu kalimat.
Di
sebuah negara, tidak perlu nemambah warna lain dari seorang selir, ketika warna
terindah sudah hadir dari seorang Permaisuri.
Pulanglah,
Putri Pertama Keluarga Weihao. Meskipun kau berniat mengambil hati sang Kaisar,
kau hanya akan dilupakan dalam perjalanan panjangmu.
Itu
bukan nasibmu.
Pulanglah,
gadis muda yang cantik.
Kau
belum berpengalaman dengan kuda yang marah, baju yang berlumur darah, hari-hari
panjang pertikaian dalam militer, suara indah kecapi, perasaan menyesakkan
karena keputusasaan, dendam yang tak ada akhir, keberanian yang mampu menelan
dunia, merasakan hutan belantara, cinta yang hangat, bahkan ratusan ribu pada pendongeng takkan
mampu menyelesaikan cerita mereka.
Pulanglah,
seharusnya tawamu bergema di rumahmu tercinta, bergema di telinga orangtuamu
yang menyanyagimu.
--
Tengah
malam, di dalam istana, sepasang mata dengan diam menatap bulan yang bersinar
terang di langit.
Seorang
pelayan istana tanpa suara masuk dari luar ruangan, membungkuk sambil
melaporkan, “Nyonya, Tuan Putri itu sudah berangkat, meninggalkan ibukota malam
ini.”
Pingting
bangun, dari posisinya yang berbaring dengan nyaman di atas bantal empuk.
“Dimana
Jendral Moran?” ia tiba-tiba bertanya.
“Aku
tidak tahu.”
“Apa
ia di Kediamannya?”
“Yang
kudengar, ia belum kembali.”
“Apa
ia menemani Kaisar mengurus masalah pemerintahan?”
“Dari
seorang pelayan di samping Kaisar, kudengar kalau Kaisar berdiskusi dengan dua
Pejabat Senior tapi tidak ada Jendral Macan disana.”
Pingting
tidak dapat memikirkan apapun sejenak, tapi kemudian ia berkata dengan sedih, “Kalau
begitu ia pasti mengerjarnya, entah ia pergi sendiri atau membawa beberapa
orang atau membawa seribu orang.”
Si
pelayan bingung mendengarnya. Wanita yang telah menciptakan negera ini
tiba-tiba tertawa lebar seperti anak kecil. Ia bertepuk tangan ringan, “Aku
bertaruh ia pasti tidak bisa menahannya. Moran tersayang, Jendral Macan yang
perkasa, seluruh jiwanya telah terperangkap oleh Tuan Putri muda itu hanya
dalam tiga hari. Baiklah, kau sudah seharusnya merasakan cinta.”
Pingting
berkata lagi pada si pelayan, “Kau pergilah temui Kaisar, beritahu Kaisar untuk
segera memilih seseorang untuk mengambil alih pekerjaan Jendral Macan, agar
nanti ketika diketahui sang Jendral telah menghilang, tak akan terjadi
keributan.”
Begitu
Pingting selesai berkata, Chu Beijie tiba. Ia bertanya sambil melangkah masuk
ke ruangan, “Siapa yang menghilang?”
Pingting
tersenyum sambil memikirkan semuanya sebelum akhirnya ia berkata, “Kau belum
tahu bagaimana Moran menemukan berbagai macam alasan untuk datang
mengunjungiku. Dari : daftar upeti yang baru tiba dan harus dilihat oleh
Permaisuri, acara perayaan berikutnya yang akan diadakan di istana, dan segala
macam rencana yang harus di atur oleh Permaisuri untuk beberapa tahun kedepan. Bukankah
semua itu hanya alasan untuk bertemu Tuan Putri? Tapi aku bisa menilai kalau
Tuan Putri sangat pintar dan tidak akan mudah didapatkan, Moran harus berjuang
keras.
Chu
Beijie tertawa lebar, “Apa dia bisa lebih menderita dibanding mengikutiku?” ia
menyuruh si pelayan undur diri dengan lambaian tangannya, lalu memeluk Pingting
dan membopongnya ke tempat tidur.
Wajah
Pingting merona padam. “Kau… kau seorang Kaisar yang terhormat sekarang. Kau seharusnya
menjaga tindakanmu sedikit.” Ia berbalik, dan Chu Beijie mengambil kesempatan
itu untuk melepaskan tusuk rambut burung phoenix dari kepala Pingting, dan
membiarkan rambutnya terurai di sekitar tempat tidur.
Chu
Beijie perlahan mendekati dan mencium aroma Pingting di sekitar lehernya. Ia berbisik,
“Apa Permaisuri masih ingat lagu yang pernah ia nyanyikan untukku, dulu?”
“Tidak.”
Pingting memutar bola matanya dan ia sedikit marah, “Aku hanya ingat seseorang
telah menghancurkan kecapiku dan mengunciku di sebuah ruangan kecil di kediaman
terpencil, dan memaksaku ratusan kali.”
“Aku
mengaku, aku salah.” Chu Beijie segera menyerah lalu ia berkata lagi dengan
suara lebih pelan, “Itu sudah berlalu lama sekali, apakah Permaisuri berniat
menghabiskan waktu dengan mengulang semua kisah masa lalu kita?”
Pingting
mengatupkan bibirnya sambil terkekeh kecil. Ia menghela napas dengan agak
sedih. “Benar sekali, kisah lama, sesuatu yang tidak akan dikenang seseorang. Sangat
lama, begitu lama berlalu.….”
Dulu
ketika ia bersama Chu Beijie di kediaman terpencil, kekacauan menimpa empat
negara.
Kalau
bukan karena keserakahan hati manusia untuk berjaya, demi mendapatkan seluruh
kekuasan penuh sehingga meracuni semua penduduk dunia, bagaimana Negara sekuat
Ting bisa terbentuk, dan sepasang kekasih kerajaan yang seperti ini?
Jadi
seperti inilah, kisah dari perjalanan yang panjang dan sulit ini, persis
seperti lagu yang pernah dinyannyikan Pingting, membuat kehidupan dengan
jari-jari jemarinya ketika bermain di atas senar kecapi.
Bulan
masih mengantung di langit, dengan lembut membagi sinarnya kepada dua manusia
ini.
Kau
masih ingat, kita pernah bersumpah kepada bulan, tidak akan pernah saling
bertentangan satu sama lainnya?
Mungkin
kita memang tidak pernah saling bertentangan satu sama lainnya.
--00—
TAMAT
Home
novel, translate, klasik, cina, chinese, terjemahan, indonesia
novel, translate, klasik, cina, chinese, terjemahan, indonesia