Jumat, 27 Februari 2015

Gu Fang Bu Zi Shang -- 1.3

-- Volume 1 chapter 3 --

Sejak kunjungannya ke kuil bersama Pingting, Nona Hua menjadi sangat dekat dengan Pingting dan tidak pernah kehabisan topik untuk dibicarakan dengannya. Ia bahkan lebih dekat kepada Pingting daripada gadis lain yang pernah bersamanya selama beberapa tahun terakhir ini. Kebetulan, pelayan Nona Hua, Dong'er sedang sakit dan harus pulang kerumahnya agar orang tuanya bisa merawatnya. Nona Hua lantas meminta Pinting sebagai pelayan pribadinya.

Seperti itulah, Pingting memulainya dari pekerja kasar menjadi penjahit baju pengantin dan pelayan pribadi Nona Hua. Ia telah melewati beberapa tahap yang mengejutkan setiap orang.

September baru saja lepas musim panas, tapi harimau musim gugur sangat ganas.

Suara tawa dari dua orang gadis sering terdengar di balik pepohonan kamar utama Nona Hua.

“Seperti ini?”

“Bukan.”

“Jadi... apa seperti ini?”

“Bukan juga.”

Nona Hua mencoba menyulam sepanjang hari, tapi dia tetap tak berhasil. Ia melempar sulamannya dan mendesah berlebihan. “Aku menolak untuk belajar, ini tidak menyenangkan dan jari-jariku penuh luka.”

Pingting tertawa, “Aku sudah memperingatkanmu Nona, menjahit bukan hal yang menyenangkan. Waktu aku pertama kali mencobanya, sepuluh jari-jariku bengkak. Jari-jari Nona hanya terluka kecil.” Rencananya  seharusnya ia sudah melarikan diri lebih cepat, tapi karena ia belum mendengar kabar apapun dari Tuan Mudanya, ia memutuskan untuk tinggal lebih lama.

Kecapi pemberian itu sangat bagus. Walaupun Pingting menyukainya, ia harus meminta ijin jika ingin memainkannya, dan kecapi itu diletakan di kamar Nona Hua. Bagaimanapun, kecapi itu diberikan kepada 'Nona dari Kediaman Hua'.

“Aku ingin menyulam sesuatu untuknya...” Nona Hua membicarakan kekasih rahasianya.

“Nona,” Nyonya Hua sepertinya sedang mencarinya. Wajahnya tersenyum ketika ia melihat mereka dan tersenyum lebar, “Oh, jadi Nona disini, aku kesulitan menemukanmu. Seseorang ingin bertemu denganmu.”

“Siapa yang ingin bertemu denganku?”

“Seorang pria tampan dan pria yang dulu memberikan Nona kecapi juga disana. Ia menyebutkan namanya Dong Dingnan.”

Wajah Pingting menjadi gelap. “Ia benar-benar datang.”

“Bawa dia kedalam,” Nona Hua berkata pada Penggurus Rumah kemudian berputar ke arah Pingting dan menarik tangan Pingting. Matanya bersinar ketika berkata, “Kau lihat? Tebakanku benar khan? Ia benar-benar ingin melihatmu.”

Pingting tertawa, “Ia datang untuk melihat Nona, bukan aku.”

Nona Hua menjawab balik, “Geez, kenapa kita masih diam disini? Ayo ikut aku.”

Ia mendorong Pingting ke ruang tamu dan mereka duduk di balik tirai. Tak lama kemudian Penggurus Rumah membawa para tamunya masuk.

“Nona, Tuan Dong tiba.”

“Terima kasih. Nyonya Hua kau boleh pergi.”

Nona Hua dan Pingting mengintip si pria.

Penggurus Rumah sudah pergi. Hanya seorang pria muda yang berdiri di ruangan. Pakaiannya mahal tapi tidak mencolok, kainnya terbuat dari sutra. Alis matanya hitam dan keanggunan seorang bangsawan menyelimutinya  ini membuatnya terlihat sebagai pria muda yang luar biasa tampan.

Nona Hua membelak lalu berbisik di kuping Pingting, “Kemampuan bermain kecapimu pasti sangat hebat, sampai bisa menarik perhatian seorang pria seperti ini.”

Pingting sama terkejutnya dengan Nona Hua, walaupun pemikirannya berbeda dengannya.

Ia sudah bertahun-tahun berada di Kediaman Jin Anwang maka ia langsung tahu kalau pria ini bukan seorang pria kaya biasa.

