Selasa, 24 Februari 2015

Gu Fang Bu Zi Shang -- 1.2

-- Volume 1 Chapter 2 --

Cuaca lumayan bagus, matahari bersembunyi di balik awan dan tidak sepanas dua hari kemarin.

Pingting sudah menyelesaikan cuciannya dan sedang menyeka keringatnya dari wajahnya ketika Nyonya Chen menghampirinya.

“Hong, kau sibuk?”

“Aku baru saja menyelesaikan cucianku. Apa yang kau butuhkan, Nyonya Chen ? Aku sudah menyelesaikan cucian kemarin juga, kecuali aku masih harus melipatnya ….”

“Jangan pikirkan itu.” Nyonya Chen mengikuti Pingting ke jemuran pakaian dan tertawa kecil, “Kau bisa meletakannya sebentar. Aku ingin bicara denganmu.”

Pingting meletakan keranjang cuciannya, ”kenapa?”

“Kau memperbaiki dua lubang di pakaianku, ya kan?”

“Aku melihat lubang itu dan menambalnya. Apa kurang rapi?”

Nyonya Chen tertawa kecil lagi, ”Bukannya tidak bagus. Aku tak bisa berkata bahwa ada lubang disana sebelumnya! Aku tak pernah menyangka kau memiliki jari yang cekatan!” ia menarik tangan Pingting, memperhatikannya dan bertanya, “Kenapa kau tidak katakan pada kami tentang kemampuanmu? Biar kuberi tahu, pernikahan Nona akan segera dilaksanakan dan kami sedang terburu-buru menyelesaikan pakaiannya. Hanya ada tiga gadis di seluruh Kediaman ini yang pandai menjahit, jadi aku khawatir tidak akan selesai pada waktunya. Mulai hari ini dan seterusnya, kau tak perlu mengerjakan pekerjaan kasar lagi, kau akan membantu menjahit!” Nyonya Chen adalah pengasuh Nona Hua, maka ia sangat bersemangat dengan urusan pernikahannya.

“Ini...” akhir-akhir ini, kesehatannya membaik pesat dan ia berencana melarikan diri segera. Dan itu akan mudah dilakukan jika ia hanya seorang pelayan yang bertugas mencuci pakaian.

“Ini apa? Apa kau lebih suka mengerjakan pekerjaan kasar?” Nyonya Chen menepuk tangan Pingting, ”ini kesempatan besar. Aku akan mengatakan pada Kepala Rumah Tangga tentang ini. Masuklah kerumah inti dan jangan mengkhawatirkan apapun.” dia pergi dengan gembira, sebelum Pingting sempat menjawabnya.

Pingting tak punya pilihan lain kecuali membereskan barang-barangnya dan masuk ke rumah inti.

Keluarga Hua adalah salah satu pedagang paling terkenal di Dong Lin. Kepala Keluarga hanya memiliki seorang anak perempuan, maka acara pernikahannya menjadi hal yang paling utama. Pakaiannya membutuhkan setidaknya empat orang penjahit dan sekarang mereka mendapat tenaga tambahan.

Sebagai seorang penjahit, makanan dan pakaian Pingting menjadi lebih baik dibanding ketika ia masih sebagai pelayan pekerja kasar. Bagaimanapun, Pingting sudah dimanjakan sejak dahulu di Kediaman Jin Anwang, jadi ia tidak begitu memperhatikan perubahan itu. Walaupun gaya hidupnya menurun, dia mudah beradaptasi dan tidak mengeluh.

Untuk alasan yang tidak diketahui, para penjahit diletakan dekat kamar Nona Hua.

“Kain yang indah, kuharap aku bisa mengenakan yang seperti ini ketika aku menikah. Tak bisa dibayangkan betapa cantiknya aku!” para penjahit duduk di dalam, di masing-masing pojok. Kepala mereka menunduk mengikuti jalur jarum yang melintasi kain.

“Jangan bodoh, memangnya kau bisa seberuntung apa?”

Ruo'er gadis yang bicara pertama, di angkat sebagai penjahit bebarengan dengan Pingting. Mendegar Zi Hua mengejeknya, ia menjawab ketus, “bagaimana kau bisa yakin dengan itu?”

