-- Volume 1 Chapter 1 --
Juli, Gui Li.
Matahari menyorot tinggi di langit, begitu hebatnya hingga membuat pepohonan di kedua sisi jalan seperti menunduk rendah karena malu.
Empat atau lima orang yang sedang berpergian, tak sanggup lagi menghadapi udara panas yang menyengat, berteduh di bawah bayangan pohon, putus asa berusaha menyejukan diri. Karena hal ini, orang tua dengan kedai teh kecilnya kedatangan pengunjung lebih banyak dari biasanya.
“Secangkir teh” Seorang pengunjung berhati-hati mengeluarkan kantong uangnya dan mengeluarkan beberapa koin, meletakannya di atas meja, sambil mengipasi dirinya dengan semangat.
“Ini, secangkir teh untuk meringankan dahagamu, dan menyejukan udara panas” seorang pria tua membawakan teh dan tersenyum padanya. “Ini hari yang panas, kemana arah tujuanmu, Tuan ?”
“Ya, cuaca hari ini cukup panas untuk memanggang seseorang hingga mati” dengan satu tegukan teh rupanya cukup untuk menghilangkan kekeringan di tenggorokannya. Ia terlihat gembira dan berkata, “Aku sedang bergegas mengantarkan barang ke perbatasan.” Ia mengeluh, “sejak Dong Lin membuat kekacauan di perbatasan, keadaan menjadi sulit bagi kami pada pedagang untuk mendapat penghasilan. Beruntung Tuan Muda Jin Anwang memaksa si Bei entah apa namanya itu pergi. Jika tidak, aku tidak tahu kapan bisa pergi kesana.
“Ya, Tuan Muda Jin Anwang sangat hebat!”
“Aku tahu siapa yang kau bicarakan, dia adik penguasa Dong Lin, dia kuat juga”.
Orang-orang di sekitar tertawa, “Siapa yang peduli dengan kekuatan? Ia dipaksa pulang ketika melawan Tuan Muda Jin Anwang, eh?” Dia menghabiskan sisa tehnya dan meletakan beberapa koin lagi di meja. “Tehnya secangkir lagi, Tuan!”
Mendengar permintaannya, si penjual teh mengangguk. “Kudengar ia tak pernah kalah dalam pertempuran – sangat pantas menyandang gelar sebagai Komandan Gui Li terkuat”.
Mendadak sebuah suara menyela, “Kau berani membicarakan Tuan Muda Jin Anwang? dia sekarang berstatus sebagai penghianat Gui Li”.
Mendengarnya membuat mereka seperti disambar petir. Mulut mereka ternganga.
Si penjual teh memecah kesunyian. “Apa yang kau katakan? Tuan Muda Jin Anwang ...”
“Kalian semua belum tahu?” si pendatang baru ini duduk dan mengunakan lengan bajunya sendiri untuk mengipasinya. “Aku baru saja meninggalkan kota kemarin. Rupanya ia berusaha membunuh Raja dan sekarang sedang melarikan diri dari kota. Saat ini, Raja memerintahkan semua orang untuk menangkapnya. Kudengar hadiahnya sangat menarik.”
“Tapi bukankah dia baru saja menyelesaikan masalah di perbatasan dan kembali ke ibukota untuk menerima hadiah”
“Benar, bukankan ini aneh. Dimalah ia kembali ke ibukota, ia berusaha membunuh Raja. Tebak senjata apa yang ia gunakan ?” Si pendatang itu mendramatisir beritanya, dan hampir semua pengunjung lain memberi perhatian padanya.
“Pasti sebuah pedang yang sangat berharga,” seseorang menerka.
“Pasti ada kesalahan,” seseorang menebak.
“Jangan dengarkan omong kosong ini,” sahut yang lain, “aku tidak percaya kalau Tuan Muda Jin Anwang akan menghianati kita. Ia pejabat Gui Li yang paling setia, tak mungkin ia akan melanggar hukum.”
Si pendatang melihat tatapan curiga yang lain dan memegang janggutnya. “Ia menggunakan Pedang Heimo, yang sudah di anugrahkan kepadanya oleh Raja. Dan apa kau tahu, jika kau tergores oleh pedang itu, tak peduli seberapa kecilnya, akan meninggalkan bekas luka hitam yang jelek, dan tak akan hilang.
“Tapi...”
Ditengah perdebatan mereka. Tiba-tiba terdengar suaran langkah kaki kuda mendekat.
Sebuah kereta, mungkin seorang pedangan biasa, telah tiba; tirai keretanya tertutup rapat. Pengendaranya seorang pria dengan otot besar. Dia melemparkan dua koin uang dan berteriak, “hei, pak tua! Berikan aku teh!”
“Segera!”
“Hari ini sangat panas!”
“Benar, benar sekali. Silakan berteduh dibawah pohon sebelum kau melanjutkan perjalanan. Kami sedang membicarakan Tuan Muda Jin Anwang.”
“Tch. Aku hanya tertarik dengan bisnis, bukan dengan keluarga kerajaan atau politikus penjilat.” ia meneguk habis tehnya dengan berisik dan mengeluarkan kantung air yang besar. “Isi kantung ini, aku ingin pergi sekarang.”
Si penjual segera mengisi kantung air itu.
Pria itu merebut kantungnya, menarik kekang kudanya hingga meringkik, kemudian berderap maju.
Di dalam kereta kuda, Pingting akhirnya membuka matanya, melawan goncangan yang terus menerus dari jalan yang tidak rata.
Ini hari yang lembab dan keringat bercucuran di lehernya. Matanya menyipit, berusaha terbiasa dengan cahaya disana.
Kepalanya sangat sakit dan pening, seperti ombak yang ingin menelannya.
Dimana aku ? Pingting melihat dirinya sendiri merasa linglung, lalu melihat sekitarnya, dan sepertinya sudah sepenuhnya sadar sekarang.
Sebuah ingatan muncul, api dimana-mana dan jeritan pertarungan dan perkelahian.
“Pingting, tunggu diluar sisi kota. Kami akan ke dalam untuk menyelamatkan ayah.”
“Kalau begitu.... Tuan, kita bertemu di bukit ketika fajar”
Dimana Tuan Besar? Tuan Muda? Dan bagaimana dengan si nakal yang selalu menyebabkan masalah, Dongzuo?
Ia ingat setelah mengucapkan janjinya, ia pergi menuju bukit. Dalam ingatannya yang terakhir, ia sudah tiba di bukit. Lalu tiba-tiba, kepala belakangnya terasa sakit luar biasa sebelum tatapannya menjadi gelap....
“Kau bangun?” tirai tersingkap, dan seorang pria melihat ke arahnya. “Kau seharusnya sudah tersadar beberapa saat lalu. Lebih lama lagi dan Zhang akan memukulmu sampai mati.”
Apa orang-orang ini gerombolan Jual-Beli manusia? Pingting mempelajari mereka baik-baik.
Apakah aku tertangkap para penculik ini, pada saat Tuan sangat membutuhkanku? Kepergian Pingting dari Kediaman JinAnwang seorang diri, di sepanjang hidupnya sangat jarang, dan saat ini ketika ia sangat sangat di butuhkan, ia sedang tertangkap sindikat Jual-Beli manusia.
“Oke, aku ingin bertanya sesuatu.” Pria itu duduk di dalam kereta dan mencabut sumbat di mulut Pingting. Mereka pasti melakukannya agar ia tidak berteriak meminta tolong jika ia tersadar dalam perjalanan. Pria itu memelototinya “Kalau kau berkata bohong, aku akan menjadikanmu makanan para srigala.”
Pingting hampir tertawa mendengar 'ancaman untuk anak kecil'. Kenapa ia harus takut? Ia telah melayani Tuan Muda dari JinAnwang, He Xia, sejak ia masih kecil dan ia adalah satu-satunya perempuan yang sanggup mengikuti perjalanannya. Walaupun ia masih muda, ia telah melihat berbagai peperangan.
Pingting tidak menunggu pria itu bertanya lagi, ia malah segera balik bertanya. “Apa kau menangkapku di dalam kota?”
Si pria terlihat terkejut melihat expresinya yang santai dan tertawa kecil, tidak marah. “yeah.”
“Berapa lama aku tak sadarkan diri?”
“Dua setengah hari.”
Pingting menjadi pucat mendengarnya, bingung dan terkejut.
Jika aku tak sadarkan diri selama dua hari, maka pasukan kerajaan seharusnya sudah mencari mereka disekitar ibukota, membuat Tuannya dan yang lainnya sulit untuk tinggal ditempat yang sudah disepakati, dekat bukit. Jantungnya berdebar kencang ketika ia bertanya, “kemana kau akan membawaku?”
“Ke... “ pria itu tiba-tiba terdiam, menyadari ada sesuatu yang salah. “Eh? Kau ingat, aku yang bertanya padamu?” ia menatap garang, “Katakan, dari keluarga kaya mana kau melarikan diri, nyonya? Dimana rumahmu?”
Nyonya yang kabur ?
Pingting menundukan kepala dan memperhatikan penampilannya.
Walaupun ia hanya seorang pelayan di kediamannya, majikannya selalu menghargainya sehingga ia selalu mendapatkan barang-barang yang bahkan lebih mahal daripada yang bisa di dapat seorang Nona yang tinggal di rumah biasa. Pakaiannya terlihat mahal, ia telah berada jauh dari ibukota pada jam yang tidak normal, wajar saja si penculik mengira ia melarikan diri dari suaminya.
Tak heran pula pria itu membiarkannya tertidur begitu lama – ia mungkin terlihat berharga.
Pingting menggelengkan kepala dan tertawa, “Aku hanya seorang pelayan, bukan seorang istri yang kabur dari sebuah keluarga kaya.”
“Tch, kapan seorang pelayan mengenakan pakaian sutra?”
Pingting memikirkan apa yang akan dia katakan selanjutnya dengan hati-hati. Sepertinya sangat pasti kalau Raja sudah memerintahkan seluruh penduduk untuk mencari para penghuni Kediaman JinAnwang, jadi ia memutuskan untuk menyembunyikan identitasnya. Maka, ia memutar matanya dan berkata, “Aku berjalan keluar kota untuk bertemu kekasihku, dan karena aku ingin terlihat cantik, aku mencuri beberapa pakaian nonaku.” Gui Li adalah kota yang ramai dan banyak wanita yang benar-benar menyelinap keluar untuk bertemu kekasih mereka.
Si pria mengerutkan dari dan lantas berteriak, “Nak Zhang! Kemarilah!”
“Datang.” Sepertinya ada lebih dari satu penculik di kereta lain.
Tak lama kemudian, seorang pria gendut melongok dari jendela. “Fu Erge, apa apa?”
Jadi namanya Fu Erge.
“Ada apa kepalamu! Bukankah kau bilang wanita ini adalah seorang istri yang melarikan diri dari keluarga kaya dan bisa ditukar dengan uang yang banyak?” Fu Erge melototi Pingting dan menunjuknya dengan jempolnya, “Dia hanya seorang pelayan. Berengsek! Dan dia tidur selama dua hari!”
Zang mengaruk kepalanya dan memperhatikan Pingting baik-baik. Lalu ia tertawa, “Fu Erge jangan marah. Apa yang sudah terjadi, terjadilah. Dia mungkin masih bisa menghasilkan uang.”
“Oh, jadi kau bisa menjual sampah ini?” ejek si pria, mengarahkan jarinya ke hidung Pingting.
Memang benar, Pingting tidak bisa dikatakan cantik. Bahkan di Kediaman JinAnwang, penampilannya termasuk rata-rata, bahkan mungkin dibawahnya. Seseorang pernah mengatakan dia “lumayan.”
Tapi semua orang di Kediaman JinAnwang tahu betapa pentingnya dia.
Memang benar penampilan Pingting memang tidak cantik. Bahkan di Kediaman JinAnwang, penampilannya termasuk rata-rata, bahkan biasa saja. Seseorang bahkan hanya bisa mengatakan dirinya 'lumayan'.
Tapi setiap orang di Kediaman JinAnwang tahu betapa pentingnya dirinya.
Jadi bagaimanapun, ketika ada orang asing yang mengacungkan jarinya padanya dan mengatakan ia tidak berharga, ia tak mampu menahan matanya berputar.
Fu Erge terbatuk dua kali dan berkata dengan putus asa. “Sudahlah, dia setidaknya berharga sekitar lima puluh koin. Perempuan jalang ini memberiku harapan palsu; aku bahkan membiarkannya di kereta pribadiku selama dua hari. Berengsek, pindahkan dia ke kereta lain bersama gadis-gadis lain.
Ketika ia masuk ke kereta lainnya, bau mengerikan menyengat hidungnya dan Pingting menyadari mengapa Fu Erge begitu marah.
Dibanding kereta pertama, kereta yang ini compang-camping dan sesak, kotor dan sangat panas.
Di dalamnya sudah ada sekitar tujuh atau delapan gadis lain berdesak-desakan. Tangan mereka terikat dibelakang seperti Pingting, mulut mereka disumbat dan ketakutan terpancar di mata mereka. Semua mata memancarkan rasa kasihan kearah Pingting, sebagai anggota tambahan di antara mereka para gadis yang tidak beruntung.
“Geser! Ini tambah satu.” Zhang mendorong Pingting ke dalam dan secara tidak terduga mulai melepas sumbatan para gadis, “saat ini kita berada di hutan liar, jadi aku membiarkan kalian berbincang. Beberapa dari kalian mungkin akan mati di udara panas ini lagipula. Bersikaplah baik dan menurut, okay!?” setelah berkata seperti itu dia pergi, mungkin untuk mengendarai kereta atau melakukan sesuatu.
Pingting tersandung karena tadi di dorong masuk, ia berusaha duduk di pojok dengan sangat sulit.
“Uhuk..uhuk...uhuk...” Kereta berguncang sangat keras dan tenggorokannya terasa sakit, dan ia terbatuk beberapa kali lagi sepanjang perjalanan.
Tiba-tiba, ia merasa tidak nyaman.
Apa aku belum sembuh waktu itu, waktu aku ke dokter bersama Tuan? Pingting mengerutkan dahi, menutup matanya dan menyandarkan kepalanya di sisi kereta.
Walaupun ia merasa lebih baik, ia tak bisa berhenti khawatir.
Kediaman JinAnwang, tempat ia tinggal sepanjang hidupnya, mungkin sudah rata dengan tanah.
Pangeran Su, tidak lagi, dia seorang raja sekarang. Ia membenci Kediaman JinAnwang yang memiliki kekuatan militer besar berkembang terus hari demi hari. Baru-baru ini Tuan Mudanya memenangkan perang dan Raja akhirnya memutuskan untuk melenyapkannya, menjebak Tuannya atas penghianatan di hari ia kembali.
Untungnya Kediaman JinAnwang telah siaga, jadi akibatnya tidak terlalu parah.
Tuannya seharusnya sudah bisa menemukan rute pelarian yang aman saat ini.
Bukannya ia tahu kemana mereka akan sembunyi, tapi itu tak masalah, selama mereka aman di tempat yang tak seorangpun bisa menerkanya. Para pengejar takkan tahu kemana harus mencari sehingga mereka takkan bisa di temukan.
Tiba tiba terdengar suara bising, para gadis menangisi nasib mereka yang kurang beruntung. Pingting membuka matanya dan melihat sekeliling.
Ya, mereka semua sangat cantik. Aku seharusnya yang paling jelek disini, ya kan?
Jual-Beli Manusia selalu mengincar wanita cantik. Mereka bisa dijual sebagai gundik dengan harga tinggi. Pingting memikirkan Fu Erge, dan bagaimana ia menafsir dirinya dengan lima puluh koin lalu tertawa kecil. Sangat mudah untuk menenggelamkannya dengan uang yang ia terima dari Tuannya setiap minggu.
Entah bagaimana raut wajah Fu Erge jika tahu siapa dia sebenarnya.
“Um...” seorang gadis disebelah Pingting menyentuh pundaknya dengan malu-malu, “apa kau di tangkap mereka juga?”
Ia sangat imut, tak heran ia tertangkap. Pingiting mengangguk. “Yeah.”
“Tidakkah kau merasa takut ?”
“Tidak.”
Gadis kecil itu melihatnya dengan terkejut. 'Kau tidak takut?”
Pingting melihat ia mungkin ingin mengatakan sesuatu, jadi ia memulai duluan. “Siapa namamu?”
“Nama...ku Qing. Dan kau?”
“Aku Hong.” Dia otomatis berbohong tentang namanya. Jelas ia takkan menggunakan nama indah seperti 'Bai Pingting' tapi tak mungkin ia tak menggunakan nama sama sekali.
“Okay, jadi...”
“Kau tahu kita menuju kemana?” ia menyela lagi, mengambil keuntungan dari keadaan. Ia tidak merasa takut, hanya sedikit bersemangat. Seperti saat sedang menemani Tuannya, mencari tahu tujuan musuhnya dari petunjuk-petunjuk berbeda. Yang berbeda saat ini, ia berjuang sendiri.
“Menurut pria gendut dan pria sedang, kita akan dijual di Dong Lin.”
Di negara musuh? Mata coklat Pingting menjadi lebih coklat.
Pertempuran terakhir Tuan di perbatasan adalah melawan pasukan Dong Lin. Pingting telah mengarahkan pasukan Dong Lin masuk ke gunung dan dengan mengendalikan arus air, menciptakan banjir bandang mendesak mundur musuh. Dan Tuan berkata, “sekarang seluruh pasukan tahu, kalau kita memiliki seorang penasihat militer perempuan. Begitu tiba dirumah, aku akan minta ayah memberimu hadiah. Apa yang kau inginkan kali ini?”
Jika ia dikenali di Dong Lin, maka akan.....
Sepertinya menggunakan kereta si penculik ini untuk meloloskan diri dari kemurkaan raja tidak mungkin. Ia butuh waktu yang tepat untuk melarikan diri, dan pergi mencari Tuan.
Semetara Pingting tenggelam dalam pemikirannya, tubuhnya tiba-tiba terdorong ke depan. Pingting merasa tenaganya terkuras dan ia mulai terbatuk lagi.
“Uhuk...uhuk....”
“Kak...” Qing melihat kearahnya terlihat khawatir.
“Aku tak pa pa.” batuknya akhirnya berhenti dengan rasa darah di mulutnya. Pingting tiba-tiba membeku, apa dia baru saja batuk darah lagi?
Lakukan hal yang utama terlebih dahulu, bagaimana cara untuk kabur?
Ia bukannya tidak sehat, tapi penyakitnya mengerogotinya perlahan-lahan. Ia tidak mengatakannya kepada Tuan ketika di pertempuran, karena tak ingin membuatnya khawatir. Dan kejadian itu terjadi di malam mereka kembali.
Pikirannya masih kacau, tak heran penyakitnya makin memburuk.
Pingting melihat sekeliling lagi dan mendesah, “Baik, Dong Lin, ya kan.” Dia memutuskan untuk pergi ke Dong Lin dengan para penculik ini.
Lagipula, perintah untuk menangkap seribu anggota Kediaman JinAnwang hanya berlaku di wilayah Gui Lie.
Tempat musuh sepertinya bukan pilihan buruk – selama jatidirinya tetap tidak diketahui.
Beberapa hari kemudian, kereta tiba di Dong Lin.
Tapi para penculik itu tidak bodoh dengan menjual para gadis di desa miskin di pinggiran Dong Lin, maka mereka berjalan beberapa hari lagi. Ketika mereka tiba di ibukota Dong Lin, Moen, mereka memaksa para gadis keluar dari kereta, membersihkan mereka di penginapan dan memberikan mereka pakaian bersih.
Meskipun dalam peperangan, penjualan wanita dari daerah lain bukanlah hal yang biasa. Sepertinya ada daerah untuk Jual-Beli manusia di hampir setiap pasar besar di kota-kota besar. Satu per satu dari mereka di dorong maju ke panggung, untuk dilelang.
Pingting yang paling tidak menonjol dan dijejerkan di barisan paling belakang. Pakaian sutra yang ia pakai sebelumnya, di berikan kepada Qing dan ia dipasang dengan harga tertinggi.
“Kecantikan dari Gui Li! Yach, wanita cantik dari Gui Li!”
Pingting berpikir betapa ia adalah seorang pelayan paling penting di Kediaman JinAnwang Gui Li dan bagaimana ia dijual sebagai seseorang yang bukan siapa-siapa saat ini. Ia mengelengkan kepalanya dan tertawa pahit.
Tak heran orang selalu berkata, hidup berubah sangat cepat.
Dia berdiri di panggung dan memperhatikan gadis-gadis lainnya, kebanyakan dari mereka sudah terjual. Yang membeli Qing adalah seorang pelukis dan ia terlihat sangat baik, sangat kaya. Qing sangat ribut, berteriak “kak, kak!” menolak melepas tangan Pingting.
“Pergilah, jangan takut.” Pingting menepuknya, matanya terus mengawasi kepergiannya.
Pingting adalah yang terakhir dijual.
Menjadi jelek adalah kerugian untuk diseperti ini. Para penculik berusaha menyakinkan pembeli dan akhirnya menjualnya kepada Kepala Rumah Tangga yang sedang mencari pelayan untuk pekerjaan kasar, seharga empat puluh sen.
Kalau Tuannya tahu Ia dijual seharga empat puluh sen, ia pasti tertawa sampai mati.
Ia dibawa ke depan pintu masuk utama megah sebuah rumah yang sangat besar. “Ini pintu utama, mengerti? Kau pelayan pekerja kasar, harus menggunakan pintu samping.” Kepala Rumah Tangga menunjuk pada papan di atas pintu.
Pinting melihat keatas dan membaca tulisan besar di papannama, “Kediaman Hua”.
Untung bukan Kediaman Zhen Beiwang, atau ia harus berusaha kabur.
Tuan Besar Zhen Beiwang, Chu BeiJie, adalah adik dari Raja Dong Lin yang paling terkenal. Ia juga seorang pejabat militer terbaik... dan yang dipaksa mundur di pertempuran terakhirnya.
“Yach, tak buruk, setidaknya kau bisa membaca.” Kepala Rumah Tangga mengangguk sambil membawa Pingting ketempat yang mereka sebut pintu samping. “Mulai hari ini, ini rumah barumu. Tuan Besar dan anak perempuannya sangat baik, jadi kalau kau bekerja dengan baik, kau akan diperlakukan sangat baik.
Begitulah, Kediaman Hua menambah seorang gadis pelayan lagi.
Pekerjaan utama Pingting adalah mencuci baju. Hal ini sungguh membuatnya terkejut bahwa akan datang hari ketika ia harus mencuci begitu banyak pakaian.
Di Kediaman JinAnwang, walaupun ia statusnya seorang pelayan, ia diperlakukan seperti adik Tuan Mudanya. Dia tak pernah melakukan pekerjaan lain selain membawakan teh atau menemani Tuannya ketika melukis atau bermain kecapi. Dan pakaiannya sendiri, ia selalu memberikan ke pelayan lain untuk di cuci.
“Akhirnya selesai.” Dia membawa baju-bajunya, setelah dengan sulitnya ia cuci, untuk dikeringkan dipekarangan. Pingting mengerutu “geez Pingting, kau tahu kau tidak boleh lalai dengan tugas harianmu? Sekarang kau tahu apa artinya menjadi seorang pelayan, ya kan? Ini bukan pertama kalinya kau lalai” ia tersenyum dan menunjukan dua lesung pipitnya.
Mata hitamnya bercahaya, menunjukan pesona tersembunyi yang meluap keluar menyelimutinya. Walaupun penampilannya sangat biasa, ia memiliki nuansa anggun.
Jika Fu Erge melihatnya seperti itu, ia akan menyesal telah menjualnya hanya dengan empat puluh sen.
Orang orang di Kediaman Hua sangat baik pada para pekerja mereka. Nyonya Hua memperhatikan kalau Pingting sering batuk, ia bahkan sampai membawakannya obat. Walaupun itu tidak menyembuhkannya, tapi ia merasa baikkan setelah meminum beberapa kali.
Pingting diam-diam menunggu kesembuhannya, tapi sebuah kejadian kecil mengacaukan seluruh rencana pelariannya.
--0--
Terjemahan bahasa indonesia nya bagus dan rapi...
BalasHapus^____^
Terima kasih.... terima kasih :D
BalasHapusNovel ini sudah dibuat serialnya dg judul General and I,, ceritanya dibuat beda ma novel aslinya ya.. Kalo dinovel Ping Ting dijual sbg pelayan dirumah keluarga Hua kalo diserial dia dibawa sama Chu Bejie kerumah keluarga Hua tp bukan sbg pelayan tp sbg calon istrinya..
BalasHapushttp://ns21.org/movie/general-and-i-2017/ itu link filmnya
BalasHapuschapter 3 nya segera terbitkan.
BalasHapusGood job translator, saya sampai ga berasa tau2 habis 1 chapter. Feel cozy to read
BalasHapusTerima kasih ^^
HapusErvan Rivanora10 April 2017 05.09
BalasHapushttp://ns21.org/movie/general-and-i-2017/ itu link filmnya
Thanks for the heads up ervan rivanora
Makasih ya... terjemahannya enak dibaca..
BalasHapus