Mungkinkah ia seorang pejabat Dong Lin.

Bukan, apa mungkin seorang anggota keluarga kerajaan?

Bukan hal yang mustahil untuk bertemu anggota kerajaan, ini ibukota Dong Lin. Dari kesopanannya dan caranya  memberikan kecapi bahkan lebih mencurigakan.

“Saya, Dong Dingnan, sudah begitu lancang datang kemari menemui Nona.” Dong Dingnan memasuki ruangan.  Ketika ia melihat tirai, ia segera tahu bahwa ia sedang diperhatikan secara seksama. Ia sangat percaya diri dan  tertawa kecil.

Nama keluarganya bukan 'Dong' dan namanya sudah pasti bukan 'Dingnan'. Ia adalah adik dari penguasa Dong Lin saat ini, Tuan Besar Zhen Beiwang, Chu BeiJie. Ia sering pergi ke medan perang dan terbiasa menerka strategi musuh. Ia sedang berjalan-jalan di sekitar pekarangan luar kuil, merasa sangat bosan ketika ia mendengar alunan suara kecapi yang menyejukan hatinya.

Siapa yang akan melewatkan kesempatan untuk bertemu si cantik?

Sebagai seorang adik dari seorang Raja di Dong Lin dan sebagai orang yang paling penting, Tuan Besar Zhen Beiwang. Ia telah merencanakan segalanya dengan teliti. Pertama, menunggu dan mendengarkan, meminta  bertemu di lain waktu, menghadiahkan kecapi dan menyelidiki terlebih dahulu tentang Keluarga Hua, sebelum masuk ke Kediaman mereka.

Nona Hua melihat bagaimana Pinting menatap pria itu tanpa berkata-kata dan menyimpulkan bahwa ia menemukan seorang pria tampan dan bermatabat dibalik tirai yang memisahkan mereka. Tak tahu apa yang harus dikatakan, ia memutar matanya dan berkata, “Kalau kau sudah tahu hal ini membuat Nona tidak nyaman, mengapa kau masih datang menemui Nona? Nonaku tidak terbiasa menerima orang asing.”

Pinting menaikan alisnya, tapi Nona Hua terlihat gembira.

“Suara kecapi Nona selalu teringat dan saya dating, meminta untuk bisa mendengarnya lagi, “Chu BeiJie menjawab, memberikan senyuman mempesona.

Pingting mulai meneliti Dong Dingnan, tapi ia tak bisa mengingat nama keluarga 'Dong' di Dong Lin. Orang ini menggunakan nama palsu, ini sangat mencurigakan. Jika ia mengetahui siapa aku, aku mungkin dalam masalah besar. Melihat Nona Hua hendak bicara ia segera menyela, “Apa kau disini hanya untuk mendengarkan sebuah lagu?”

“Benar.”

“Jadi kau memberiku kecapi Feng Tong yang mahal, hanya untuk mendengar aku memainkannya?”

“Itu benar.”

Pingting meletakkan kecapi didepannya dan memetik sebuah senar.

Sebuah nada lembut kecapi mengalun keluar dari balik tirai, seperti sungai kecil mengalir melewati pegunungan rumput musim semi yang segar. Sangat memikat.

Bahkan orang-orang diluar ikut mendengarkan, menarik napas dengan serentak.

Irama awal sangat kuat dan bertenaga, berangsur-angsur melambat, lembut dan terasa manis, dan akhirnya di tutup dengan nada tinggi.

Setelah selesai satu lagu, Pingting berkata, “Suara kecapi ini benar-benar seperti terbang di udara, menghilang sebelum datang. Aku menduga kalau Tuan menginginkan sebuah lagu lagi?”

Dan ia yang mengaku Dong Dingnan tersenyum, “Nona sangat pengertian, benar, aku berharap mendengar sebuah lagu lagi.”

“Aku sudah membalas kebaikanmu dengan lagu yang baru saja selesai kumainkan.” Nada suara Pingting menjadi dingin, “Memainkan kecapi menyenangkan untukku, tapi memainkan kecapi untuk seseorang yang menggunakan nama palsu, membuatku merasa tidak nyaman.”

Chu BeiJie terlihat sedikit bingung. “Kapan Nona menyadari aku menggunakan nama samaran?”

“Tuan tidak perlu tahu kapan.” Pingting tahu kecurigaannya benar dan sebuah senyum licik tergores di wajahnya. “Tuan hanya perlu memberitahu apakah tebakanku benar atau tidak.”

Chu BeiJie menatap dalam-dalam ke balik tirai. Ia sudah mendengar bahwa Nona dari Kediaman Hua gadis cantik yang punya gaya sendiri dalam permainan kecapinya. Sepertinya tekniknya menghidupkan namanya, dan sangat sulit untuk menemukan seseorang dengan teknik yang mirip. “Nona benar, Dong Dingnan adalah salah satu nama samaranku, aku tidak menyangka Nona bisa menerkanya.”

“Mengapa Tuan menggunakan nama samaran?”

Chu BeiJie berpikir kalau gadis di balik tirai sangat cerdas. Percakapan mereka seperti kegembiraan untuk bisa  mengalahkan musuh, walaupun tidak terang-terangan. Ia tertawa dan bertanya balik, “Lantas, mengapa Nona bersembunyi di balik tirai?”

“Apa wajahku begitu penting?”

“Lalu apa nama lebih penting?”

“Bagaimana bisa Tuan membandingkan keduanya? Kau menginginkan sebuah lagu dariku dan aku sudah memberikannya. Tentu saja kau harus menggunakan namamu yang sebenarnya.”

Chu BeiJie bersandar di meja dan menyesap teh dinginnya, “Apa Nona tidak menginginkan sesuatu?”

“Eh?” Pingting menaikan alisnya, “Apa yang aku inginkan?”

“Apa yang Nona inginkan sewajarnya adalah, sebuah penilaian atas permainan Nona.” ia tertawa ringan, suaranya dalam.

Pingting berpikir ia sulit ditebak, tapi harus diakui ia memiliki kepercayaan diri yang kuat, cukup untuk menyeimbangkan sikap angkuhnya.

Jantungnya berdetak kencang, ia berjalan ke tirai dan diam-diam melihat lebih dekat.

Chu BeiJie duduk disana dengan bangga dan wajah puas seolah berkata 'Aku tahu kau diam-diam memperhatikanku.' Pingting mengingat-ingat motip pakaiannya, dan akhirnya matanya jatuh ke arah hiasan gioknya yang tergantung dipinggangnya.

Tubuh langsingnya terkejut dan ia membeku.

Hiasan gioknya berkilau dan halus, barang kualitas tinggi. Dan yang membuatnya terkejut adalah, bentuk lambang keluarga kerajaan Dong Lin.

Ia salah satu anggota keluarga kerajaan Dong Lin.

Mata Pingting tiba-tiba berkobar. Dia belum mendengar kabar apapun tentang Tuan Muda Jin Anwang, sejak kedatangannya di Dong Lin setelah beberapa bulan. Ia percaya ini adalah kesempatan baik. Kenapa tidak bertanya pada 'Dong Dingnan'?

Denga pemikiran seperti itu, mata hitam Pingting sekarang penuh kecerdikan.

“Jadi, Tuan adalah kritikus musik, apa pendapatmu setelah mendengar permainanku tadi?”

“Pendapatku?” Chu BeiJie menatap ke balik tirai, sudut bibirnya tiba-tiba terangkat membentuk senyuman. Dengan kagum ia membalas. “Lagu tadi seperti seekor angsa ajaib yang terbang melewati awan dan seperti seekor elang yang gagah menaklukkan padang rumput. Ini menunjukan ketertarikan Nona pada semua hal kehidupan dan tidak begitu peduli dengan kekayaan. Nona lebih seperti seorang pria dalam hal ini.

Pingting terdiam.

Chu BeiJie ternyata lebih pintar dari perkiraannya. Dia mampu menggambarkan kepribadiannya hanya dari satu lagu. Walaupun ia sadar akan bahaya yang bisa datang darinya, ia tak bisa menyembunyikan kekagumannya.

Pingting membalas, “Tuan memang benar, tapi tidak seperti seorang pria, aku tak bisa berbuat apapun. Seperti misalnya, dunia diluar pasti lebih luas dan indah, tapi aku tak bisa melihatnya sendiri.”

Inilah yang terjadi pada seluruh wanita di dunia, yang terikat pada keluarga dan status. Bahkan Nona hua yang masih mendengarkan permbicaraan mereka, menganggukkan kepalanya.

Pingting menarik napas dalam, “Ku dengar bahwa... selain Dong Lin, ada sebuah negara cantik yang disebut Gui Li. Apakah mereka juga senang musik?”