“Sudah, sudah, cepatlah kembali bekerja.” Nyonya Chen di dalam ruangan juga dan melihat betapa Pingting terpikat pada perkerjaannya, dia bahkan menghentikan jahitannya untuk melihat apa yang dikerjakannya. “Wow ! Ini sulaman yang indah!”

Pingting terkejut, dan sesaat hilang kendali atas jarumnya, menusuk jarinya sendiri.

“Hong, tanganmu sangat luar biasa.” Nyonya Chen mengambil sulaman Pingting dan mencermatinya, bentuk burung Phoenix yang sangat hidup. Selama ia bekerja di Kediaman Hua, baru kali ini ada yang membangunkan rasa tertariknya. Tiba-tiba saja, dia berpikir. “Teknik ini … aku ragu kau bisa menemukan dua orang dengan kemampuan yang sama seperti ini di Dong Lin. Yeah, aku rasa sayap Phoenixnya tidak seperti tradisi di Dong Lin, kurasa lebih seperti...”

Jantung Pingting berdetak kencang dan ia tertawa gugup sambil mengambil kembali rajutannya. ”Aku tidak begitu mengerti, tapi ini terlihat bagus, ya kan?”

Hasil rajutannya di Gui Li dinilai sangat menakjubkan. Walaupun pihak Jin Anwang tidak mengumumkan tentang hal itu, tapi ada beberapa permintaan pribadi untuk hasil jahitannya.

Pingting termasuk orang yang agak malas, jadi ia menolak untuk menjahit lagi kecuali beberapa bentuk untuk Tuan Besarnya. Hal ini agar tidak meninggalkan banyak jejak jahitan khas Kediaman Jin Anwang.

Ketika nyonya Chen sedang tidak melihatnya, ia melepas sulaman sayap phoenixnya. Ia baru saja hendak mengistirahatkan matanya ketika seorang gadis cantik masuk keruangan. Tubuhnya ramping, ia memiliki mata yang besar yang sayu dan hidungnya seperti jembatan yang sempurna. Ia mengenakan gaun sulaman ungu muda dan mutiara berkilau disekeliling lehernya.

Nyonya Chen segera berdiri dan bertanya, ”Mengapa anda disini, Nona?”

Jadi, ia Nona Hua. Pinting selama ini berada di rumah luar untuk mengerjakan pekerjaan kasar, jadi ini pertama kalinya ia melihat Nona. Para penjahit lain ikut berdiri.

“Oh Ibu asuh, kau juga disini?”

“Tentu saja, ini adalah pakaian pernikahan Nona, bukankah sudah seharusnya aku mengawasi semuanya? Lihat motip ini, butuh waktu lama untuk memilihnya.... aku mendapat ini dari...”

Nona Hua tidak tertarik dengan perkataan Nyonya Chen. Dia melirik ke arah kain merah dan rasa jengkel terlihat di matanya. Dia berjalan ke arah para pelayan dan memperhatikan mereka, seperti mencari seseorang.

Di berhati-hati mengukur setiap orang dengan matanya, dan akhirnya matanya terpaku pada Pingting.

“Kau, ikut aku.” Nona Hua menunjuk Pingting dan berjalan pergi, tak menunggu jawaban.

“Aku?” Pingting menunjuk dirinya sendiri sambil terkejut dan melihat Nyonya Chen.

“Nona memintamu mengikutinya, jadi kenapa kau masih berdiri disini ? Pergilah.” Nyonya Chen mendorong ringan pundaknya.

Apa yang Nona Hua ingingkan dariku? Jangan katakan kalau … ia tahu siapa aku sebenarnya?

Pingting mengikutinya masuk ke kamar utama Nona dan wangi yang tersebar di ruangannya membuatnya tenang. Pingting menarik napas panjang, Tuan Besar Hua sangat baik pada anak perempuannya. Wewangian salju ini adalah kemewahan yang hanya bisa didapatkan keluarga kerajaan.

Nona Hua memberi isyarat pada Pingting untuk masuk keruangan, “kesini”.

Pingting mengikutinya dan Nona Hua melemparkan beberapa pakaian, dan memerintahkan “Kenakan.”

Pakaiannya sangat bagus, menampilkan hasil pekerjaan yang sangat indah. Dan sangat jelas bahwa pakaian ini adalah milik Nona Hua sendiri.

Dia melihat kebingungan di wajah Pingting, kemudian mendecakkan lidah dan ternsenyum. “Kau tahu, bentuk tubuhmu mirip denganku. Geez, aku tidak berencana mencari pengganti tapi Dong Er tiba-tiba saja sakit.”

“Sempurna!” Nona Hua membantu Pingting memakai pakaiannya dan menyuruhnya berputar. Ia terlihat sangat senang ketika berkata, “bentuk tubuhmu benar-benar sama denganku. Kau akan dikira cantik, selama tak ada yang melihat wajahmu.” Nona Hua sangat polos dan ia yakin bahwa kata-katanya tak bermaksud buruk.

Pingting tertawa gugup, tak tahu harus berbuat apa.

“Siapa namamu?”

“Hong.”

“Hong. Aku butuh bantuanmu.”Nona Hua menarik napas dalam dan berbisik, “jika kau berhasil berpura-pura sebagai aku, aku akan memberimu hadiah. Kalau kau mengacaukannya.... katakan saja, aku akan menghukummu seperti di neraka. Juga, jangan berani mengatakan pada siapapun tentang ini! Jika seseorang mendengar tentang ini, aku akan meminta Nyonya Hua untuk mencambukmu!” kata-katanya mengancam tapi tak ada paksaan pada nadanya.

Pingting tak tahu sebaiknya tertawa atau tidak. “Nona, aku berjanji tidak akan memberitahu siapapun, aku akan melakukan yang Nona minta.”

“Hm, itu bagus. Jangan takut, aku bukan orang yang kejam sebenarnya,” dia berhenti sebentar sebelum melanjutkan, “Aku ingin kau ikut denganku pergi keluar kota, kita akan pergi ke kuil di bukit. Setibanya kita disana, aku ingin kau mengenakan pakaianku dan memainkan kecapi, tanpa bicara macam-macam. Oh yeah, aku lupa, kau bisa bermain kecapi ?” Ia baru saja mengingat hal yang paling penting.

Pingting melihat Nona Hua menatapnya dengan berharap, mau tak mau ia segera mengangguk, “sedikit...”

“Tak masalah.” Nona Hua mengulangi tugas-tugasnya lagi dan menambahkan, “jangan khawatir. Jika terjadi masalah, masih ada aku.” Dia menepuk dadanya dan mengedipkan bulu matanya. Ia terlihat sangat mengemaskan.

Pingting segera menyadari kalau Nona Hua berniat menemui kekasihnya. Ia merasa kasihan pada tunangan Nona, yang akan menikahi seseorang gadis yang berani dan nekat.

Kereta sudah dipersiapkan pada siang hari. Penggurus Rumah sudah menunggu di luar. Walaupun ayahnya sangat menyanyanginya, dia tetap seorang Nona dari keluarga terpandang, maka ia tak punya banyak kesempatan untuk meninggalkan kediaman. Artinya waktu bagi Nona untuk bisa menemui kekasihnya sangat terbatas, maka ia sangat bersemangat dan gugup saat ini.

“Hong akan menemaniku di dalam kereta,” Nona mengumumkan ketika mereka keluar. Nona Hua mendahului Pingting masuk kedalam kereta. Permintaan Nona Hua biasanya memang tidak biasa, maka ketika ia membawa masuk ke kereta seorang penjahit, itu tidak mengejutkan lagi.

Pingting mengenakan pakaiannya yang biasa dan pakaian yang akan ia kenakan dimasukan di buntalan. Perjalanan ini mengingatkannya dengan salah satu perjalanan dengan Tuannya. Melihat bagaimana Nona Hua begitu polos dan manis, semangatnya kembali berkobar dan ia ingin sekali membantu.

Beruntung keretanya cukup besar, jadi mereka berdua masih merasa agak lega.

“Aku belum pernah melihatmu sebelumnya.”

Pingting menyentuh rambutnya, “Aku biasa di rumah luar mencuci baju. Bagaimana Nona akan melihatku?”

“Mencuci baju? Itu melelahkan.” Nona bergeliat dan memasukan permen ke mulutnya dan mengambil sebuah lagi, “Mau coba?”

Pingting menyukai manis juga. Tuannya selalu memerintahkan untuk menyimpankan beberapa untuk Pingting, ketika mereka menemukan yang manis-manis. Bahkan saat ini, ia tak bisa menolak dan segera mengangguk, “iya mau.”

Nona Hua tertawa dan meletakan beberapa di mulut Pingting.

Keharuman permen menyebar di mulutnya, dan wanginya bermain di ujung lidahnya. Pingting sudah diperlakukan sebagai pelayan biasa tepatnya selama dua bulan, dan wajahnya sangat gembira ketika ia merasakan kelezatannya. “Ini sangat enak.”

Seiring percakapan berlangsung, mereka saling mengenal satu sama lain.

Segera, kereta meninggalkan gerbang kota.

Kereta berenti dan Nyonya Hua berkata, ”Nona kita sudah tiba!”

Nona Hua menjawab dan mengajak Pingting keluar dari kereta. Seorang biksu sudah menunggu, menyambut Nona Hua untuk masuk kedalam. Sepertinya Keluarga Hua adalah pengunjung tetap.

Penggurus Rumah dan yang lainnya tidak diperkenankan masuk – hanya Pingting dan Nona Hua yang diperkenankan masuk. Mereka mengunci pintu dibelakang mereka.

“Nyonya Hua terkadang melihat ke jendela, jadi kenakan pakaianku, duduk disana dan mainkan kecapi.” Nona Hua mengedipkan mata, “Ingat, jangan membuat jeda terlalu lama. Jika mereka tak mendengar suara kecapi, para biksu dan Nyonya Hua mungkin akan curiga dan mereka akan memeriksa keadaanmu.”

Dia berkata sambil terburu-buru mengenakan pakaian seorang sarjana yang sudah di persiapkannya. Ia menghapus make upnya dan dengan cepat berubah menjadi seorang pria tampan. Ia memberikan pakaiannya kepada Pingting dan mengedipkan mata. Ia sangat cepat, jadi ia pasti pernah melakukan ini sebelumnya.

“Aku berangkat. Aku akan kembali tepat waktu.” ia menuju pojok dan entah bagaimana membuka jalan rahasia. Berkata dengan pelan, “Hanya dia dan aku yang tahu tentang pintu ini, tak ada lagi.”

Pingting pernah melihat beberapa jalan rahasia di Kediaman Jin Anwang. Sepertinya setiap rumah besar pasti punya beberapa jadi ia tak bisa menahan senyumnya dan menggelengkan kepalanya, sementara sosok Nona Hua segera menghilang.

Dia duduk seperti yang diperintahkan, tanganya dengan ringan menyentuh kecapi.

Senar-senar kecapi di bawah ke lima jari-jari Pingting mendapat sentuhan penyambutan.

Dia sangat suka bermain kecapi. Semakin cepat nadanya, semakin menyerupai arak berkualitas tinggi, yang memiliki kemampuan memabukkan si peminumnya.

Di Kediaman Jin Anwang, is seorang gadis legenda. Tak banyak yang pernah melihatnya langsung, tapi setiap orang tahu tentang kemampuan taktik berperangnya, menyulam, dan teknik permainan kecapinya yang luar biasa...

Bahkan Rajapun tahu kalau ada seorang pelayan serba bisa yang bekerja untuk Tuan Muda Jin Anwang.

Zeng...

Pingting memetik ringan sebuah senar, membiarkan bunyinya mengantung di udara seperti makanan pembuka yang mempesona sebelum hidangan utama.

Dalam, tidak kasar. Ringan, penuh irama.

Setelah nada yang suram menyusul irama yang sangat gembira. Seperti seekor bangau mengepakan sayap kebanggaanya, membubung tinggi melewati hutan hijau yang subur di pagi hari.

Di sudut bibir Pingting terbentuk senyuman, seperti jari-jarinya yang menari di atas senar. Permainannya berlanjut membubung tinggi, membuat para pendengarnya tengelam dalam kegembiraan.

Dia sudah agak lelah setelah satu lagu. Pingting mencari saputangannya dan mengelap keringatnya dari wajahnya. Ia ingat apa yang dikatakan Nona Hua dan tersenyum kecil. “Dia bilang kau harus terus memainkan kecapimu, meski tangamu patah karena kelelahan. Itu menunjukkan betapa sedikitnya pengetahuan yang ia miliki tentang kecapi.”

Tiba-tiba ia mendengar suara seorang pria di depan pintu.

“Aku belum pernah mendengar nada seindah ini selama hidupku. Boleh aku melihat wajah Nona, yang memiliki kemampuan memainkan musik seperti ini?” Suaranya sangat sopan dan membuat orang menjadi tenang.

Orang ini pasti sudah berdiri disana cukup lama, menungguku menyelesaikan lagu ini. Ia pasti orang yang sangat mengenal musik.

Pingting segera merasa putus asa karena sesaat ia lupa apa yang diperintahkan kepadanya. Geez, Pingting, apa yang baru saja kau lakukan di wilayah musuh? Saat ini, Nona sedang menemui kekasihnya, jadi jika orang ini masuk, penyamaran ini akan terbongkar ?”

Dia menggunakan ibu jarinya untuk memetik ringan sebuah senar. Tapi, sebelum ia sempat menolak, orang itu tiba-tiba berkata, ”Permainan kecapi Nona penuh penyesalan. Dan sepertinya anda berharap tidak diganggu olehku lagi, maka aku hanya bisa menunggu takdir mempertemukan.”

Sungguh seorang pria terhormat yang sopan.

Pingting menunggu sebentar, mendengarkan dengan teliti, dan perlahan mulai tersenyum. Sunyi. Ia berjingkat ke jendela dan menggintip keluar. Tak ada siapapun disana.

Apa dia sudah pergi? Rasa penyesalan terlihat di matanya seiring jantungnya yang mulai berdetak tenang.

Sementara Pinting melihat keluar dari jendela, ia melihat Nyonya Hua melihat ke arahnya dan ia segera menurunkan kepalanya.

Menjelang sore, Nona Hua kembali melewati pintu rahasia. Mukanya merona dan ia terlihat seperti telah melewati hari yang paling bahagia. Nona Hua dan Pingting bertukar pakaian dan mengatakan pada Penggurus Rumah mereka akan kembali pulang. 

Di dalam kereta, Nona Hua membicarakan tentang kekasihnya dengan bersemangat. Karena ia merasa sangat gembira, ia lupa menutup mulutnya dan tertawa riang.

Pingting melihat betapa Nona Hua sangat bahagia dan ia turut senang untuknya.

“Ah, hari berlalu sangat cepat.” Nona Hua mendesah lagi dan berkata lagi, “Bukankah akan sangat menyenangkan jika aku tak perlu menikah?”

Pingting berpikir itu agak aneh. “Tuan Besar sangat menyayangi Nona, jadi mengapa ia menjodohkanmu dengan Keluarga Chan tanpa menanyakan perasaanmu terlebih dahulu?”

Wajah Nona Hua menjadi kelam ketika membicarakan masalah pernikahan. “Ayah mungkin menyayangiku, tapi bisnis ayah bersaing dengan Keluarga XU. Tidak mungkin ia takkan membiarkan aku menikahi anak dari orang yang paling ia benci. Jangan katakan ini pada ayah atau ia akan membuatku menikah lebih cepat.”

“Nona, pernikahanmu sudah sangat dekat. Kau takkan bisa menyembunyikan ini lebih lama lagi.”

“Yach aku tahu...” Nona Hua mendesah dan melihat kearah Pingting. Tiba-tiba saja ia mendapat sebuah gagasan lalu menarik tangan Pingting dan memohon, “Jika kau tak menyelesaikan pakaian pengantinku, bukankah itu artinya aku tak perlu menikah? Ini gagasan yang bagus, cukup membuat lubang kecil di pakaian pengantinku setiap hari dan buat Nyonya Chen serta yang lain bekerja keras, yach?” ia mengedipkan bulu matanya, memohon dengan sangat.

Pingting tertawa dan memutar matanya dengan ide kekanak-kanakkannya. Ia hendak mengatakan kepada Nona Hua kalau ide itu takkan berhasil ketika kereta tiba-tiba berhenti. 

Sekumpulan orang-orang tak di kenal mengitari mereka dan perlahan menggurung mereka di dalamnya. Ada sekitar sepuluh orang, dan mereka semua menunggani kuda.

Orang – orang ini mengenakan pakaian petani tapi raut muka mereka terlalu terpelajar, dan tindakan mereka sangat rapi.

Matahari mulai terngelam dan kereta mereka masih di luar kota. Tidak ada orang lain lagi dijalan. Orang-orang Kediaman Hua tahu jika mereka diserang perampok, maka mereka tak akan bisa menyelamatkan diri. Penggurus Rumah akhirnya menggumpulkan keberanian, dengan gagah berdiri di depan kereta, wajah gemuknya berhadapan dengan seorang pria muda, yang terlihat seperti pimpinannya, yang turun dari kudanya. “Tuan, Nona kami ada di dalam kereta. Kami baru saja dari kuil jadi kami menyumbangkan sebagian besar uang kami. Tak banyak yang tersisa...”

Seorang pria muda yang sepertinya seseorang yang punya kepentingan melihat betapa si Penggurus Rumah menjadi sangat tergagap. Ia tertawa, ”Nyonya, anda salah paham. Aku disini mewakili Tuanku.” ia berbalik menghadap kereta dan berkata lagi, “Mohon maaf atas ketidaksopananku Nona, terimalah ini.”

Nona Hua tidak yakin apa yang sedang terjadi tapi ia merasa senang, “Apa yang kau berikan padaku?”

“Teknik bermain kecapi Nona sangat luar biasa. Tuan memintaku untuk memberikan kecapi ini kepada Nona.”

Pingting berteriak kecil dan tiba-tiba teringat pada pria yang ingin melihatnya. Ia mendekat dan berbisik ke telinga Nona Hua.

“Siapa Tuanmu?” tanya Nona Hua.

Pria itu menjawab dengan sopan, “Aku minta maaf Nona. Tuan berharap namanya tetap tak diketahui untuk saat ini. Tapi Tuan juga mengatakan ketika waktunya tiba, ia akan datang menemuimu.” Setelah mengatakan itu, ia membungkuk dan dengan hati-hati menyerahkan kecapinya pada Penggurus Rumah. Kemudian dia menaiki kudanya lagi dan pergi.

Yang lainnya melihat ia pergi dan mengikutinya.

Penggurus Rumah melihat mereka semua pergi dan akhirnya merasa tenang. Ia menyerahkan kecapi ke dalam kereta dan tertawa kecil, “Tadi itu sangat mengejutkan, hehe, Nona pasti bermain sangat baik hari ini sampai menarik perhatian seorang pria kaya. Aku juga berpikir permainan Nona sangat bagus hari ini. Sangat menakjubkan!”

Nona mengedipkan mata pada Pingting dan berbisik, “Jadi kau hebat bermain kecapi huh? Aku tak akan bilang.”

Pingting melihat lebih dekat dan mempelajari kecapinya. Papan kecapi dibuat dari kayu yang berasal dari pohon yang sangat tua cukup mengetuknya dengan jari saja sudah menghasilkan suara yang nyaring.

Pingting tiba-tiba menjadi pucat. “Kecapi Feng Tong?”

Kecapi Feng Tong sangat langka. Ini adalah sesuatu yang bahkan, uang Tuannya tidak bisa beli. Pemilik sebelumnya pasti orang yang sangat istimewa, memberikan benda berharga seperti ini sebagai hadiah.

“Sebuah kecapi bagus untuk si cantik huh. Aku tanpa sengaja mengambil gadis berbakat, sangat menarik.” Nona Hua berkata, terlihat sangat senang dan menyenggol Pingting, “Orang itu bilang akan datang menemuimu, aku yakin ia tertarik padamu.” Gui Li dan Dong Lin adalah kota yang kaya dan para wanitanya tidak merasa malu membicarakan masalah cinta.

Tertarik denganku? Pingting menyentuh kecapi dengan jarinya.

Jantungnya berdebar dan ia tak yakin apa yang akan dia lakukan.

Orang itu jelas sangat lihai, tindakannya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Pertama dengan tenang mendengarkan permainan, lalu minta bertemu, pergi tanpa kata-kata kemudian memberikannya kecapi yang sangat mahal. Segala sesuatunya sangat diperhitungkan dengan alasan berbeda, seperti strategi perang.

Walaupun mereka belum bertemu muka, itu sudah cukup untuk menyalakan keingintahuan Pingting .

“Hong,” Nona Hua menyenggolnya dan tertawa kecil, “lihat wajahmu, dan wajah linglungmu.”

Pingting tertawa malu membalasnya, tapi matanya tak lepas dari kecapi.

Dong Lin bukan tempat bermain, aku harus lebih hati-hati.

---0---





Novel, translate, cina, chinese, terjemahan, klasik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar