Di
pagi hari sekali, cahaya kekuningan muncul di balik lapisan awan tipis.
Suara
langkah kaki kuda memecah kesunyian, berlari cepat di jalan bersalju.
Bada, bada, bada
bump….
Seekor
kuda muncul dari kejauhan dan bendera darurat militer dipasang di belakangnya
untuk memastikan ia tidak dihadang dalam perjalanannya.
“Buka
gerbang! Cepatlah, buka gerbang kota! Pasukan Dong Lin sudah mundur! Pasukan
Dong Lin sudah mundur!”
Si
pembawa pesan menoleh ke atas sambil berteriak pada gerbang yang tertutup, ada
kegembiraan dalam suaranya meskipun ia sangat lelah.
Para
penjaga di gerbang terkejut tidak mempercayai apa yang mereka dengar. Mereka
melihat ke bawah dan bertanya, “Apa yang baru saja kau katakana?”
“Cepatlah
buka gerbang! Aku harus melapor pada Pejabat Senior. Pasukan Dong Lin mundur!”
“Pasukan
Dong Lin sudah mundur! Pasukan Dong Lin mundur! Perang sudah selesai!”
Pintu
gerbang yang berat mengeluarkan suara gemuruh ketika perlahan mulai terbuka.
Berita tentang pasukan Dong Lin yang mundur segera menyebar melalui udara ke
seluruh ibukota Yun Chang, menyirami hati setiap orang.
“Pejabat
Senior, Pejabat Senior! Pasukan Dong Lin sudah mundur!”
Meskipun
ia telah mempersiap hati, si tua Gui Changqing langsung terburu-buru duduk di
tempat tidurnya. “Mereka benar-benar telah mundur?”
“Benar,
Tuan Putri sendiri yang pergi untuk bernegosiasi dengan Chu Beijie, dan setelah
itu pasukan Dong Lin mundur.” Si pengirim pesan berlutut sambil melaporkan
dengan jelas. “Pasukan kita sudah mengirimkan mata-mata dalam jumlah yang
banyak untuk memperhatikan pergerakan di dalam pasukan Dong Lin. Tidak ada yang
mencurigakan sama sekali. Mereka benar-benar mundur.”
Gui
Changqing telah selesai mengenakan pakaian yang dibawakan oleh pelayannya,
“Dimana Tuan Putri dan Suaminya?”
“Tuan
Putri dan Suaminya dalam perjalanan, memimpin pasukan menuju ibukota.”
“Kita
harus mempersiapkan penyambutan meriah.” Gui Changqin berbalik, ekspresi
wajahnya sangat lembut. “Pergilah, suruh Pejabat Umum untuk segera kemari, dan
semua para pejabat yang terkait urusan persediaan, upacara, dan hiburan.
Tunggu…” Ia berpikir sejenak, lalu melanjutkan kembali, “Dalam pertempuran
antara Dong Lin dan Yun Chang ini, tetap saja ada sejumlah anak-anak Yun Chang
yang telah meninggal atau terluka. Panggil Pejabat Militer untuk membicarakan
masalah pensiun dan lainnya.”
Si
pelayan, yang bertugas untuk menyampaikan perintah segera mengangguk, menulis
semua perintah itu dan bergegas pergi.
Suara gemuruh.
Beberapa
suara gemuruh terdengar dan sebuah suara sangat kencang, menguncang debu di
ujung atap. Semua orang di dalam ruagan sangat terkejut dan ekspresi Gui
Changqing berubah. “Apa yang terjadi di ibukota? Segera periksa!”
Tak
lama kemudian, si pelayan segera kembali. “Melapor pada Pejabat Senior, kabar
pasukan Dong Lin mundur telah mencapai ibukota. Setiap orang bangun dan minum
arak, bernyanyi dan berdansa di jalan-jalan. Kembang api dan petasan dinyalakan
di mana-mana, toko kembang api terbesar di ibukota telah menyalakan kembang api
yang paling besar untuk merayakannya. Suara barusan berasal dari kembang api
itu. Apa Pejabat Senior bermaksud memenjarakan mereka?”
Gui
Changqing mengerti keadaan saat ini, ia mengelengkan kepalanya dan berkata,
“Memenjarakan mereka untuk alasan apa? Siapa yang tidak punya anak atau adik
kecil yang bergabung menjadi prajurit? Sekarang perang sudah berakhir, rakyat
bergembira, artinya kekhawatiran kita juga akhirnya bisa beristirahat.” Lalu ia
memerintahkan, “Panggil seorang pelayan untuk mengelurakan seribu dua ratus
koin perak untuk membeli arak. Letakan di halaman depan istana kerajaan agar
rakyat bisa dengan bebas mengambilnya.”
Si
pelayan tertawa. “Pejabat Senior, gudang bawah dan gudang barang kita penuh,
tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli arak dari rakyat.”
“Semua
itu untuk digunakan ketika Putri dan Suaminya tiba di istana. Aku takut
persediaan kita tidak cukup untuk para Jendral dan prajurit. Sungguh kabar yang
mengembirakan!” Memikirkan peperangan artinya membawa kehilangan besar pada
negara, dan sebab akibat yang tidak berakhir. Gui Changqing sangat
memikirkannya, berkat dirinyalah selama ini Yun Chang memainkan kebijakan
politik untuk tidak menyerang negara lain selama bertahun-tahun.
Tak
lama kemudian, si pelayan pertama yang disuruhnya pergi telah kembali dan
melapor, “Para Pejabat telah tiba dan sekarang sedang menunggu di ruang utama.”
“Baiklah.”
Gui Changqing merapikan jubahnya yang besar sekali lagi sebelum melangkah
keluar pintu.
Ia
melewati jalan utama di kediaman, melewati taman dan berencana berjalan lurus
menuju ruang utama. Karena gembira, langkahnya menjadi lebih ringan. Ketika ia
tiba di kolam yang tertutup lapisan tipis es, ia mendengar suara salah seorang
kurirnya berkata dengan tegang dan kencang, “Lapor! Laporan darurat dari
pasukan! Lapor!” suaranya terdengar semakin dekat dan petugas itu yang
berteriak dengan putus asa segera berlari mendekat padanya.
Hati
Gu Changqing berdebar.
Pasukan
Dong Lin sudah mundur, berita darurat apa lagi yang bisa dibawa dari
perbatasan?
Apakah
situasi telah berubah?
“Kau
pergilah,” Gui Changqing berkata pada pelayan yang berada di belakangnya.
Si
pembawa pesan telah tiba sebelum ia sempat berbalik.
Gui
Changqing menghentikan langkahnya ketika hendak melewati jembatan. Ia berkata
pelan, “Apakah pasukan Dong Lin batal mundur?”
Si
pembawa pesan baru saja turun dari kuda dan berlari sekencangnya. Ia
menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku tidak datang dari perbatasan.”
“Oh?’
Gui Changqing perlahan mulai tenang, “Katakan kabar apa yang kau bawa?”
“Melapor
pada Pejabat Senior, pos pemeriksaan di gunung Tonglin, Hemeng, Xiaoyang,
Yunliao telah diterobos. Si pelaku bukan prajurit Bei Mo tapi seseorang yang
datang dari arah Yun Chang.”
Gui
Changqing bertanya dengan terkejut, “Hanya seorang pria?”
“Benar.”
Bahkan wajah di pembawa pesan menampakan ketidakpercayaan. “Dengan hanya seekor
kuda, ia dengan teratur menerobos empat pos pemeriksaan Yun Chang. Pria itu
datang tidak terduga. Kemampuan berpedangnya sangat luar biasa. Karena
pertempuran dengan Dong Lin, para prajurit dengan kemampuan lebih yang
diletakan di pos pemeriksaan, seluruhnya di panggil ke perbatasan, jadi
prajurit yang tersisa tidak berani melawan pria ini.”
Gui
Changqing berpikir sejenak, lalu ia bertanya, “Jendral Chang yang paling dekat
dengan kota itu, apa ia sudah mendengar kabar ini?”
“Para
prajurit khusus Jendral Chang juga dibawa serta Suami Ratu. Ketika ia mendengar
ini, ia segera mengirim sisa prajuritnya untuk mengalahkan orang ini. Tapi,
orang ini terlalu kuat dan lihai. Ia sangat hebat menyembunyikan jejaknya dan
hanya muncul ketika di pos pemeriksaan tersisa sedikit prajurit. Ia datang dan
pergi dengan tenang, jadi ketika tim utama tiba, bayangannya sudah lama pergi.
Jendral Chang tidak bisa berbuat apa-apa pada orang ini, ia hanya bisa
memerintahkan untuk menutup seluruh pos pemeriksaan untuk mencegahnya menerobos
lagi.”
“Karena
ia secara teratur menerobos empat pos pemeriksaan, sepertinya tujuannya bukan
untuk mencapai Bei Mo.”
“Bukan,
setiap kali orang itu menerobos ia selalu menangkap pemimpin disana dan
bertanya tentang seorang wanita. Ia memegang sebuah lukisan di tangannya, lukisan
seorang wanita. Ia hanya bertanya apakah para penjaga di pos pemeriksaan pernah
melihat wanita itu dan kalau mereka tahu kemana arah tujuannya. Orang ini
sangat berani dan sangat terlatih. Kalau seorang prajurit biasa, berhadapan
dengannya, bukan hanya pedangnya tapi cukup dengan tatapannya saja sudah
membuat prajurit itu ketakutan.”
Akhirnya
Gui Changqing bisa menebak apa yang sedang terjadi, dan ia tersenyum, “Apa kau
tahu siapa orang itu?”
Si
pembawa pesan terkejut dan bertanya, “Orang ini selalu mengenakan kain penutup
wajah berwarna hitam, menyamarkan penampilannya, hanya terlihat matanya.
Bagaimana Pejabat Senior bisa menebak jati diri orang itu?”
Sudut
bibir Gui Changqing naik membentuk seulas senyuman. Ia meletakan tangannya di
belakang punggungnya dan menatap langit. Ia menghela napas sambil meratap,
“Siapa lagi kalau bukan pria itu? Ia tak lain dan tak bukan, Chu Beijie.”
Berita
Pasukan Dong Lin menarik diri baru saja mencapai ibukota, tapi Chu Beijie sudah
melewati empat pos pemeriksaan, sugguh kecepatan yang luar biasa.”
Ia
pasti segera berangkat begitu selesai menarik mundur pasukan.
Kegelisahan
Chu Beijie sangat terlihat jelas.
“Tuan
Besar Zhen Beiwang dari Dong Lin?” Si pembawa pesan kembali terkejut, ia
melebarkan matanya dan menatap agak lama sebelum ia menghembuskan napas
kembali. Ia menggelengkan kepalanya. “Tak heran, ia begitu kuat. Aku akan
segera kembali dan menyampaikan berita penting ini pada Jendral Chang.”
Berita
militer sangat penting bagi negara. Hanya para prajurit setia dan pintar yang
diperbolehkan menjadi pembawa pesan. Pikiran mereka lebih jernih di banding
para prajurit lainnya.
Si
pembawa pesan sedikit ragu ketika ia berkata, “Aku akan membuat pernyataan,
karena Tuan Besar Zhen Beiwang dari Dong Lin telah memimpin pasukan untuk
menyerang Yun Chang, oleh karena itu ia adalah musuh Yun Chang. Dan sekarang ia
sedang sendirian, berada di perbatasan Yun Chang, ini merupakan kesempatan
bagus untuk menghabisinya.”
Gui
Changqing berpikir lama tentang ini. Bagaimanapun, Chu Beijie merupakan
kekhawatiran bagi tiga negara lainnya juga. Tidak ada yang berniat
menyentuhnya. Chu Beijie seorang diri dengan kudanya, keluar masuk perbatasan
Yun Chang, seperti memberi umpan makanan pada orang-orang yang kelaparan di
gurun. Meskipun Gui Changqing bijaksana dan berpengalaman, ia harus sangat
menahan diri dari gagasan – segera mengirim pasukan untuk menangkap Chu Beijie.
Chu
Beijie takkan mudah di tangkap.
Di
gunung bersalju Songsen, memerintahkan pasukan untuk mengepung seorang jendral
terkenal yang mampu bersembunyi dengan sempurna adalah hal mustahil untuk
dilakukan.
Sulit
untuk menangkap seorang seperti Chu Beijie, tapi jauh lebih sulit lagi
menemukan kesempatan bagus.
Apalagi….
“Apa
gunanya juga jika mengirim pasukan dan berhasil membunuh Chu Beijie dengan
sekali tusukan?” Gui Changqing tersenyum pahit sambil mengelengkan kepalanya,
dengan segan berusaha melepaskan ide yang begitu meggodanya. “Kalau berita ini
tersebar, pasukan Dong Lin yang sedang mundur akan segera bergegas datang
kesana. Saat itu, tak diragukan lagi, akan terjadi pertempuran sampai prajurit
terakhir tersisa.”
Kedamaian
yang sudah mereka usahakan dengan susah payah akan hancur karena satu hal saja.
Yang
seperti itu, Gui Changqing sama sekali tidak ingin mengalaminya.
Si
pembawa pesan telah mendengar kehebatan Chu Beijie sejak lama, ia mengerti apa
yang dikatakan Gui Changqing memang benar. Ia tak berpikir jauh lagi, sambil
berlututu ia berkata, “Saya akan meninggalkan ibukota malam ini. Apa Pejabat
Senior masih ada perintah lain?”
“Sampaikan
pada Jendral Chang dua hal. Yang pertama, tidak perlu mengirim pasukan untuk
menyerang Chu Beijie. Orang ini luar biasa berani dan berbahaya. Mustahil
dibunuh, kalau bersikeras hanya akan membuat banyak prajurit Yun Chang mati sia-sia. Perang baru
saja selesai, tidak perlu membuat marah Panglima musuh. Masalah pos
pemeriksaan, ia hanya sedang mencari seseorang, tidak berniat melukai, jadi
tidak perlu melawannya. Dan yang kedua,….” Gui Changqing ragu sesaat, sebuah
kilatan bersinar di matanya. Ia berkata pelan, “Katakan pada semua yang berada
di pos pemeriksaan, apapun yang terjadi, jangan sampai Chu Beije bertemu wanita
itu.”
“Baik.”
“Ingat
baik-baik yang kedua.”
“Baik,
aku mengerti.”
Gui
Changqing memperhatikannya, prajurit itu terlihat sedikit kecewa ketika ia
pergi. Mata Gui Changqing melihat sekelilingnya, ada sebuah kolam kosong di
sebelahnya, sebuah jembatan yang tertutup salju, tidak ada seorangpun yang bisa
bersembunyi disana tanpa diketahui. Gui Changqing bertanya lagi pada si pembawa
pesan, “Apa kau mengenal gunung Songsen dengan baik?”
“Aku
selalu ditempatkan di gunung Songsen dan sangat tahu seluk beluk gunung itu.”
“Siapa
namamu dan apa jabatanmu di pasukan?”
“Melapor
pada Pejabat Senior, namaku Fanlu, jabatanku Wakil Jendral.”
“Aku
akan menaikan pangkatmu menjadi Jendral.”
“Eh?”
Fanlu terlihat sangat terkejut. Ia menyadari ekspresi serius Gui Changqing,
jadi hal ini bukan sekedar becandaan. Matanyanya bersinar sambil ia menjawab
dengan kencang, “Terima kasih, Pejabat Senior! Aku pasti akan melakukan yang
terbaik untuk membalas kebaikan Pejabat Senior.”
Gui
Changqing melangkah turun dari jembatan, membantu Fanlu untuk berdiri sambil
berbisik, “Aku ada permintaan ketiga, hanya untuk kau dengar. Hanya keluar dari
mulutku dan masuk ke telingamu.”
“Baik.”
Fanlu menjawab dengan tegas dan ia mendekatkan telinganya kea rah Gui
Changqing.
“Wanita
itu, mungkin berada di sekitar gunung Songsen, tidak boleh bertemu Chu Beijie.
Kau harus menemukannya lebih cepat dari Chu Beijie.”
“Membunuh
wanita itu?”
“Tidak.”
Gui Changqing menjawab dengan berbisik, “jangan sampai ada tanda di tubuhnya
kalau itu perbuatan manusia.”
Sekilas
sinar kejam yang hanya bisa nampak di mata seorang prajurit muncul di mata
Fanlu. “Disana banyak binatang buas yang keluar sepanjang tahun. Aku tahu apa
yang harus kulakukan.”
“Apa
kau sudah pernah melihat lukisannya?”
“Belum,
hanya orang-orang yang di tangkap Chu Beijie yang pernah melihatnya. Tapi,
hanya sedikit wanita yang berani berada di sekitar gunung Songsen.”
“Ingatlah,
wanita itu memakai sebuah tusuk rambut giok yang bercahaya. Itu satu-satunya
perhiasan yang tak pernah dilepasnya sejak ia berangkat dari Dong Lin sampai
Yun Chang.
--
Zuiju
lupa sama sekali sudah berapa lama ia menunggu dalam kegelapan. Setiap menit
dan setiap detiknya membuat hatinya tersentak. Pernderitaan itu berlanjut
berkali-kali dalam kegelapan. Ia mengenggam ringan tangan Pingting, tak mau
melepaskannya. Ia takut kalau ia lepaskan, ia akan selamanya kehilangan
Pingting. Udara bergemuruh oleh dua tarikan napas.
Oh langit, tolong
lindungo Nona Bai dan anaknya melewati rintangan ini.
Ia
merasa wajahnya basah. Airmatanya jatuh melewati kulit wajahnya.
“Kapan
badai akan selesai?” Zuiju sulit berkata dengan tenang, tanpa menangis.
“Mungkin
akan segera berhenti.” Pingting menjawab dengan tenang dan pelan.
Semakin
Pingting tenang, semakin Zuiju menjadi panik. Setelah sunyi yang tidak
menyenangkan, suara Zuiju terdengar lagi. “Aku benar-benar benci Tuan Besar.”
Zuiju berbisik.
“Zuiju.”
“Aku
benar-benar benci Tuan Besar, sunggu benci padanya.” Zuiju mengertakan giginya.
Zuiju
hanya mampu menyalahkan pria itu dan hanya bisa membenci pria itu. Mengapa, ia
memiliki kemampuan begitu luar biasa, tapi wanita yang ia cintai harus
menderita seperti ini?
“Semua
ini salah Tuan Besar. Semuanya salah dia. Bukankah seharusnya seorang pria
melindungi wanita? Seharusnya wanita yang mereka cintai dilindungi dalam
telapak tangannya.” Semakin ia berpikir, semakin ia menjadi marah. Semakin ia
berucap, semakin ia menjadi gelisah.
Pingting
menghela napas dan menarik tangan Zuiju dalam gengamannya. Ia menenangkannya.
“Zuiju, jangan dilanjutkan.”
“Tuan
Besar seharusnya berada disini. Seharusnya Tuan Besarlah yang menemanimu
disini.”
Kata-kata
yang seharusnya tidak diucapkan mengalir keluar, dan akhirnya menghasilkan
kesunyian yang menyakitkan. Zuiju baru menyadarinya, ia pasti telah menjadi
gila karena badai dan kegelapan.
Chu
Beijie, kalau saja Chu Beijie disini, apalah artinya badai seperti ini?
Pundaknya yang lebar, bisa melindungi Pingting dari cuaca keras begini.
“Nona,
aku….” Zuiju menyesal, “Aku seharusnya tidak menyebut namanya.”
“Kau
benar.” Pingting menjawab dengan sedih. “Akan lebih baik kalau ia disini.”
Benar-benar
akan lebih baik kalau mereka tidak berpisah, meskipun kekuasaan paling tinggi
berusaha melakukannya.
--
Badai
menyembunyikan siang. Gunung Songsen telah mejadi putih. Angin mulai melolong,
menghantam keras bukit bebatuan, menghasilkan suara siulan yang mewakili
ketidakpuasan hati.
Chu
Beijie duduk di antara bebatuan, mengayunkan pedangnya di tangannya.
Ia
telah menghabiskan hampir seluruh hidupnya dalam peperangan dan melihat badai
yang jauh lebih buruk dari yang ini. Ia segera mengamankan dirinya di dalam gua
yang paling kokoh ketika mulai memasuki gunung.
Tidak
ada tempat untuk badai di hatinya. Ia menunggu badai berlalu dalam diam. Begitu
angin berhenti, ia akan segera turun gunung dan berniat memeriksa satu lagi pos
pemeriksaan, Suyang.
Suyang,
pos pemeriksaan Yun Chang yang paling lemah. Kalau Pingting berniat pergi ke
Bei Mo, ia pasti akan memilih untuk melewatinya.
Mungkin
juga Pingting sudah melewati pos pemeriksaan Suyang hari ini.
Tapi
bagaimana kalau hari inipun tanpa hasil? Sinar di bola mata Chu Beijie mulai
meredup.
Beberapa
hari belakangan ini, ia telah mencapai empat pos pemeriksaan Yun Chang tapi tak
satupun yang telah melihat Pingting. Apakah Pingting tidak menuju Bei Mo?
Hal
ini membuatnya sangat khawatir. Kalau ia tetap tinggal di Yun Chang, meskipun
Putri Yaotian membebaskannya pergi, tapi He Xia jelas tidak. He Xia akan mengirim
pasukan pengejar dan akan tiba dalam satu atau dua hari.
Suara
gemuruh yang memekakan telinga terdengar dari langit, dan petir berwarna merah
darah seperti memukul hati Chu Beijie, menusuk luka di dadanya dan membuat
segalannya mengalir ke dalam kegelapan yang tak pernah berakhir. Tubuhnya
terasa kosong, kecuali kegelisahan dan penderitaan yang masih tersisa.
Pinting, dimana kau?
Apa kau dan anakmu
berada di gunung, di dalam badai salju, disuatu tempat di jalanan bergelombang?
Aku hanya ingin memelukmu
erat, tubuhku melindungi tubuhmu dari salju yang melolong.
Kalau kau
mengijinkan aku melakukannya, aku akan menjadi pria paling berbahagia.
“Dimana
kau? Dimana kau berada?” Chu Beijie melihat sarung pedangnya. Ukiran bunga di
sarungnya mengingatkannya pada tusuk rambut emas yang menghiasi rambut
Pingting.
Saat
ini, ia sangat merindukan kehangatan Pingting, ia ingin melihat ekspresi
tenangnya, dan senyumnya yang sangat percaya diri itu sekali lagi.
Deru
angin mulai mereda. Bumi telah gelap, tidak seperti sebelumnya, kali ini
menandakan badai akan berakhir.
Wajah
Chu Beijie menjadi gembira. Ia segera bergerak keluar.
Kalau
ia tidak berhasil di pos pemeriksaan Suyang, berarti Pingting telah menemukan
jalan lain menuju Bei Mo.
Dan
ia takkan ragu untuk menuju Bei Mo.
Bahkan
kalau ia harus berjalan ke ujung dunia, ia harus menemukan Pingting.
--
Zuiju
hampir berpikir kalau ia takkan bisa bertahan sampai badai berakhir. Ia telah
berdoa dan memohon pada langit dengan cara yang ia tahu, meskipun nadi Pingting
masih belum stabil, setidaknya tidak memburuk.
“Sepertinya
badai hampir selesai.”
Dalam
kegelapan, ia mendengar Pingting menghela napas lega. “Sungguh?” Pingting
berusaha duduk dan meluruskan punggung dengan sangat lama. Terlihat seperti seseorang
yang sangat kelelahan sedang berjuang dengan napas terakhirnya mencapai
tujuannya sampai ia pingsan.
“Nona!”
Zuiju menangis dengan panik.
Pingting
berusaha menahan dirinya. “Jangan khawatir.” Suaranya sangat lemah.
Zuiju
mengeluarkan tangannya dan mengelap dahi Pingting yang penuh keringat. “Apa
dadamu terasa kaku?”
“Benar.”
Pingting berbisik.
“Salju
sudah hampir berhenti.”
Pingting
dengan perlahan bergeser agar pintu keluar terlihat. bagian itu tidak
dituangkan air maka tidak tertutup blok es. Ujung pakaian dari atap telah jatuh
menutupi pintu masuk, penuh embun beku dari badai salju. Pingting mendorong
dengan kuat, tapi pakaian dan salju sama sekali tidak bergerak. Setelah
beberapa kali mendorong, seberkas cahaya mulai memaksa masuk. Meskipun hanya
sedikit, tapi lebih baik daripada kegelapan total. Pingting dan Zuiju segera
mengigil, dua kali.
Sungguh
dingin, tapi salju sudah hampir berhenti. Suara mengerikan yang mengertakan
ranting-ranting perlahan menghilang. Akhirnya, mereka berhasil membuka pintu
masuk dan berjuang keluar.
Tenda
es itu telah melindungi mereka dari bencana, bersinar cerah di bawah cahaya
matahari. Sangat kecil, sehingga terlihat mustahil kalau tenda itu telah
membantu dua orang dewasa terbebas dari badai salju.
Udara
dingin mengalir melewati hidung mereka, membawa kesegaran khas dari hutan
gunung. Mereka telah berhasil bertahan hidup dan melihat sinar matahari di
depan mereka, membuat mereka lebih menghargai kehidupan mereka. Semangat mereka
segera pulih.
“Nona,
ayo kita lanjutkan perjalan kita.”
“Tentu.”
“Ijinkan
aku memeriksa nadimu lagi. Apa dadamu masih terasa kaku?”
Pingting
mengelengkan kepalanya. “Sudah lebih baik.”
Zuiju
mempelajarinya, ragu sesaat.
Pingting
memang benar. Badai salju telah menghancurkan seluruh cabang pohon, dan
buntelan mereka diterbangkan entah kemana beberapa saat lalu. Mereka sudah
tidak memiliki jarum lagi atau juga tumbuhan obat yang dipersiapkan sebelum
mendaki gunung.
Zuiju
bertanya dengan khawatir. “Apakah kita akan terus?”
“Iya.”
“Kuharap
langit terus melindungi kita dan membiarkan kita menemukan beberapa tanaman
obat. Tanpa jarum perak, jarum dari dahan cemarapun bisa melakukan sesuatu
untuk saat ini.” Zuiju melanjutkan. “Nona duduklah disini sebentar. Aku akan mencari
cabang cemara untuk dibuat jarum. Setelah beberapa tusukan kau akan bisa
menahan ketidaknyamananmu untuk beberapa saat.”
--00--
Home
novel, translate, klasik, cina, chinese, terjemahan, indonesia
novel, translate, klasik, cina, chinese, terjemahan, indonesia