“Itu benar. Gui Li memiliki banyak pemandangan gunung, masyarakat disana senang menari dan bernyanyi tapi hal yang berharga dari Gui Li adalah tembaga. Gui Li menghasilkan tembaga lebih banyak dalam satu tahun dibanding penghasilan Dong Lin dalam tiga tahun.” Chu BeiJie bersemangat ketika membicarakan Gui Li karena itu salah satu dari sedikit yang menarik minatnya. Ia menghabiskan berhari-hari memperhatikan peta Gui Li dan tanpa berpikir ia mengungkapkannya.

“Tak heran mereka mengatakan Gui Li sangat kaya. Pasti karena perunggu mereka.”

“Benar sekali, mereka adalah negara kaya, tapi hal ini membuat mereka terlalu santai. Mereka negara yang lemah saat ini, karena Raja dan para bangsawannya selalu bertempur dalam negri.

Chu BeiJie merangkum masalah yang terjadi di Gui Li dengan beberapa kalimat.

Pingting mendesah.

Kediaman Jin Anwang adalah inti dari Gui Li, dan karena Pingting besar disana, maka ia lebih tahu masalahnya dari pada kebanyakan orang.

Jika Raja tidak cemburu pada Keluarga Jin Anwang yang sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun lalu, seluruh Kediaman tidak mungkin, bisa hangus terbakar dalam semalam bukan?

Ketika Pingting mendengar masalah terbesar Gui Li dari seorang musuh yang bersikat acuh, ia tak bisa menahan diri untuk bertanya, “jadi Gui Li tidak memiliki bentuk kerajaan atau pemerintahan ?”

“Tentu saja Gui Li memiliki pejabat pemerintahan namanya Tuan Besar Jin Anwang. Ia menggurus pasukan tentara dan mengatur negara selama bertahun-tahun.” Ia tersenyum lembut, terlihat senang, “Tapi karena tentara Jin Anwang terlalu besar dan sukses, Raja yang baru memutuskan untuk melenyapkannya.”

“Apa?” suara berdesir terdengar dari balik tirai, “Bukankah kau bilang orang-orang Jin Anwang adalah orang-orang baik ? Raja dari Gui Li sungguh aneh.”

Chu Beijie meluruskan duduknya, wajahnya penuh tekad. Ia tertawa, “Kediaman Jin Anwang mungkin setia pada Gui Li, tapi ia membenci negaraku Dong Lin. Sekarang mereka sudah hilang, dan Gui Li tanpa pemimpin yang kuat, Dong Lin bisa dengan mudah menaklukkan Gui Li.

Pingting menyerap informasi itu dengan sakit hati, tapi ia berpura-pura senang, “Begitu, jadi Dong Lin kita lebih kuat. Dan.. tak seorangpun dari Kediaman Jin Anwang yang selamat?”

“Ada beberapa orang cerdik di Kediaman Jin Anwang, terutama Tuan Mudanya yang bernama He Xia. Yang kudengar mereka tidak disana ketika terjadi kebakaran. Dipercaya bahwa mereka berhasil kabur dari Gui Li. He Su masih mencoba menangkap mereka,  membuat mereka berada disisi yang sama dengan kita. Sungguh menyedihkan. Maksud sebenarnya dari dua kalimat terakhirnya adalah 'sungguh disayangkan He Su tak berhasil menghabisi seluruh Kediaman Jin Anwang'.

Ia akhirnya mengetahui kalau Tuannya masih belum tertangkap. Dan ia merasa sedikit lega.

Tuan dan yang lainnya mungkin selamat, ya kan?  Walaupun ia berusaha, ia tidak tahu darimana harus mulai mencari mereka. Mengapa tidak tinggal disini lebih lama, menemani Nona Hua, dan menggunakan dia untuk mengetahui kabar terbaru.

Setelah berpikir seperti itu, Pingting memetik sebuah senar lagi.

Di sisi lain, Chu Beijie mendengar nada itu diikuti sebuah lagu. Harmoni yang kasar, tapi juga halus seperti tetesan air. Sangat membangkitkan semangat seperti yang pertama tapi sedikit lebih feminim.

Sebelum seseorang mampu menarik napas, sebuah suara menemani suara kecapi.

“Ketika ada masalah, disana ada pahlawan.... ketika ada pahlawan, disana ada wanita cantik... bertahan dari  kekacauan, bertahan dari kekacauan...” suara yang merdu bergema, seperti seorang dewi.

Chu Beijie untuk sesaat terperangkap oleh suaranya dan lagunya. Semangatnya dibangkitkan oleh alunan musiknya. Walaupun ia baru dua puluh tahun, ia telah dilatih kemiliteran sejak kecil dan ia melampaui semua pelajarannya. Ia dibesarkan dilingkungan istana, jadi ia telah melihat banyak wanita cantik dalam hidupnya setiap saat, dari menggagumi jadi merasa jijik dan akhirnya memandang rendah mereka.

Ia bertekad untuk menemukan seorang yang memilik kecantikan sesungguhnya.

Wanita dibalik tirai ini, ia tahu pasti, adalah seorang pemain kecapi terbaik yang pernah dengar. Dan mustahil untuk menemukan kesalahannya. Walaupun ia belum melihatnya langsung, ia tahu kalau wanita itu sangat cantik berdasarkan lukisan yang di dapatnya ketika ia menyelidikinya.

Melihat bentuk tubuh di dalam tirai, ia tahu kalau itu adalah dia.

Setiap kata memenuhi hati dan pikiran pendengarnya, seperti tasbih giok bergemerincing di piring, dan terkadang seperti cangkir teh yang diletakan dengan tenang di atas meja.

Pingting menyelesaikan permainannya dengan mengulang bait 'bertahan dari kekacauan' beberapa kali, dan menahan nadanya disana, membiarkan suaranya hilang perlahan.

Chu Beijie memejamkan matanya untuk menilai musiknya dan ia membutuhkan beberapa saat untuk mengembalikan pikirannya. “Lagu 'bertahan dari masalah' ini menggambarkan rasa sakit dan penderitaan dari 'seorang wanita cantik'. Tapi permainan Nona memberikan perasaan yang benar-benar berbeda. Lebih banyak kemenangan, daripada penderitaan dan rasa sakit.”

“Terima kasih Tuan.” Pingting membalas dengan suara sedikit ditekan dan wajahnya merona. Bermain kecapi dan bernyanyi sangat melelahkan untuknya, tapi ia masih ingin tahu lagi dan untuk menahan pria itu, ia  menyenangkan pendengarannya, “Aku juga mendengar tentang Tuan Muda dari Jin Anwang He Xia. Bukankah mereka mengatakan ia adalah Panglima terbaik di Gui Li.”

“Itu benar.”

“Lantas... apakah Panglima Dong Lin kita lebih kuat dari mereka?”

Chu BeiJie tersenyum ketika membicarakan dirinya sendiri, “Bagaimana menurut Nona ?”

“Aku berada di rumah terlalu lama, bagaimana aku bisa tahu? Aku hanya mendengar kabar dari pelayan baru, kalau He Xia bertempur melawan Chu BeiJie beberapa waktu lalu di perbatasan Gui Li.”

“Ya, itu benar.”

“Siapa yang memenangkan pertarungan?” Pingting tahu kemenangan berada dipihak Tuannya tapi ia berpikir kalau kemenangannya terlalu mudah. Tentu saja, ia berhasil menjebak mereka dalam perangkap, dan pasukan Zhen Beiwang cukup besar untuk memberi mereka perlawan. Tapi, mereka mengakui kekalahan dan mundur terlalu cepat.

Ketika Panglima Zen Beiwang kembali ke Dong Lin, apakah ia dihukum atas kekalahannya? Jika Raja Dong Lin mengambil kewenangan Chu Beijie, itu akan menguntungkan Gui Li.

“He Xia menang.” Chu BeiJie menjawab dengan datar.

“Dengan kata lain, Panglima Zhen Beiwang kalah?”

“Tidak, Panglima Zhen Beiwang menang juga.”

“Oh?”

Chu BeiJie memberikan senyum bermakna ganda, “He Xia kemenangan kecil, Chu Beijie kemenangan besar.”

Kebanyakan orang tidak mengerti, tapi ini sangat sangat mengejutkan Pingting.

Ia sangat tahu pertempuran ini, Dong Lin sudah menyerang perbatasan selama dua tahun. Awalnya, Raja bertahan menolak untuk mengirim Tuan Mudanya kesana. Sampai pasukan disana hampir dikalahkan, ia segera mengeluarkan perintah penugasan, mengumumkan bahwa He Xia harus melindungi perbatasan kota apapun resikonya.

Dengan kekurangan pasokan obat dan makanan, tentunya akan menyemangati pasukan musuh yang telah begitu kuat menyerang pasukan Gui Li.

Tapi mengapa mereka menang? Ia memikirkan berbagai alasan untuk menjawab pertanyaan ini, dan Dong Dingnan telah menegaskan kekhawatiran terbesarnya.

“Mengapa Nona sangat diam?” suaranya sangat dalam.

Pingting berpikir sejenak, lalu mendesah, “Manusia tak bisa berhenti berperang, sangat menjengkelkan.”

Chu BeiJie menangkap nada jengkel di suaranya, tidak begitu mengerti maksudnya, “Nona, untuk apa merasa terganggu dengan urusan politik. Mari kita bicarakan sesuatu yang lebih menyenangkan hati?”

“Benar. Membicarakan hal yang umum, tentunya lebih menarik.”

Pingting tidak ingin membuatnya curiga maka ia membicarakan sastra dan seni. Ia khawatir ia mungkin secara tidak sengaja membuka identitasnya. Ia menjaga jawabannya tetap singkat dan bicara dengan penasaran.

Ini merupakan kesempatan bagus bagi Chu Beijie untuk pamer, walaupun ia berusaha untuk terkesan biasa saja, seperti orang yang pernah berpergian beberapa kali. Tapi darah kerajaannya masih mengalir di pembuluh darahnya, dan ia berbelok tentu saja. Ia mulai membicarakan bentuk suatu daerah, dan bagaimana melakukan serangan balasan ketika diserang. Kemudian ia menjelaskan kapan harus menyerang secara terbuka, dan kapan harus merencanakan pembunuhan. Bahkan komentarnya tentang sistem pemerintahan dijelaskan dengan baik.

Mendengar kesunyian dari balik tirai, ia mulai tersenyum. “Pembicaraanku tidak begitu menarik. Aku kembali membicarakan perang.”

Pingting didalam tirai berpikir, orang ini pasti seorang petarung hebat pasukan Dong Lin. Tiba-tiba sebuah pikiran terlintas, mungkinkah orang ini adalah Panglima Zhen Beiwang?

Tak mungkin... bagaimana ada kebetulan seperti ini? Ia menggelengkan kepala beberapa kali untuk melupakan apa baru saja ia pikirkan. Ia berkata pelan, “Terima kasih Tuan. Seperti yang kau tahu, aku seorang wanita, jadi aku tidak mengerti hal-hal seperti ini.”

Dua orang ini tanpa disadari telah berbicara sepanjang siang.

Dan sebelum matahari tengelam, dua ketukan terdengar diluar pintu. Seorang pria muda yang memberi kecapi, masuk dan berbisik di telinga Chu BeiJie.

Pingting melihatnya dan merasa mereka sedang membicarakan masalah peperangan, kemungkinan tentang Tuannya sendiri. Ia mencoba mendengar apa mereka katakan, tapi ia terlalu jauh.

Chu BeiJie duduk lebih tegak, “Berbincang dengan Nona dan mendengar permainan Nona sangat menyenangkan. Aku tak akan mengganggu Nona lagi, Dingnan mengucapkan terima kasih. Dingnan akan datang lagi dalam dua hari.”

Ia berdiri dengan cepat, begitu tiba-tiba. Pingting menjadi semakin curiga ini berkaitan dengan Tuannya. Ia bersikap tidak senang, “Mungkin seorang gadis lain sudah menunggu di rumahmu.”

Dong Dingnan berpikir kalau Pingting telah bersikap tidak sopan dan akan membalasnya, tapi Pingting tiba-tiba tertawa. “Aku tahu, Aku tahu. Wanita tidak membuat Tuan Dong tertarik, yang Tuan suka adalah perang. Tentu saja aku tidak seharusnya menahanmu.”

Chu BeiJie tertawa hangat dan matanya bersinar jenaka. “Tuan Muda Jin Anwang dari Gui Li yang Nona bicarakan hari ini, mungkin Nona akan bisa melihatnya beberapa hari lagi.”

Ini menyambarnya seperti petir. Pingting hampir menjatuhkan cangkir tehnya. Mungkinkah Tuannya telah ditemukan, tertangkap dan ditawan di ibukota Dong Lin?

Ia baru akan bertanya lagi tapi Chu BeiJie sudah berdiri. “Aku minta maaf, tapi aku harus pergi, secepatnya, sampai jumpa.”

Pingting bersuara tertahan, “Tolong Tuan...jangan pergi dulu.”

Tapi Chu BeiJie sedang sangat terburu-buru. Ia melambaikan tangan ringan sebelum dengan cepat berjalan menuju kegelapan malam.


--0--




novel, translate, klasik, cina, chinese, terjemahan, indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar