Rabu, 09 Desember 2015

Gu Fang Bu Zi Shang -- 1.27

-- Volume 1 chapter 27 --

Salju pertama Bei Mo datang dipertengahan bulan November.

Jendral Ze Yin memilih waktu ini untuk datang ke istana, untuk mengajukan pengunduran dirinya dari militer kepada Raja Bei Mo.

“Mengapa begitu tiba-tiba?” Raja Bei Mo tiba-tiba kehilangan minat untuk menikmati salju, ia menoleh kepada Ze Yin dengan mulut menganga.

Ze Yin membalas, “Bahaya di perbatasan sudah berlalu, maka Ze Yin harus menepati janjinya pada Yangfeng.”

“Tidak lagi berurusan dengan masalah militer sehingga kau bisa menemani istrimu hingga hari tua, dan menyaksikan alam berkembang tahun demi tahun, apa aku benar? Sungguh janji seorang pria sejati.” Raja Bei Mo berbalik arah, menolak untuk berkata lebih lanjut. Setelah beberapa saat, ia akhirnya menambahkan, “Apa Yangfeng masih merasa bersalah atas kematian dua Pangeran Dong Lin?”

Ze Yin berkata dengan menghela napas berat dan merendahkan suaranya. “Kebaikan hati seorang wanita sebaiknya tidak dilibatkan dengan masalah negara. Ini bukan kesalahan Yang mulia.”

“Jadi, sepertinya ia masih mendendam padaku. Sungguh di sayangkan, tak ada apapun yang bisa menggantikan seorang teman baik.” Raja Bei Mo tersenyum getir sambil mengangguk, “Apa lagi yang bisa kukatakan? Baiklah, baiklah, Jendral Ze Yin kau boleh pergi.”

Di Kediaman Jendral Utama di Bei Mo, di tengah langit dan tanah yang bersalju terdapat tulisan ‘pergi meninggalkan’ dari atas gerbang utama, tulisan tersebut di tulis sendiri oleh Raja Bei Mo.

Keinginan Ze Yin untuk menggundurkan diri telah lama tercium oleh para pelayan yang telah bersamanya selama bertahun-tahun dan mereka sangat setia. Kemanapun Ze Yin pergi, mereka akan mengikuti, jadi ketika kabar burung menjadi resmi, suasana kediaman tetap tenang seperti biasanya. Setiap orang sepertinya saling mengerti maka mereka membereskan barang mereka masing-masing tanpa banyak bertanya, bersiap meninggalkan Bei Yali.

Salju masih terus turun selama tujuh hari berikutnya, tanpa tanda-tanda akan berhenti.

Jalur perjalanan meninggalkan Bei Yali sangat putih bersalju, dan sebuah kelompok kecil berjalan dengan santai di atasnya. Roda kereta menekan salju, meninggalkan dua jejak yang panjang.

Sebuah kereta yang paling bagus berada di tengah, sebuah pemanas kecil di nyalakan. Yangfeng menundukan kepalanya, melihat ke arah bayinya yang berada di lengannya. Bayi itu begitu aktif, persis seperti ayahnya yang baru akan tertidur setelah begitu lama membujuknya.

Sebuah senyuman terbentuk di bibirnya dan ia meletakan bayinya di atas sebuah selimut kecil, membungkusnya dengan hati-hati. Yangfeng bersin kecil ketika ia mendekati jendela.

“Mengantuk?” Ze Yin bergerak memandangi mereka, perlahan memperhatikan bayinya yang tertidur. Ia terbiasa mengangkat pedang dan membunuh, tapi melihat kelembutan tersebut, seorang bayi yang baru lahir, ia hanya bisa berpikir kalau ia akan menyakitinya jika berusaha memeluknya. Ia merasa lebih takut ketika menjadi seorang ayah pertama kalinya dibanding ketika ia terjun ke medan perang untuk pertama kali.

Yangfeng melihat raut wajahnya dan terkekeh perlahan, bergerak mendekatinya, menyaksikan anak mereka bersama-sama. Dengan suara penuh cinta ia berkata, “Lihat hidungnya dan mulutnya yang kecil. Ia sungguh seperti Ze Yin kecil.”

“Wajahnya mirip ibunya.” Ze Yin sangat riang, “Anak ini benar-benar mirip ibunya. Ia memiliki masa depan menjanjikan. Yangfeng, aku sungguh berterima kasih padamu.”

Yangfeng terkejut. “Terima kasih padaku?”

“Ini semua berkatmu, kalau tidak, bagaimana mungkin aku bisa memiliki seorang bayi yang imut?”

“Apa maksudmu?” Yangfeng merasa marah tapi juga tersanjung. Tidak ingin bayinya terbangun, ia menyentakkan lengan baju Ze Yin. Mereka berdua duduk diam di tempatnya, di atas kasur bulu kecil. Yangfeng berkata dengan pelan, “Apa suami berpikir kalau aku terlalu keras kepala?”

“Mengapa aku berpikir demikian?”

“Yangfeng memaksa suami meninggalkan jabatan Jendral Utama, bahkan meninggalkan Bei Yali untuk menetap ditempat lain. Yangfeng memaksamu pergi bahkan ketika hari begitu bersalju, dan tidak mempedulikan kalau Qing’er bahkan belum satu bulan. Atas semua itu, bukankah berarti Yangfeng terlalu keras kepala.”

Ze Yin tertawa, tanganya yang besar dan kasar menarik wajah Yangfeng dan dengan suaranya yang dalam dan lembut ia berkata, “Apa ada orang lain yang mampu memaksaku, Ze Yin, untuk menggundurkan diri? Berhenti dan meninggalkan Bei Yali adalah harapanmu. Dan sesuai harapanmu, aku akan melakukannya dengan senang hati.” Ia berhenti dan suaranya semakin lembut, “Lagipula, aku tahu kau masih merasa tidak nyaman atas apa yang terjadi pada Pingting. Walaupun hadiah dari Raja terus berdatangan, kau semakin merasa terpojok setiap kali.”

Ketika membicarakan Pingting, wajah Yangfeng menjadi sangat sedih. Dengan suara rendah ia berkata, “Kemarin malam aku memimpikan Pingting. Ia berdiri di depanku, tidak tersenyum, tidak bicara. Aku meraihnya untuk menyentuhnya, tapi ia seperti bayangan, sesuatu yang tak bisa disentuh. Ze Yin, aku telah meminta Pingting untuk membuat sebuah rencana demi Bei Mo.”

“Aku tahu.” Ze Yin menarik Yangfeng ke pelukannya, kesedihan juga berkilas di matanya. “Negaraku, Bei Mo, berhutang banyak padanya, tapi mereka melemparkan semua kesalahan atas pembunuhan dua Pangeran Dong Lin kepadanya. Ze Yin sangat malu untuk bertemu muka dengannya.”

“Ia juga tidak berniat membersihkan kesalahpahaman ini.” Yangfeng putus asa. “Sejak kau mencari dimana Chu Beijie tinggal. Aku sudah mengirim seseorang untuk menyampaikan suratku, memberitahunya untuk menjernihkan hal ini dengan Chu Beijie, kalau orang yang telah membunuh dua keponakannya adalah He Xia. Tapi ia tidak mengirim balasan apapun padaku.”

“Ia seharusnya menjadi tahanan rumah sekarang. Mungkinkah surat yang kita kirim tidak sampai padanya, tapi berakhir di tangan orang-orang Chu Beijie?.”

Yangfeng menggelengkan kepalanya, “Bukankah lebih baik kalau Chu Beijie membacanya? Tapi sepertinya pasukan Dong Lin tidak mengejar He Xia saat ini, artinya kemungkinan besar mereka masih belum tahu apa yang He Xia lakukan. Menurutku Chu Beijie terlalu sombong, sehingga ia takkan menahan atau bahkan mengintip surat milik Pingting. Aku hanya takut kalau Pingting tidak membantah semua itu?”

Alis tebal Ze Yin menjadi kusut, tidak mengerti, “Karena ia tahu kalau He Xia telah berubah, kenapa ia masih mau dihukum untuk menggantikannya?”

Yangfeng merasa agak dingin, ia menggeser tubuhnya ke pelukan Ze Yin sampai ia bisa mendengar detak jantung suaminya yang semakin kencang. Tatapannya beralih kepada bayi yang tertidur di dekatnya dan ia menghela napas sambil berkata. “Kecewa kepada seseorang adalah satu hal, tapi membencinya adalah hal lain. Pinting sangat tahu hal ini, begitu ia mengatakan hal yang sebenarnya, maka He Xia akan segera menjadi buronan nomor satu bagi Dong Lin. Lantas apa bedanya dengan membunuhnya sendiri? Persahabatan mereka sudah terjalin selama belasan tahun takkan bisa hancur semudah itu.”

Suara Yangfeng menjadi pelan dan semakin pelan, sepertinya ia lebih memikirkan masalahnya lebih dari sebelumnya. Ia ragu agak lama tapi akhirnya ia berkata, “Aku lebih khawatir karena ia begitu cerdik, daripada mencoba meluruskan kesalahpahaman, sepertinya Pingting malah akan menggunakan ini untuk menguji perasaan Chu Beijie. Aaah, bagaimana mungkin hati seorang pria bisa di uji?”

Ze Yin bisa merasakan kesedihan pada nada suaranya, ia sangat khawatir kalau Yangfeng jatuh sakit, karena hari ini belum lewat lima belas hari sejak ia melahirkan dan begitu banyak kekhawatiran di pikirannya. Ze Yin menepuk pundaknya dengan lembut dan menyakinkannya. “Jangan terlalu khawatir. Walaupun aku sudah menggundurkan diri tidak berarti aku kehilangan pengaruh. Jika Pingting membutuhkan sesuatu kita pasti bisa membantunya.”

“Semoga para dewa melindungi Pingting.” Yangfeng mengepalkan tangannya di dadanya, berdoa.

Kelompok perjalanan Ze Yin perlahan semakin maju melewati tanah berlapis salju, sementara itu langit di penuhi kembang api di halaman istana kerajaan negara Yun Chang.

Istana di hias penuh dengan kain sutra merah, dan para pelayan mengenakan pakaian yang mewah, pakaian untuk perayaan, merka keluar masuk ruangan seperti air mengalir, membawa masuk makanan pencuci mulut yang penuh warna.

Suara genderang terdengar dari dalam hingga luar istana, sehingga para rakyat Yun Chang berkumpul dan berbincang.

“Tuan Putri akan segera menikah!”

“Heh, Yun Chang kita akan memiliki Raja?”

“Seharusnya Raja sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Walaupun Tuan Putri sangat pintar, tapi sebagai wanita, tidak baik kalau terlalu mencampuri urusan negara bukan? Lebih baik kalau menemukan seorang suami yang menggurusnya dan melahirkan seorang putra juga.”

“Hahahaha, itu masuk akal.”

“Tentang hal itu, Tuan Putri kita memiliki selera yang bagus. Sejak Raja meninggal, jumlah pria yang melamar meningkat drastis, hampir bisa merubuhkan gerbang istana. Tuan Putri menolak semua orang, tapi ia memilih yang satu ini.”

“Yeah! Yeah! Seperti yang di harapkan dari seorang Tuan Putri negara Yun Chang, memiliki selera yang bagus. Dengan dia sebagai Raja, negara kita tidak perlu takut lagi pada Chu Beijie dari Dong Lin dan Ze Yin dari Bei Mo! Hahahaha, mari, ayo bersulang untuk Tuan Putri dan Suaminya dengan sedikit arak!”

Arak yang harum mengalir bebas dari cangkir-cangkir mereka.

Gui Changqing menyebrang melewati kumpulan para pelayan yang seperti kupu-kupu, sambil mengenakan pakaian keluarga istana yang berat, menuju sebuah bangunan kecil yang nyaman di bagian barat halaman istana.

Seorang pelayan yang paling berpengaruh di istana Yun Chang, Luyi, telah berdiri di depan pintu masuk, dan sedang memberikan instruksi pada dua orang pelayan. “Ambilkan hadiah ikat pinggang dua Phoenix emas yang dikirim beberapa hari lalu. Juga, ambilkan beberapa daun kering dan letakan di atas piring merah, sembilan puluh sembilan lembar, tidak lebih tidak kurang. Aku akan menjelaskan pada kalian semua, hari ini adalah hari yang penting, dan kalau ada dari kalian yang berani membuat kesalahan, hati-hati dengan kaki kalian.” Ia mengatakan semua itu dalam satu tarikan napas dan ketika ia berbalik, ia melihat Gui Changqin, dan ia segera tersenyum. “Pejabat Senior Gui, silakan masuk, Tuan Putri telah menunggu sejak tadi, tapi anda masih belum tiba juga. Tuan Putri ingin segera menemui anda.”

Gui Changqing tersenyum ramah, memasuki ruangan.

Ruangan penuh dengan harum dupa. Walaupun diluar terdengar suara musik gembira yang keras, tapi di dalam hanya sepertinya musik itu berada di kejauhan. Ia menyingkap tirai, dan terlihat sebuah sosok yang kurus sedang duduk sendirian menghadap cermin di depan mereka. 

Gui Changqing telah mendengar Tuan Putri Yaotian yang terkenal, sebuah suara nyaring terdengar sebelum ia melepaskan tirainya. “Masuklah, Pejaba Senior.”

Gui Changqing mendorong tirai kembali, berjalan sampai ia berdiri di depan cermin.

Tuan Putri berpenampilan sangat luar biasa mempesona. Sebuah rangkaian bunga dan taburan batu permata disusun dengan rapi di kepalanya. Di lehernya, ia mengenakan kalung mutiara, tapi tak ada satupun dari perhiasan ini yang mampu menggalahkan kilau di kedua matanya.

Putri Yaotian meletakan pinsil alisnya yang berada di tangannya, memperhatikan wajahnya dengan seksama di depan cermin perunggu. Ia bergurau pelan, “Pejabat Senior apa Yaotian telah berdandan cukup cantik?”

Gui Changqing memperhatikannya baik-baik dan mengangguk, “Tentu saja luar biasa.” Ada sebuah jeda. Lalu karena ada sesuatu yang ingin ia katakan, ia mengeluh panjang. “Tuan Putri akhirnya akan menikah. Gadis kecil yang senang membuat semua pelayan berlari mengerjarnya sampai mereka kehabisan napas, segera akan memiliki seorang suami. Waktu sunggu telah berlalu dengan cepat. Apa Putri bahagia?”

“Bahagia juga khawatir.” Yaotian menatap dirinya sendiri di depan cermin. “Ketika ibu masih hidup, ia pernah berkata kalau menikah seperti menjangkau lubang hitam. Tak bisa ditebak apakah yang kau dapatkan adalah permata berharga atau seekor yang mematikan. Pejabat Senior adalah yang paling setia pada negara Yun Chang. Kalau bukan atas bantuan anda sejak kematian ayah, aku takkan mampu menghadapi masalah negara. Aku ingin bertanya pada anda, tolong jawab dengan sangat jujur.”

Gu iChangqing menjawab dengan suara yang jelas, “Silakan Tuan Putri.”

“Ketika aku memilih He Xia, para pejabat dan rakyat merasa gembira, tapi mengapa anda terlihat khawatir belakangan ini?”

Gui Changqing tidak menyangka Tuan Putri Yaotian akan bertanya hal seperti ini dan ia terlihat sangat terkejut tapi akhirnya ia menjawab setelah beberapa pertimbangan. “Raja meninggal terlalu cepat, tidak meninggalan seorang putra mahkota. Tuan Putri mengatur masalah negara sebagai seorang wanita dan semuanya mengerti siapapun yang menikahi Putri akan menjadi Raja selanjutnya dari negara YunChang. Karena itulah aku terus menerus mengingatkan Tuan Putri untuk berhati-hati ketika memilih seorang suami, jangan sampai memilih orang yang tidak berguna yang akan membawa kehancuran bagi Yun Chang.”

“He Xia tidak berguna?”

“Putri, anda juga mengerti. He Xia sedang dicari oleh Raja Gui Le dan sedang mencari perlindungan.”

“Walaupun keluarga sekarang sedang kacau, ia memang berasal dari keluaga yang baik, maka sikapnya luar biasa terhormat, dan juga bakatnya yang langka. Saat ini, ketika kemungkinan perang akan terjadi, masih melingkupi seperti awan, seorang pejuang adalah yang paling berharga. Tuan Putri memutuskan menikah pada saat ini seperti membuat sebuah tembok baja bagi negara kita Yun Chang. Tapi...” Gui Changqing mengelengkan kepalanya dan suaranya melembut, “Dia terlalu kuat dan terlalu berambisi. Takkan mudah untuk membuat pria ini tetap di sampingmu untuk waktu yang lama.”

Purti Yaotian menunduk dan berpikir. Dengan suara ragu ia berkata, “Kalau begitu mengapa Pejabat Senior tidak mengatakannya padaku sejak awal? Aku selalu mendengarkan pendapatmu.”

“Bahkan jika aku mengatakannya di awal, apa keputusan Tuan Putri akan berubah?” Gui Changqing mendesah, “Aku telah mengabdi selama dua puluh tahun dan telah mengenal Tuan Putri sejak lahir. Bagaimana mungkin aku tidak melihat kalau Putri telah mengeraskan hatinya menjadi besi, dan dengan mantap memutuskan hal itu?”

Putri Yaotian mengigit bibirnya, berpikir lalu tersenyum. “Seperti yang diharapkan dari seorang Pejabat Senior. Memang benar aku tidak akan mengubah keputusanku. Sejak He Xia melangkahkan kakinya masuk ke istana, aku sudah memutuskan tidak akan menikahi orang lain. Gadis mana yang tidak ingin menikahi seorang pria yang pantas disebut pahlawan? Bukannya tidak ada pahlawan lainnya, bahkan jika kau beruntung bertemu dengan mereka, kau tidak akan berani berharap terlalu banyak.”

Ia berdiri, dan perhiasan di rambutnya bergemerincing.

“Tapi Pejabat Senior juga benar, aku harus bekerja keras agar pria itu tetap di sampingku.” Yaotian berbalik dan menatap Gui Changqin, memberikan senyuman polos. “Pejabat Senior, bisa kau bantu aku memikirkan bagaimana menjaga hati He Xia.”

Gui Changqing membungkuk, “Aku akan sepenuh hati memikirkannya.”

“Bagus sekali.” Yaotian menoleh ke arah pintu, menatap sisi lain istana, dan berbisik pada dirinya sendiri. “Suara musik semakin mendekat. He Xia... ia seharusnya sudah tiba di pintu masuk bangunan utama, benar?”

Di negara lain yang jauh, di istana kerajaan Gui Le, He Su terdiam menatap langit yang mendung.

Sang Ratu mendekatinya dari belakang, penasaran, “Setelah membaca surat, Yang Mulia sepertinya terlihar sangat khawatir. Apa itu kabar yang sangat buruk?”

He Su mengangguk. “Tuan Putri Yaotian dari Yun Chang setuju untuk menerima lamaran pernikahan He Xia dan mereka akan melangsungkan pernikahan hari ini.”

Ratu ternganga. “Tuan Putri Yaotian sungguh setuju menikah dengan He Xia, yang tidak punya apa-apa? Mengapa ia begitu bodoh?”

“Ini keputusan bagus.” He Su menegok ke belakang, sesaat bertemu mata dengan Ratu, “He Xia tidak memiliki apa-apa. Kekayaan terbesarnya adalah dirinya sendiri. Di dunia ini, banyak orang yang memiliki kekayaan harta benda, tapi mereka yang memiliki kekayaan diri sangat jarang. Putri Yaotian mengetahuinya, dan berangan-angan pada saat ini.”

Ratu bisa mendengar nada menuduh pada suara Raja dan menundukkan kepala dengan patuh. “Karena Raja sedang merasa kesal, sebaiknya aku memainkan sebuah lagu.” Ia berbisik.

“Tidak usah.” He Su berdiri di dekat jendela, menatap ke arah yang dulunya pernah berdiri bangunan Kediaman Jin Anwang, dan berguman, “Apa lagi kesalahan yang telah kulakukan? Dua pemain kecapi termasyhur Gui Li tidak lagi menjadi milik Gui Li.”

Yangfeng pergi karena Ratu percaya pada gosip, dan memutuskan untuk menyingkirkannya. Mendengar He Su menyebut namanya, hati Ratu sangat terkejut. “Itu karena kebodohanku. Aku bersedia menerima semua hukuman.” Ia mengangkat bajunya yang panjang dan berlutut, kepalanya tertunduk.

He Su diam sangat lama. Pikiran lain sepertinya melintas di kepalanya, karena ia mulai tertawa. “Kau boleh berdiri Ratu.”

Ia berbalik, membantu Ratu berdiri. Suaranya agak senang ketika berbicara, “Kemampuan Yangfeng mungkin luar biasa, tapi ia hanya salah seorang wanita di istana selir. Kalau kita membicarakan menyusun strategi tak ada yang bisa mengalahkan Bai Pingting. Tak masalah kehilangan Yangfeng, aku heran He Xia melepas Bai Pingting untuk ketertarikan sementara. Ia harus membayar mahal di kemudian hari.”

Ratu dengan segera menjadi curiga, “Apa Bai Pingting begitu hebat?”

“Apa Ratu belum pernah bertemu Bai Pingting?”

Ratu mencoba mengingat-ingat. “Ia jarang masuk istana. Aku hanya pernah melihatnya sekali atau dua kali. Ia tidak suka berbicara dan ia terlihat biasa.”

“Bai Pingting mungkin tidak cantik, tapi ia memiliki pesona yang lain, sehingga kau merasa ingin berada dekat dengannya, dan bersamanya selamanya.” He Su menatap Ratu, dan tersenyum. “Pria bisa dengan mudah jatuh cinta pada wanita cantik dan mudah terhibur oleh mereka, tapi berapa banyak wanita yang begitu berharga, sehingga seorang pria ingin berada di sisinya selamanya?”

“Apa itu berati He Xia telah melepaskannya?”

“He Xia akan menyesalinya, mungkin ia sudah menyesal, tapi untuk apa itu?” He Su memicingkan matanya, sebuah cahaya terlihat berkembang dari ujung bola matanya. “Aku takkan membiarkan dia mendapatkan kembali Bai Pingting dengan mudah.”

Setelah makan malam, He Su tetap di ruang utama, menyortir masalah negara. Ratu mengundurkan diri.

Berjalan ke sudut di luar ruangan, ia berhenti dan mengusap airmatanya dengan lengan baju.

Pengasuh Ratu, Nyonya Cheng Xiang yang sedang menemaninya terkejut. “Ada masalah apa Yang Mulia?”

“Raja telah jatuh cinta.”

“Dengan siapa?”

“Bai Pingting dari Jin Anwang.”

Nyonya Chen Xiang terdiam.

Ketika Raja memerintahkan untuk menghancurkan kediaman Jin Anwang, ia telah memerintahkan secara pribadi agar He Xia dan Bai Pingting datang ke istana. Itu adalah perintah tegas, begitu mereka menolak maka mereka harus dibunuh ditempat. Hanya seorang yang boleh hidup, tidak boleh di lukai. Bai Pingting dari Jin Anwang.

Kamar pengantin di hias dengan mewah, dan pipi sang pengantin merona merah.

Sebuah kain merah penutup kepala perlahan jatuh ke lantai, seperti di tiup pelan oleh angin dan seorang pria tampan berada di depannya.

Salah seorang pria terhormat di antara empat negara, Tuan Muda Jin Anwang yang terkenal sedang berdiri di depannya.

“Putri.”

“Suamiku.”

Suara bisikan mereka terdengar dan ketika mata mereka bertemu, hati Yaotian terus berdetak keras.

He Xia melepaskan ikatan bunga merah di dadanya dan melepaskan hiasan bunga Putri Yaotian dengan kedua tangannya dan tersenyum sambil menghela napas. “He Xia tidak mengharapkan ini sejak kehilangan rumah, kalau ia begitu beruntung bisa mendapatkan kebaikan hati Putri, ketika tak ada seorangpun yang bersedia membantunya. Langit telah begitu tidak adil padaku.” He Xia tersenyum lembut, mentap wajah diam Yaotian. “Sepertinya Tuan Putri punya kekhawatiran lain?”

Yaotian tertawa kecil, merasa bersalah, membalas, “Aku hanya berpikir, kalau kediaman Jin Anwang tidak hancur, apa Yaotian bisa begitu beruntung menjadi istri anda.” Airmata keluar dari kedua matanya dan berhenti di ujung tempat tidur. Ia menghela napas, “Sekarang malam pengantin dan pria yang berada di depanku adalah orang yang sangat berbakat sastra dan militer, seorang pahlawan yang sebenarnya. Ini seperti mimpi indah, jadi aku khawatir kalau ini hanya sebuah mimpi.”

He Xia mengerutkan dahi, “Mengapa berkata seperti itu Putri, anda tidak percaya pada kesetiaan hati He Xia?”

“Ohh.. salah bicara.” Putri Yaotian berbalik, dan tersenyum manis pada He Xia. “Kalau aku tidak percaya suami, lantas mengapa aku berjanji untuk selalu bersama?”

He Xia memperhatikan mata Yaotian dengan seksama, kedua bola mata He Xia seperti kolam penuh keajaiban dan rasanya membuat Yaotian serperti terhisap masuk. Ia sedang berlutut dengan satu lutut di depan Putri Yaotian, dan dengan mesra menyentuh tangannya. Menegakkan kepalanya dan berkata, “Jangan khawatir Putri, He Xia bersumpah suatu saat aku akan membuat Putri menjadi wanita yang paling terhormat di dunia dan secara pribadi memahkotai anda sebagai Ratu dari empat negara.”

Mata Putri Yaotian tiba-tiba membesar, “Apa suami sungguh memiliki ambisi setinggi itu?”

He Xia menegadahkan kepalanya dan tertawa lama. “Hidup ini terlalu singkat, kalau aku tidak melakukan hal yang hebat, bagaimana aku merasa berjasa pada orangtuaku yang telah membesarkan.”

Tuan Putri mendengar nada suaranya penuh dengan keyakinan, terdengar sangat gagah. Dan ia diam-diam merasa senang, ia berkata dengan suara pelan. “Karena suami sangat percaya diri, rupanya sudah memiliki rencana untuk menyatukan empat negara.”

He Xia berhenti tertawa, berpikir sebentar sebelum berkata, “Hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan lawanku tidak kembali menjadi kekuatan bagi negara Dong Lin.”

Putri Yaotian telah mengatur masalah negara untuk beberapa saat, maka ia mengetahui siapa saja orang-orang penting dari setiap negara. Ia segera menimpali, “Chu Beijie telah menggundurkan diri dan berdiam di gunung, tidak tertarik lagi pada pemerintahan, tapi ia pasti akan turun gunung begitu Dong Lin dalam masalah. Bagaimana rencana suami untuk memutus hubungan darah antara Chu Beijie dengan keluarga istana Dong Lin ?”

He Xia diam-diam mengagumi kecerdasan gadis ini, karena mengetahui situasi empat negara dengan sangat baik. Ia mengisyaratkannya pandangan sependapat, menarik pinggangnya berdiri agar bisa menggagumi bulan yang berada jauh dari balik jendela bersama-sama.

“Hanya ada satu hal yang bisa membuat Chu Beijie takkan pernah kembali ke istana Dong Lin. Bahkan meskipun keluarga kerajaan berada dalam bahaya, Chu Beijie takkan berani ikut campur dan hanya akan duduk menyaksikan.”

Putri Yaotian mengerutkan dahi agak lama, lalu menggelengkan kepalanya. “Aku sama sekali tidak bisa menebak. Dalam hal apa, Chu Beijie akan meninggalkan keluarganya sendiri?” Matanya yang cantik, pintar dan bijaksana sedang memperhatikan He Xia, mencari jawaban.

Sebuah keraguan muncul di wajah He Xia yang tampan. He Xia memandangi bulan, bergetar sedikit. Lalu, ia ingat belum menjawab pertanyaan Putri Yaotian, ia menghembuskan napas pelan, dan berbisik, “Itu, saat Chu Beijie, keluarga dari kerajaan Dong Lin, kehilangan wanita yang sangat dicintainya.”

“Wanita yang sangat dicintai Chu Beijie?”

“Namanya ....” Bibir He Xia terasa berat di gerakan. Dan akhirnya melontarkan sebuah nama yang akrab dengan susah payah, “..... Bai Pingting.”

Putri Yaotian sangat terkejut, dan ia mengatup bibirnya sebagai jawaban.

Pingting, Bai Pingting.

Otak sesungguhnya didalam kediaman Jin Anwang. Pelayan He Xia yang paling disayangi.

Kabar burung mengatakan Bai Pingtinglah dalang dibalik mundurnya pasukan Dong Lin dengan terpaksa dan memberikan Gui Li kedamaian selama lima tahun.

Kabar burung juga mengatakan kalau Bai Pingting yang telah menyelamatkan Bei Mo, dan membunuh kedua Pangeran kecil Dong Lin.

Kabar burung mengatakan kalau Bai Pingting telah menjadi tahanan Chu Beijie yang sangat marah.

Wanita seperti apa dirimu sesungguhnya?


--00--




novel, translate, klasik, cina, chinese, terjemahan, indonesia



Gu Fang Bu Zi Shang -- 1.26

-- Volume 1 chapter 26 --

Peralihan kekuasaan atas Dong Lin telah tejadi dua kali di ibukota dan hanya beberapa orang yang mengerti kejadian mengejutkan ini.

Pagi-pagi sekali, para petani dengan hati-hati keluar dari rumah mereka. Mereka telah bersembunyi sepanjang malam seperti yang diperintahkan. Meskipun sepertinya nyala api dan suara pertarungan tak pernah berakhir, Sang Raja masih sebagai Raja dan anggota kerajaan masih tetap sebagai anggota kerajaan.

Para pelayan yakin keadaan sudah aman ketika para pejabat yang ditahan di kediaman masing-masing datang ke istana. Raja Dong Lin memanggil mereka satu-persatu, tidak menghukum mereka melainkan memuji mereka, seperti Pejabat Senior Sayap Kanan yang juga telah di panggil untuk bantuannya.

Mereka semua mengerti maksud Raja dan mereka merasa tenang.

Terlepas dari mereka yang bersikukuh bersikap menentang selama penyerangan, korban jiwa dan korban luka tidak terlalu banyak, tapi Raja memerintahkan pensiun untuk keluarga mereka.

Pasukan Dong Lin yang perkasa tetap tinggal, tapi Panglima mereka yang hebat, Tuan Besar Zhen Bei Wang telah pergi.

Diluar, di jalan yang berlumpur, sebuah kelompok kereta, tanpa bendera, perlahan bergerak maju.

Ada beberapa kereta dan kuda. Wajah pengendaranya tidak ramah dan segan dan mata mereka nampak tidak bercahaya. Dua kereta di tengah untuk wanita dan anak-anak, sementara dua lainnya tidak di ketahui isinya tapi terlihat berat, karena rodanya meninggalkan jejak yang dalam di lumpur.

Satu kereta terlihat tidak di hias dengan sempurna, tapi jelas terlihat cukup mahal dari kayu dan rodanya yang terbuat dari bahan yang sulit di dapatkan, kayu dengan kualitas bagus. Sederhana tapi indah.

Setelah malam yang panjang, berada di dalam kereta, Chu Beijie akhirnya memejamkan matanya.

Masalah Dong Lin telah selesai. Setelah kejadian ini, Raja Dong Lin tidak akan lagi mencurigainya telah membunuh kedua Pangeran.

Tapi bagaimanapun seorang ayah telah kehilangan anaknya, dan seorang kakak telah kehilangan adiknya, sementara Dong Lin tidak lagi memiliki Panglima yang bisa melindungi.

Dong Lin pasti akan menghadapi masalah besar setelah bertahun-tahun pernyerangannya. Chu Beijie tak mampu membayangkannya.

Tapi racun itu berasal dari tangan wanita itu.

Chu Beijie mengangkat tangannya, menatap tulang-tulangnya yang kuat karena menggunakan pedang terlalu lama. Ia mengingat tangan Pingting, jarinya yang ramping, putih dan lembut. Tangan yang menyentuh kecapi, memetik bunga dan juga bisa meracuni.

“Yang paling beracun dari semuanya ..... sungguh hati seorang wanita bagaimanapun?” Ia memicingkan matanya yang sehitam tinta.

Tak ingin orang lain melihat kepedihannya, ia memejamkannya, dan berpikir. Setelah beberapa saat, napasnya menjadi teratur dan terlihat santai, sepertinya ia tertidur.

Jalanannya tidak rata naik dan turun, menyebabkan kereta berguncang. Sedikit demi sedikit bergerak menjauhi masa lalu.

Kusir kereta sepertinya telah menerjang batu dan kehilangan keseimbangan. Chu Beijie terbangun dan ia menegakkan punggungnya. Lalu, setelah ia tersadar sepenuhnya ia berteriak, “Berhenti.”

Ia membuka tirai kereta dan tubuhnya mulai gemetar.

Disisi jalan ada sesosok tubuh yang lembut. Satu tangan menepuk kuda dan tangan yang lainnya memegang tali kekang yang menyentuh ujung rumput yang tidak dipangkas. Mengetahui gerombolan kereta berhenti, ia menoleh kearah mereka, ekspresinya bingung dan bukannya terkejut ketika melihat wajah Chu Beijie. Ia dengan lembut berkata, “Tuan, Pingting datang sesuai janji.”

Tidak hanya Chu Beijie tapi juga orang-orang yang bersamanya, membeku seperti patung kayu. Bibir Bai Pingting yang merah tersenyum dengan cepat. “Sejujurnya, Pingting telah sangat khawatir, karena tidak tahu bagaimana caranya bertemu Tuan, jadi aku menunggu di jalan. Jika Tuan pada akhirnya melewati Pingting, maka itu berarti takdir kita sudah selesai. Aku telah pergi ke Dong Lin, tapi sepertinya Tuan tidak lagi memiliki hubungan dengan Dong Lin saat ini.”

Tatapan Chu Beijie tidak meninggalkan senyum Pingting. Ia merendahkan suaranya, “Aku menyadarinya.”

“Maka...” Pingting berkata dengan tegas, “Bai Pingting mulai sekarang adalah anggota dari keluarga Chu.”

“Anggota keluarga Chu?”

“Apa Tuan sudah lupa? Mari bersumpah pada bulan, takkan pernah melawan satu sama lain.”

Chu Beijie menggulangi setiap perkataannya dengan dingin, disertai jeda disetiap katanya. “Mari bersumpah pada bulan, takkan pernah melawan satu sama lain?”

Mata Pingting sama cantiknya seperti pada pertemuan pertama mereka. “Apa Tuan telah melupakan janji kita?”

“Aku ingat.” Chu Beijie menganggukkan kepalanya.

“Janji itu masih berlaku,” Pingting berjalan mendekatinya, menggenggam kedua tangannya. “Tolong ijinkan Pingting mengikuti Tuan sampai ujung dunia, kehormatanku berada di tangan Tuan dan kematianku berada di tangan Tuan.”

Chu Beijie melihat tangan yang kecil dan putih yang akrab. Ia bisa dengan mudah menyentuhnya.

Ia telah menyentuh tangan itu lebih dari ribuan kali, menikmati sentuhannya ketika mengaguminya. Ia ingat kehangatannya dan kelahusannya, ketangkasannya dan kelembutannya.

Ia tak pernah menduga sebelumnya, ternyata merupakan sepasang tangan yang licik juga, yang mampu membalik awan dan hujan sesuai kehendaknya.

Pingting tidak terkejut juga tidak takut, hanya berdiri patuh menghadapi Chu Beijie. Seperti dulu ketika ia bernyanyi tentang wanita cantik dan pahlawan serta prajurit dan penipuan. Matanya yang sebening kristal masih mampu berbicara, bersinar terang di setiap sudutnya.

Chu Beijie setelah diam yang lama akhirnya memecahkan keheningan dengan berkata, “Pingting, jawab pertanyaanku.”

“Silakan Tuan.”

“Obat yang digunakan oleh mata-mata Bei Mo, apa ia melakukannya atas perintahmu?”

“Benar.” Ekspresi Pingting tidak berubah, hanya melontarkan sebuah kata.

“Kau tahu kalau mereka Pangeran Dong Lin, keponakanku sendiri?”

Pingting menoleh ke arah Chu Beijie, dan ia menghela napas panjang, “Aku tahu.”

“Kau ingat, kau telah berjanji untuk tidak melukai keluargaku.”

“Aku ingat.”

“Aku, Chu Beijie, bukan seorang pria yang akan melupakan dendam atas keluargaku hanya untuk seorang wanita.”

Pingting bisa merasakan kemarahan Chu Beijie dan tersenyum sedih di bibirnya. “Aku mengerti. Pingting mengerti setiap perkataan Tuan. Selama Tuan berniat mencari Pingting, tak ada gunannya Pingting berusaha sembunyi, silakan Tuan lakukan apapun yang Tuan inginkan.”

“Pertanyaan terakhir.” Chu Beijie agak ragu, tapi kemudian bertanya dengan kejam, “Kau tahu kau akan mati, kenapa masih mengganggu perjalananku?”

Hati Pingting rasanya telah di tusuk dengan kuat. Tubuhnya tiba-tiba goyah sedikit, sementara matanya memperhatikan Chu Beijie dengan seksama. Suaranya terdengar sedih. “Pingting sungguh bodoh, tapi Tuan juga bodoh. Meskipun aku berbicara sampai suaraku hilang, apa Tuan akan percaya bahkan satu kata dariku? Semuanya telah menjadi sebuah kesalahan besar, kita takkan bisa kembali ke masa lalu.” Tak mampu berkata lagi, airmata berjatuhan dari pipinya menuju ke tanah.

Senja telah tiba.

Tidak ada mayat di jalan kering berwana kuning itu.

Sebuah tubuh ramping, dalam diam bergabung dengan kelompok kereta dan kuda itu.

Chu Beijie menyadari tangan yang menggenggam hati dan pedang tidak selalu bertentangan.

--0--




novel, translate, klasik, cina, chinese, terjemahan, indonesia


Gu Fang Bu Zi Shang -- 1.25

-- Volume 1 chapter 25 --

Tangisan pertempuran terdengar di malam bulan purnama. Saudara laki-laki Raja satu-satunya telah memutuskan melakukan sesuatu malam ini kepada Dong Lin, sedikit pemberontakan kecil.

Raja Dong Lin sedang berdiri di tempat tertinggi di istana kerajaan, menyaksikan lidah api yang terbentuk seperti seekor naga, di langit malam, tiba-tiba terdengar suara pertarungan datang mendekat.

“Raja!” Seeorang penjaga berlumuran darah berlari mendekat. “Istana telah di serang oleh penghianat. Disini sudah tidak aman, tolong segera melarikan diri!”

Ratu dan keluarga yang berkumpul segera berdiri, wajah mereka pucat. Ratu masih mengenakan pakaian berkabung dan sedang tertunduk sedih. “Ia sudah membunuh kedua anakku dan sekarang ia berencana untuk membunuh kita semua. Dan saat ini, pasukannya pasti sudah menjaga ibukota. Kemana kita bisa pergi?” Ia menoleh kearah Raja, berlutut sambil menangis, “Raja, maaf tapi aku tidak mau menderita karena dipermalukan. Karena kerajaan telah hancur, tolong ijinkan aku mengikat simpul tali.”

“Jangan, Yang Mulia!” Para pelayan yang telah mengikuti Ratu selama bertahun-tahun semua berlutut dan menangis kencang.

Dan segera seluruh ruangan penuh suara tangis.

Raja Dong Lin dengan perlahan menoleh ke belakang dan berkata, “Chu Lei.”

“Chu Lei, disini Yang Mulia.”

Raja Dong Lin mempertimbangkan sesuatu, kemudian berkata, “Bagaimana keadaan rakyat?”

“Yang Mulia?”

“Adikku, apa dia membunuh rakyat biasa?”

“Pasukan pemberontak menyerbu masuk ibukota dan memerintahkan semua orang untuk tetap berada di dalam rumah mereka. Mereka dilarang mengintip keluar, jadi para prajurit juga tidak memasuki rumah mereka. Mereka tidak berencana membuat keributan besar agar tidak menimbulkan korban.”

Raja mengangguk perlahan, dan bertanya lagi. “Bagaimana dengan para pejabat? Apa mereka yang tidak setuju dengan adikku telah dibunuh?”

Chu Lei bisa mendengar suara pertarungan semakin mendekat dengan cepat, tapi sepertinya Raja tidak berniat untuk sembunyi, dan menghabiskan waktu disni tanpa ekspresi. Tapi ia masih punya tugas untuk dilaksanakan, maka ia menjawab sambil mengerutkan dahi. “Aku mendengar kalau kediaman para pejabat telah di kepung. Pemberontak mengetahui para pejabat dengan baik, yang kudengar mereka segera menangkapnya begitu mereka terlihat. Aku tidak tahu apakah mereka ditahan atau apakah mereka masih hidup. Yang Mulia, waktu begitu berharga, tolong segera berangkat.”

“Kemana aku bisa pergi?” Raja Dong Lin tertawa pahit. “Aku tahu ini akan terjadi, sejak aku memerintahkan Pejabat Senior Kanan menemui Chu Beijie di gerbang kota. Aku percaya ikatan persaudaraan kami dan memberikannya kekuasaan penuh atas militer, jadi ini salahku? Oooh, Dong Lin negaraku akan dalam bahaya, jadi aku hanya bisa berharap....”

Ia tidak sempat menyelesaikan kata-katanya ketika suara keramaian tiba-tiba terdengar. Sepertinya pertempuran sedang terjadi di depan mereka, lalu kemudian tiba-tiba berhenti.

Sangat tenang dan sunyi, sepertinya jantung semua orang berhenti bersamaan.

Bang! Pintu terbuka dan seorang kasim kecil yang gemetar berlari masuk, “Yang Mulia, melapor pada Yang Mulia.... I..i..ia...”

Ratu semakin pucat, hatinya mengerti situasinya, tapi sepertinya ia sudah lebih tenang. Ia mengusap airmatanya dan berdiri, menampar si kasim kecil. Dengan suara dingin ia berkata, “Hanya melapor untuk hal penting, dan ketika melapor harus jelas dan tepat. Apa yang terjadi?” Ia menurunkan tangannya, jari-jarinya mengepal kuat sampai menonjolkan tulang-tulangnya .

Separuh wajah si kasim kecil bengkak, tapi nada suaranya menjadi lebih baik. “Hamba patut di hukum, hamba patut di hukum. Melapor pada Yang Mulia, Pangeran Zhen Bei Wang ingin bertemu Yang Mulia.”

Walaupun mereka tahu pasukan Zhen Bei Wang telah menyerang, tapi mendengar namanya disebut saat ini menyebabkan semua orang merasa takut.

Suara Ratu begitu sedih. “Lebih baik ia yang datang kemari, dengan begitu ia bisa membunuh sendiri kakaknya beserta istrinya.”

“Yang Mulia!” Pejabat Senior sayap kanan berambut putih, Chu Zairan tiba-tiba masuk, berlutut di kaki Raja Dong Lin dan menangis. “Dulu aku pernah memohon Yang Mulia untuk memberi perintah dengan keras pada Pangeran Zhen Bei Wang agar ia tidak pernah memberontak. Yang Mulia hanya mengirim Sangtan, karena akan sangat melukai hati Yang Mulia untuk menemuinya sendiri. Dan seperti Yang Mulia lihat, ia telah menyebabkan banyak masalah untuk Dong Lin. Tolong penuhi permintaanku dan kalau Yang Mulia tidak bersedia, aku akan membunuh diriku sendiri dibawah kaki Yang Mulia.”

Raja Dong Lin menghela napas, “ Mengapa kau menangis, aku mengerti. Anak-anak yang kusayangi telah meninggal, dan seluruh petunjuk mengarah pada adikku. Aku hanya buta sesaat karena kenyataan bahwa ia telah memimpin pasukan untuk menyerang ibukota dan menimbulkan kekacauan. Terima kasih telah mengingatkanku Pejabat Senior, sekarang kau lihat, tidak ada gunanya membunuh kedua anakku jika ia bisa merebut kekuasaanku dengan kekuatan militernya.”

“Yang Mulia!” Ratu merasa kesal. “Apa Yang Mulia benar-benar tidak percaya kalau Chu Bijie tidak memiliki niat buruk? Orang yang telah membunuh pangeran-pangeranku pasti dia. Kenapa Yang Mulia masih tidak menyadarinya juga?”

“Sekarang, aku sudah tidak ragu.” Kata Raja Dong Lin sambil merendahkan suaranya pada Ratu, lalu ia melihat ke arah Chu Zairan, yang masih menangis di lantai. Ia menghela napasnya, “Tapi situasi politik telah berubah dan mustahil untuk di perbaiki. Silakan katakan yang ingin kau katakan.”

Tubuh Chu Zairan gemetar dan ia merapatkan giginya. “Aku memberanikan diri, tolong serahkan kekuasaan Yang Mulia pada Pangerang Zhen Bei Wang.”

“Apa? Apa kau sudah tidak waras?” Mereka semua terkejut, penuh emosi.

“Chu Zairan, kau mengerti yang baru saja kau katakan?”

“Tuan Chu tolong tarik kembali. Kau pasti sudah pikun!”

“Aku masih sadar Yang Mulia.” Chu Zairan menegakkan kepalanya melihat pada Raja Dong Lin yang terdiam, airmata mengalir dari matanya yang tua. “Empat negara telah berperang untuk beberapa tahun, pasukan Dong Lin telah menyerang empat kali, menghasilkan dendam yang dalam. Pasukan mereka semakin bertambah kuat, sedangkan negara kita semakin lemah, karena itu kalau pasukan kita pergi, negara pertama yang akan mereka hancurkan adalah negara kita, Dong Lin. Untuk melindungi negara ini, tolong serahkan kekuasaan anda, Yang Mulia, juga untuk menghindari perselisihan yang akan datang. Aku... aku tahu kata-kata ini berarti penghianatan dan aku tahu hukumannya adalah kematian, aku bersedia untuk mati.” Ia menundukan kepalanya lagi ke lantai batu beberapa kali, darah segar mengalir keluar semakin banyak setiap kali kepalanya mengenai lantai, sampai akhirnya kepalanya penuh darah.

Rambut putih dan wajah penuh darah, serangan yang menyedihkan.

Ratu yang biasanya selalu mencerca juga tidak tahan melihatnya.

Tidak ada suara di ruangan itu. Si kasim kecil masih berlutut di lantai, merasa sangat gelisah. Akhirnya ia berkata dengan ragu, “Yang Mulia, Pangerang Zhe Bei Wang... masih menunggu di luar.”

Walaupun ruangan sangat sunyi di hati mereka terbesit pemikiran. Hal ini seperti ketenangan sebelum badai, dipisahkan oleh tembok yang sangat tebal, siapa yang bisa menduga apa yang menunggu begitu tembok di turunkan.

Raja Dong Lin menghela napas dengan berat. “Baiklah, suruh dia masuk. Ratu dan kalian semua pergilah ke belakang. Pejabat Senior Sayap Kanan, tolong tetap di tempat.”

“Yang Mulia...” Ratu menghembuskan napas pelan.

“Ratu, pergilah.”

Para pelayan membantu Ratu untuk pergi dari ruangan, meninggalkan Raja Dong Lin dan Chu Zairan di ruang utama yang besar. Tak lama kemudian, mereka mendengar suara pintu perlahan di dorong terbuka, cahaya api yang besar terpantul di mata mereka. Dalam sekejab, cahaya itu menghilang lagi dan pintu besar telah di tutup kembali.

Ada seorang yang telah hadir di hadapan mereka, mengenakan baju besinya yang berdebu. Wajahnya tampan dan kehadirannya mengesankan. Tangannya bersandar pada pedangnya dan ia berkata sambil menghela, “Kakak pasti merasa tidak suka, bertemu Beijie.” Benar, ia adalah Pangeran Zhen Bei Wang, yang oleh Raja Dong Lin telah di berikan kekuasan penuh atas militer.

Melihat tidak ada reaksi dari Raja Dong Lin, Chu Beijie terkekeh sedih. “Perasaan Beijie ketika mendengar titah Kakak, bukankah  mirip dengan yang kakak rasakan saat ini ?”

“Dan karena segalanya telah menjadi kesalahan besar, tidak ada gunanya menyesalinya.” Raja Dong Lin menoleh kearah lain, berkata pada Chu Zairan dengan singkat, “Pajabat Senior Sayap kanan, mulailah menulis.”

“Baik, Yang Mulia.” Chu Zairang mengambil penanya, gemetar sesaat, lalu bersiap menulis. Ia telah menulis titah untuk Raja selama berpuluh-puluh tahun dan telah banyak pengalaman. Ia bahkan bisa menulis gulungan perkamen yang panjang tanpa beristirahat, hanya menghentikan penanya ketika sudah selesai. Tapi kali ini, kertasnya penuh airmata dan goresan tintanya banyak yang menjadi kabur.

Chu Zairan meletakan penanya dan menyerahkannya pada Raja Dong Lin dengan kedua tangan. “Yang Mulia .... silakan di segel...” suaranya tercekik.

Raja Dong Lin menatap kosong pada Chu Beijie. Hubungan persaudaraan mereka sangat erat dan mereka selalu menertawakan permasalahan negara, siapa yang menduga keadaan menjadi seperti ini pada hari ini. Ia mengeluarkan stempel giok, lalu membubuhi segel dengan menekankan stempel pada perkamen. Ia menyerahkan perkamen dan stempel giok pada Chu Zairan dan tertawa dengan agak dipaksakan, “Berikan ini pada Penguasa Dong Lin berikutnya.”

Chu Beijie hanya berdiri diam di kejauhan. Ia tidak berbicara sepatah katapun sejak Chu Zairan mengambil penanya, sepertinya ia telah menjadi patung yang dikutuk. Tatapan matanya sulit diartikan ketika memperhatikan setiap gerakan di ruangan besar ini.

Menerima perkamen dari Raja dengan kedua tangannya, Chu Beijie tetap diam, kemudian ia mendongakkan kepalanya dan berkata, “Hei kakak, sebagai pertukaran atas takhta ini, boleh aku minta dua hal?”

Raja Dong Lin menatap kearahnya, mulutnya bergerak mengeluarkan sebuah kata, “Katakan.”

“Kakak hanya perlu berjanji untuk tidak lagi meneruskan penyerbuan pada negara lain dan biarkan Dong Lin seperti biasanya.” Chu Beijie berkata, “Dan untukku, aku merasa muak atas semua ini. Aku ingin menghilang, tolong ijinkan aku pensiun.”

“Kau pikir, aku akan setuju untuk tidak mengejar seorang penghianat?”

Chu Beijie menganggukkan kepalanya, percaya penuh. “Menghukum seluruh pasukan pemberontak akan merusak kekuatan militer Dong Lin, dan menimbulkan musuh yang lebih kuat. Kakak pasti ingin menghindari kematian sia-sia, karena itu bersedia menyerahkan kekuasaan bukan? Aaah, walaupun aku seorang Jendral yang tiada bandingnya, bahkan juga seorang Pangeran, aku bukan apa-apa di banding kebesaran hati kakak.”

Raja Dong Lin menatap tajam pada Chu Beijie, “Yang satu lagi, apa yang adik inginkan?”

Wajah Chu Beijie menjadi penuh kesedihan.

“Di kediaman Zhen Bei Wang, ada sebuah bangunan kecil di sebelah timur. Di dalamnya diatas meja, ada....” ia memelankan suaranya, “sebuah kecapi.”


--0--




novel, translate, klasik, cina, chinese, terjemahan, indonesia




Gu Fang Bu Zi Shang -- 1.24

-- Volume 1 chapter 24 --

Seluruh Dong Lin berubah warna menjadi sendu. Atas perintah Raja, seluruh rakyat baik bangsawan maupun kalangan biasa dilarang mengenakan warna cerah selama tiga bulan kedepan. Pakaian, tirai semuanya sederhana, bahkan papan nama yang menandakan kekayaan dan kemakmuran harus di turunkan.

Udara sangat berat dengan bayangan kematian.

Kedua pangeran, kedua anak dari Raja, telah terkena racun tanpa penawar. Mereka begitu muda dan belum genap sepuluh tahun. Mereka belum pantas untuk di kuburkan di pemakamaman Dong Lin tapi harus di kremasikan sesuai tradisi yang berlaku. Abu mereka akan di tebar di sungai agar mereka bisa menghilang ke dalam bumi.

Chu Beijie telah menerima berita buruk ini dan bergegas membawa pasukannya kembali.

Sekitar lima puluh mil dari ibukota, seorang petugas senior sayap kanan, Sangtan, berdiri, menghentikan mereka.

“Berhenti!” Melihat bendera coklat kerajaan berkibar lemah di kejauhan, Chu Beijie mengangkat tangannya.

pasukan yang berjumlah ribuan yang telah lelah berhenti dengan kacau, wajah berdebu mereka bingung karena wajah khawatir dari seorang penjaga istana yang sedang berdiri di luar istana.

“Titah Raja,” Sangtan sambil memegang kain kuning berkata, “Ibukota saat ini sedang berkabung atas kematian kedua pangeran. Kehadiran dari pihak yang di duga bertentanggan seprti pasukan prajurit, sulit untuk diterima maka mereka dilarang memasuki ibukota. Seluruh pasukan dan kuda harus tetap berada luar dan akan berada di bawah komando Pangeran Fu Lang.”

Para komandan turun dari kuda mereka, diam dan mendengarkan. Hanya suara Sangtang yang datar dengan intonasi sempurna yang terdengar.

Senja mulai tiba, memunculkan lebih banyak kegelapan. Moran merasakan tulang belakangnya merinding ketika mendengarkan dan diam-diam melirik ke arah Chu Beijie.

Ekspresi Chu Beijie terlihat datar, tidak bermusuhan dan juga tidak bersahabat. Ia menerima Titah Raja dengan kedua tangan dan berdiri tegak.

Ekspresi Sangtan sangat berhati-hati, tangannya tersembunyi di balik lengan bajunya. Dengan nada ramah ia berkata, “Pangeran akhirnya anda kembali. Anda adalah adik kandung Raja, jadi tolong buat dia merasa tenang agar kesehatannya tidak terganggu selama masa berkabung ini. Raja memintaku secara khusus untuk mengawal anda memasuki ibukota.” Ia mundur selangkah dan memperlihatkan sekitar lima puluh pengawal istana di belakangnya. Sepertinya setelah kejadian Pangeran kecil di racun seluruh petugas istana di ganti. Tidak ada satupun wajah yang terlihat akrab.

“Tuan...” Moran berdiri disamping Chu Beijie dan suaranya tercekik, “Para prajurit telah lama pergi dari rumah dan mereka sangat menantikan untuk pulang. Sekarang mereka dilarang untuk memasuki ibukota, aku takut beberapa orang mungkin akan membuat kekacauan. Aku mungkin hanya terlalu khawatir, tapi sangat tidak baik kalau sampai terjadi keributan. Apa yang sebaiknya kita lakukan, tolong, Tuan beritahu kami.”

Ekspresi Sangtan tidak berubah, ia terbatuk sekali dan berkata pada Moran, “Apa anda tidak mendengarkan Titah Raja Komandan? Mereka akan di urus oleh Pangeran Fu Lang.”

“Tuan Petugas, ini mungkin hanya kekhawatiran Moran yang berlebihan, tapi masalah militer sulit untuk diperkirakan. Disini sangat banyak prajurit, dan jika sesuatu terjadi....”

“Diamlah!” suara Chu Beijie tiba-tiba menyela.

Moran berhenti bicara dan menundukan kepalanya.

Sangtan tadinya khawatir untuk menghadapi Moran tapi melihat Chu Beijie tiba-tiba menyela, ia segera berkata, “Sekarang sudah hampir malam dan Raja sedang menunggu, jadi mohon Pangeran naik ke kuda dan ikut bersama kami memasuki ibukota.” Ia memerintah seseorang untuk menunjukan kuda Chu Beijie.

Chu Beijie telah mengatur kekuatan militer Dong Lin sejak lama dan ia tidak suka perlakuan berlebihan seperti ini, karenanya ia selalu memarahi mereka. Sehingga pada bangsawan merasa takut sekaligus  membencinya. Biasanya ia tidak takut pada mereka, tapi situasi kali ini sangat kacau, kedua pangeran di bunuh ketika ia bertempur jauh di daerah perbatasan. Kalau pasukannya tidak begitu jauh, musuh pasti tidak akan bisa mengambil kesempatan ini. Sulit bagi Raja untuk tidak mencurigainya. Moran sudah terbiasa dengan keadaan ini dan bisa menduga apa yang akan terjadi maka ia tahu ia tidak boleh membiarkan Tuannya memasuki ibukota sendirian, dan ia berkata, “Moran dan beberapa pelayan akan menemani Tuan memasuki ibukota.”

Tapi, Moran tidak menduga kalau Sangtan sudah menunggu kata-kata ini, dan ia berkata “Pangeran pelayan lainnya tidak diperlukan untuk menemani. Raja juga berkata kemenangan atas Bei Mo hampir berhasil dan akan menghadiahkan seluruh prajurit disini. Aku juga mendengar kalau Komandan Moran telah membuat jasa di peperangan kali ini. Raja mengijinkan Komandan Moran memasuki ibukota bersama Pangeran Zhen Bei Wang. Raja sendiri yang akan memberikan hadiah kepada anda.”

Senyum Sangtan sangat ramah, tapi yang lainnya merasa kesal. Perkataannya tidak banyak tapi sungguh menyebalkan. Tangan mereka bergerak memegang sarung pedang, dan melirik ke arah Chu Beijie.

Chu Beijie terlihat sulit mempertahankan posturnya yang tegak. Senyum tipis di bibirnya terlihat cukup tajam untuk memotong bayangannya dari senja. Ia tanpa ekspresi. Melihat kearah ibukota yang megah, suaranya ringan ketika berkata, “Sangtan, aku punya pertanyaan untukmu.”

Suara Sangtan yang sedingin es terkejut. Bagaimanapun ia sedang menghadapi orang yang paling berbahaya dari empat kerajaan, Panglima Dong Lin terkuat, yang baru saja kembali dari peperangan dan  mengepalai sepuluh ribu prajurit. Kalau ia berkata salah, Tuan Besar Zhen Bei Wang akan dengan mudah menghancurkannya, seorang petugas senior, seperti seekor semut. Ia tidak berani melihat tatap tajam Chu Beijie. Ia menundukan kepalanya, “Silakan Tuan bertanya, Sangtan akan menjawab jika ia mampu.”

“Apa kau percaya kalau aku terlibat atas kematian kedua Pangeran kecil?”

Sebuah pertanyaan jebakan.

Kalau Chu Beijie bertanya, “Apa Raja berpikir kalau Aku terlibat atas kematian para Pangeran?” maka Sangtan akan berlaku sebagai petugas yang patuh dengan menjawab ia tidak berani menebak apa yang dipikirkan oleh Raja dan ia hanya bertidak seperti yang di perintahkan.

Tapi kata-kata Chu Beijie telah dipilih dengan sangat hati-hati, menanyakan hal yang sangat di takutkannya. Kalau ia menjawab tidak tahu itu hanya menunjukan kebohongan besar. Dengan kata lain hanya ada dua kemungkinan kalau ia tidak ingin melawan Chu Beijie. Jujur atau berbohong.

Tentu saja ia tidak mampu melawan Chu Bejie disini, maka jujur adalah satu-satunya jalan keluar. Itu sama dengan menyerahkan lehernya pada pedang Chu Beijie. Dan kalau ia akan berkata “Sangtan tentu saja tidak percaya kalau Pangeran terlibat,” di depan seluruh prajurit disini, dan kalau mereka menyebarkan gosip sehingga sampai ke telingan Raja, ia mungkin akan dihukum karena berkerjasama jika Pangeran terbukti bersalah. Dan keluarganya akan dalam masalah.

Pada saat itu, semua kemungkinan berputar di kepalanya dan walaupun Sangtan terkenal di Dong Lin atas sikapnya yang tenang, ia sangat berkeringat. Ekspresinya pucat ketika ia akhirnya berkata, “Pangeran... itu..... itu....”

“Apa pertanyaan ini begitu sulit untuk dijawab?” Chu Beijie tertawa tapi wajahnya tidak. “Petugas Senior Kiri, anda hanya perlu menjawab. Menurut anda aku terlibat, atau tidak?”

Tatapan tajam Chu Beijie menembus melewati Sangtan, yang melangkah mundur satu langkah. “Aku tidak berani... tidak berani...”

“Hahaha.....” Tidak menunggu jawaban Sangtan, Chu Beijie mengangkat kepalanya dan tertawa, wajahnya menunjukan kesedihan yang tidak terbayangkan. Setelah beberapa saat ia berhenti tertawa, wajahnya kembali serius. Dengan suara pelan ia berkata, “Apa seluruh anggota Kediaman Zhen Bei Wang telah di pecat sekarang?”

Wajah Sangtan kebingungan, “Tidak mungkin! Siapa.... siapa yang berkata seperti itu?” Tangannya yang berada di balik lengan baju gemetar kencang.

Mungkin di dunia ini hanya ada satu orang, seorang wanita, yang mampu berbicara pada Tuan Besar Zhen Bei Wang tanpa menjadi pucat.

Chu Beijie berbalik ke arahnya, perlahan menatapnya, lalu kembali menatap ibukota. Ekspresinya sepertinya melewati lima puluh mil dan sampai di kediamannya yang nyaman. Kemudian ia membuka mulutnya dan menghela, “Sebuah bangunan kecil yang berada di paling barat kediaman. Diluarnya banyak bunga bermekaran dan didalamnya, sebuah kecapi.” Ia menghela napas lagi sebelum dengan dingin memerintahkan, “Tahan dia.”

Sangtan matirasa ketika mendengar perintah Chu Beijie, ia memaksa dirinya untuk bergerak. Moran sudah menyambarnya dengan tangkas sambil ia menunjukan Titah Kaisar di tangannya. Ia hanya pejabat lulusan sarjana dan bukan tandingan seorang komandan yang berpengalaman. Ia ditangkap dengan mudah.

Sangtan duduk dilantai, gemetar, terkejut dan takut. “Aku hanya menyampaikan Titah Raja, tapi kau memberontak seperti ini.” Beberapa penjaga pribadi Chu Beijie memaksanya berdiri dan mengikatnya.

Melihat Sangtan di tangkap, rekan mereka, sebagian besar dari penjaga istana berusaha untuk kabur. Para prajurit bagaimanapun, bereaksi lebih cepat dan segera mengepung mereka, pedang mereka tercabut dari sarungnya.

Dalam waktu yang singkat, para penyambut Chu Beijie sudah terikat seperti lontong.

Moran mendorong Sangtang ke kaki Chu Beijie dan melaporkan, “Tuan, ada sebuah panah pendek tersembunyi di lengan bajunya. Sungguh keterlaluan, ada sedikit racun di anak panahnya. Kalau di tembakkan dalam jarak dekat, sulit untuk menghindar.”

Terdengar suara berdebum. Busur dan panahnya dilemparkan ke arah matahari senja, menyisakan awan tipis dari debu berwarna kuning di udara.

Tatapan Chu Beijie berhenti di kepala Sangtan. Sangtan gemetaran. Orangtua dan istrinya yang berada di balik gerbang kota telah berpesan kepadanya untuk jangan pernah memohon ampun di depan Chu Beijie, atau bisa dipastikan ia akan terbunuh. Jauh lebih baik jika bersikap keras kepala dan tidak mengubah tujuan awalnya. “Chu Beijie, anda tentu tahu, begitu kedua pangeran meninggal, maka orang yang berhak mewarisi takhta berikutnya adalah anda. Sebuah rencana yang sederhana, bagaimana mungkin Raja tidak melihatnya? Biar kuberitahu, seluruh penghuni Kediaman Zhen Bei Wang telah dipecat dan semua yang anda miliki telah di ambil kembali oleh Raja! Sungguh malang, aku hanya seorang sarjana, dan tidak tahu bagaimana bersikap kejam agar bisa melepaskan panah beracun itu.”

Chu Beijie mengabaikan kata-katanya yang seperti gonggongan anjing, ia hanya mengerutkan dahi menatap ujung anak panah yang berwarna hijau. “Panah ini, apa permintaan Raja?” ia bertanya dengan singkat.

“Hmph! Kalau saja Raja bukanlah saudaramu, ia akan segera membunuhmu. Ia berharap anda datang ke istana dan menjernihkan kesalahpahaman, kalau memang seperti itu, tapi mengapa aku malah menyia-nyiakan seluruh kesempatan ini untuk bisa membalaskan dendam mereka?” wajah Sangtan penuh penyesalan dan kemarahan.

Suara Chu Beijie sangat berbahaya. “Begitu kau menembakkan panah, entah aku mati atau tidak, kau sedang berada di tengah sepuluh ribu prajurit, jadi kau pasti akan mati dengan sangat mengenaskan. Kau tidak akan berani melakukannya, kau takut pada kematian, tak masalah, tapi kau malah melontarkan kata-kata menggelikan.”

Wajah Sangtan menjadi merah dan matanya membelak seperti seekor kodok. Ia memutar otaknya tapi tak bisa mengatakan apapun untuk membela dirinya.

Tangan Chu Beijie di belakang punggungnya, matanya bahkan tidak melihat Sangtan ketika ia terus berbicara, “Aku memang orang yang paling pantas dicurigai atas kematian kedua pangeran, tapi mengapa Raja sampai bisa berpikir kalau akulah orangnya, siapa yang melakukannya?”

Sangtan diam, menolak untuk berbicara.

Moran memberitahunya dengan dingin, “Tuan Petugas Kanan tidak pernah bekerja dengan pasukan militer dan tidak tahu apapun tentang peraturan di barak. Ketika kami bertemu dengan tahanan yang menolak bekerja sama, mereka melepaskan pakaiannya dan meninggalkannya pada rekan-rekan kami untuk bersenang-senang, baru kemudian di siksa.”

Wajah Sangtan menjadi pucat seketika.

Tidak ada wanita di dalam pasukan dan itu berarti beberapa ribu pasukan harus menderita karena menahan nafsu birahinya selama beberapa bulan. Semua orang pasti bisa menerka apa yang dimaksud ‘bersenang-senang’. Penyiksaan sudah cukup buruk, tapi kalau ia harus dipermalukan seperti itu, bahkan jika ia mati, ia takkan punya muka untuk bertemu leluhurnya. Ia sangat gemetar, tidak lagi berusaha untuk berani.

“Katakan.” Chu Beijie berdiri tenang seperti tidak terjadi apapun.

Keringat Sangtan menetes berjatuhan, matanya memancarkan kemarahan ketika ia menatap Moran. Dengan gigi terkatup ia berkata, “Apa Tuan berpikir kalau rencana racun itu sangat rapi? Malam harinya Raja dengan segera mendapatkan mata-mata itu  dan setelah penyiksaan yang sangat berat, akhirnya ia mengaku, sebagai mata-mata dari Bei Mo. Orang yang memberikannya racun adalah seorang wanita bernama Bai Pingting. Hmph, bukankah dia, wanita yang anda cintai?”

Moran terkejut dan mendongakkan kepalanya ke arah Chu Beijie.

Chu Beijie tetap seperti batu, tak seorangpun bisa menebak ekspresinya. Seluruh pasukan diam, tak ada yang berani berdehem. Mereka memandangi Panglima mereka.

Dibawah cahaya terakhir matahari senja, Chu Beijie bertanya dengan tenang, “Moran, bagaimana menurutmu situasi saat ini?”

Untuk beberapa alasan, bahkan Moran merasa sangat gugup sampai kedua tangannya bergetar. Ia berlutut dan berkata dengan hati-hati. “Kalau Sangtan mengatakan hal yang sebenarnya, sulit bagi Raja untuk tidak mencurigai Tuan.”

Tiba-tiba suasana menjadi sunyi mencekam.

Komandan yang lain mendengarkan baik-baik setiap perkataan Chu Beijie dan Moran.

“Apa kau percaya kalau aku yang membunuh kedua Pangeran?”

“Tentu saja tidak.”

“Apa Raja juga akan percaya seperti itu?”

Moran ragu sejenak tapi kemudian berkata, “Raja akan mempercayai hal ini. Menurut hirarki keluarga, jika Raja tidak memiliki keturunan, maka Tuanlah yang akan menjadi penerus selanjutnya. Orang yang menyerahkan racun adalah Pingting, orang yang memiliki hubungan dengan Tuan. Dan sekarang Tuan  kembali bersama seluruh pasukan, bagaimana mungkin Raja tidak curiga terhadap Tuan?”

Chu Beijie menoleh keatas dan melihat kalau hari sudah gelap, bahkan sinar terakhir telah menghilang. “Kau bisa melihat tekanan luar biasa yang dialami Raja. Kalau kita memasuki ibukota, kita dan semua orang yang berhubungan dengan kita akan di tangkap dan dibunuh, demi keamanan Dong Lin. Kalau aku sebagai Raja, aku juga akan melakukan hal yang sama.”

Bruk, bruk. Setelah beberapa kali suara bruuk, terlihat seluruh pasukan dibelakangnya berlutut, dan berwajah pucat.

Komandan Shenwei berkata, “Aku tidak keberatan, masuk ke ibukota sendirian dan berusaha menyakinkan Raja kalau Tuan tidak bersalah. Aku akan bersumpah atas leluhurku dan seluruh keluargaku yang masih hidup kalau inilah kebenarannya.”

“Aku juga akan bersumpah kalau Tuan tidak bersalah!” suara pasukan bergema di langit yang mendung.

“Kau telah menemaniku melewati peperangan selama beberapa tahun ini. Raja bahkan mencurigaiku, bagaimana ia tidak curiga pada kalian semua? Memasuki ibukota hanya berarti kematian. Dan pilihan lainnya adalah mati. Kalau aku memasuki ibukota, tidak masalah kalau aku mendapat hukuman, tapi semangat pasukan Dong Lin akan berkurang karena kehilangan Panglima Utama mereka. Walaupun Dong Lin terkenal memiliki banyak prajurit kuat, tapi sekarang sepertinya bahkan tidak mempunyai cukup kekuatan untuk mempertahankan diri. Bagaimanapun, kalau kita tidak memasuki ibukota, Raja mungkin akan menganggap ini sebagai pemberontakan.”

Moran yang paling setia. Ia yatim piatu dan telah menemani Chu Beijie sejak masih muda. Ia menekan giginya dengan kuat. “Memasuki ibukota tidak mungkin, tapi tidak memasuki ibukota juga tidak mungkin. Sejak Raja bersikap curiga, ia tidak akan memaafkan Tuan. Ini sungguh dilema. Pilihan lain adalah membawa pasukan dan menyerbu ibukota, lagipula, Tuan adalah pewaris kerajaan berikutnya.”

“Menguasai ibukota tidak sulit selama aku menguasai pasukan terbaik. Itu juga sebabnya mengapa Raja ingin menyingkirkanku.” Chu Beijie menggelengkan kepalanya, “Tapi bahkan kalau kita menyerbu ibukota, membunuh Raja dan mengambil alih kekuasaan, apa yang akan terjadi pada rakyat Dong Lin? Sekali saja keluarga kerajaan kacau, hati rakyat akan ragu dan para pejabat akan terbagi. Negara lain akan mengambil kesempatan ini untuk menyerang. Apa kita ingin Dong Lin di bantai oleh negara musuh?”

Itu sudah cukup untuk membuat Moran menundukan kepalanya.

Komandan lainnya tahu kalau Chu Beijie memiliki pertimbangan lain. Mereka tidak berani menyela, hanya berlutut di tanah tanpa bersuara.

Angin berhembus lebih kencang, menyebabkan bendera menghantam tiangnya dengan kuat tapi sepuluh ribu prajurit tetap menunggu dalam diam, sampai Panglima mereka membuat keputusan.

“Untuk menyakitiku, ia bahkan tidak keberatan menyatakan diri sebagai pembunuh. Meskipun di wilayah Dong Lin dia sama sekali tidak peduli...” Chu Beijie perlahan berbalik, di ujung bibirnya terbentuk sebuah senyuman getir. “Tidak hanya berniat membuat Dong Lin kacau balau, tapi juga membuat Bei Mo sebagai musuh utama Dong Lin. Hebat, taktik yang hebat.” Ia tertawa pahit agak lama, lalu berhenti, ekspresinya membeku. Tatapannya kembali pada medan pertempuran yang sejauh seribu mil, sebuah tatapan yang penuh penghinaan. Lalu ia berkata dengan lantang, “Seluruh komandan, dengarkan perintahku!”

“Siap!”

“Segera serang ibukota. Setelah menjatuhkan tembok kota, jangan menyerang mereka yang tidak melawan. Arahkan seluruh rakyat masuk ke rumah mereka dan tahan para bangsawan, kemudian menunggu untuk perintah berikutnya.” Chu Beijie mengeluarkan perintah lain, “Komandan Shenwei!”

“Siap!”

“Begitu kita menguasai ibukota, kau pimpin sepuluh ribu pasukan dan bertanggung jawab untuk membuat keputusan di dalam ibukota. Tempatkan pasukan disekitar istana dan kediaman para pejabat penting, tidak ada yang boleh masuk.”

“Baik!”

“Komandan Shenyong!”

“Siap!”

“Begitu kita menguasai ibukota, kau pimpin dua puluh ribu pasukan dan jaga tembok ibukota. Jangan sampai ada satu orangpun yang berhasil kabur, agar kabar penaklukan ibukota tidak tersiar.”

“Baik!”

“Komandan Shenwu, kau ikut denganku. Kepung istana ketika kita menyerang masuk, untuk melihat Raja.”

“Baik!”

Setelah mengatakan semua perintah itu, wajah Chu Beijie menjadi lebih tenang. ia tersenyum sedikit ketika ia menatap para Jendralnya. “Ini untuk Dong Lin dan untuk keamanan kalian. Kalian semua ingatlah ini, kali ini tidak seperti penyerangan sebelum-sebelumnya. Pasukan terbaik berada di pihak kita maka para penjaga pasti sudah cukup merasa takut. Seharusnya mudah untuk mengendalikan ibukota, jadi hindari pembunuhan sebisa mungkin.”

“Kami akan mematuhi perintah Panglima Zhen Bei Wang dengan segala resiko!”

Dibawah langit malam, sosok hitam para prajurit mendekati ibukota Dong Lin, seperti seekor ular.

--0--





novel, translate, klasik, cina, chinese, terjemahan, indonesia