Ekor
mimpi sulit ditangkap. Chu Beijie tidak mampu terlelap.
Tapi
Changxiao tertidur pulas di lengannya, sangat nyaman. Tubuhnya yang kecil
bernapas dengan berat dan terkadang ia menempelkan wajahnya ke dada Chu Beijie.
“Apakah
aku benar-benar boleh meletakannya?” Chu Beijie telah berada di posisi yang sam
agak lama. Ia berkata sepelan yang ia bisa dan berkata sambil agak khawatir.
“Iya.”
“Apakah
tidak akan membangunkannya?”
“Tidak,
ia sudah sangat pulas.”
Chu
Beijie memperhatikan anakknya lagi dan berkata dengan dahi berkerut. “Kurasa ia
akan terbangun.”
Pingting
menjadi kesal dan marah. Ia mendekat dan dengan terlatih mengambil anaknya dari
lengan Chu Beijie, lalu membungkusnya dengan selimut. Chu Beijie mendekati. Ia
menundukannya kepalanya, mempelajari setiap senti tubuh kecil itu dengan sangat
teliti, pandangannya tak pernah beralih dari anaknya.
“Hati-hati.”
Chu Beijie berkata dengan gugup, “Jangan sampai membangunkannya, nanti ia
menangis.”
Pingting
tertawa lama sekali. Ia menegakkan punggungnya dan menatap Chu Beijie, dan ia
tertawa kecil, “Mereka berkata, seorang ayah berlaku keras sedangkan ibu selalu
lembut, tapi ini sungguh terbalik.”
Chu
Beijie tahu ia sangat gugup. Ia menangkap tubuh ramping itu dan menariknya
mendekat. Ia berkata dengan mengatupkan gigi-giginya, “Siapa yang sendang
menyakiti sekarang?” ia tidak menunggu jawaban Pingting, ia mengigit ringan
cuping kuping Pinting.
“Ow…”
Pingting berteriak pelan, kupingnya tersengat rasa hangat dan perasaan dalam.
Dan
setelah gigitan kecil Chu Beijie melanjutkannya dengan lidahnya. Wajah Pingting
menjadi merah padam dan ia bersaha mendorog dada Chu Beijie. Ia berkata dengan
agak malu, “Apa yang Tuan lakukan?”
“Aku
sedang bepikir, bagaimana caranya bisa menang tanpa pasukan?” Chu Beijie
terkekeh kecil, menyebarkan udara hangat disekitar telinga Pingting. “Apa
Nyonya sudah menyerah?”
“Menggunakan
gigi untuk mengigit seseorang, sangat tidak terhormat….”
Tidak
mungkin tubuh kekar dan seuat besi serta bahu yang lebar itu bisa didorong oleh
Pingting. Setelah beberapa saat bercanda seperti itu, Chu Beijie menarik
Pingting keluar tanpa suara. Begitu di luar tenda, langit malam penuh bintang
menyambut mereka.
Chu
Beijie menghela napas panjang, “Suasana seperti ini, hanya kurang suara melodi
kecapi.” Ia berbalik dan menatap Pingting.
Pingting
berkata, “Dimana bisa menemukan kecapi di tengah hutan seperti ini?”
Chu
Beijie tertawa tanpa menjawab. Matanya menatap Pingting dalam-dalam, dan
Pingting merona sampai ke telinganya. Di bawah tatapan Chu Bejie yang seperti
itu siapa yang bisa tetap tenang, tapi Pingting mulai tersenyum. Ia mendekatkan
tubuhnya ke dalam rangkulan Chu Beijie dan membawa pria itu melewati
tenda-tenda lainnya sampai menemukan tempat yang tenang di pinggiran perkemahan
dan duduk disana.
“Karena
tidak ada kecapi, bagaimana kalau Tuan membiarkan Pingting menyanyikan sebuah
lagu?”
“Lagu
apa?”
Pingting
menyeringai kecil, “Sebuah lagu pemberontakan, sebagai tanda permintaan maaf
pada Tuan?”
“Oh?”
Chu Beijie berpikir sejenak. Ia berkata pelan, “Mengapa Pingting perlu meminta
maaf?”
Untuk
beberapa alasan, Pingting sedikit terkejut dengan pertanyaan tersebut. Ia
menunduk berpikir dalam, lalu menjawab pelan, “Mungkin atas kekeras kepalaan
Pingting yang menyebabkan banyak kesulitan untuk Tuan.”
Melihat
Pingting yang menunduk, Chu Beijie merasa sedih. Ia memeluk Pingting dan
berguman, “Selama kau dan Changxio berada di sisiku, semua kesulitan itu sama
sekali tidak berarti.”
Ini
bukan pertama kalinya Chu Bejie memeluknya seperti ini sejak mereka bertemu
kembali. Tapi saat ini rasanya lebih menyejukan dibanding sebelum-sebelumnya. Pemandangan
Chu Beijie memeluk erat Changxiao telah terukir di hatinya.
Ia
membalas pelukan Chu Beijie dengan lebih erat, dan membiarkan wajahnya bersandar
di dadanya. Lalu dengan suara pelan ia bertanya, “Apa Tuan menyesal telah
bertemu Pingting?”
Chu
Beijie tidak menjawab, ia menarik dagu Pingting dan meletakan ciuman hangat di
bibirnya yang merah.
Bintang
berkelip dan bayangan pepohonan keluar dari hutan di belakang mereka, menjaga
sepasang kekasih yang saling menyayangi ini.
“Ijinkan
menyanyikan sebuah lagu untukmu.” Chu Beijie melonggarkan pelukannya dan
tersenyum kecil. Lalu mulai bernyanyi.
“Kalau
musim semi untuk cinta, musim gugur untuk mengenang, kalau musim gugur hanya
untuk mengenang, perpisahan pahit, tidak saling menghianati….”
Suaranya
dalam dan jernih, penuh emosi. Setiap kata yang terucap seperti manik-manik
mutiara, yang menyilaukan hutan.
“Tidak
pernah menghianati….”
Suara
Chu Beijie bergema di kala malam, di tengah hutan yang tertidur, angin dan
kegelapan bertepuk tangan dengan caranya sendiri.
Tanpa
kecapi.
Tapi
suara dalam Chu Beijie tidak perlu di temani melodi kecapi.
Ia
mencurahkan isi hatinya dalam nyanyian dan kata-katanya “Tidak pernah
berhianat”, kata-kata ini membawa kenangan kembali pada Kediaman Jin Anwang dan
pertempuran Kanbu dan kejadian-kejadian lain yang terbentang sepanjang
perjalanan mereka. Semua ingatan dan rasa sakit keluar, terbang bersama angin.
Rasa
sakit pergi, kembali ke tempat mereka berasal.
Suara
Chu Beijie mengembara melewati hutan. Pingting mendengarkan dengan seksama.
Airmata mulai berlinang dari matanya, jatuh ke rerumputan ketika lagunya
selesai.
Hutan
sangat sunyi, suara napas panjang Chu Beijie terdengar di telinga Pingting.
Bahkan setiap detak jantung Chu Beijie juga terdengar keras.
Pingting
menarik lengan bajunya dan menghapus airmatanya tanpa merubah ekspresi
wajahnya. “Apa yang Tuan tahu?”
Chu
Beijie memeluk Pingting dengan kekanakkan. Ia berbisik, “Aku tahu kau tidak
akan mengubah pemikiranmu meskipun menghadapi ratusan bahkan ribuan rintangan.”
“Tidak
akan mengubah pemikiran meskipun menghadapi ratusan bahkan ribuan rintangan….”
Pingting merenungkan kata-kata itu.
“Bai
Pingting yang pintar, Bai Pingting yang bodoh, Bai Pingting yang baik, bahkan
Bai Pingting yang jahat, semua itu adalah Bai Pingting yang kucintai.” Chu
Beijie menarik napas panjang dan menjawab pertanyaan tadi, “Mengapa aku harus
menyesal?”
Mata
Pingting lagi-lagi bersimbah airmata. Ia menegadah perlahan, menyaksikan langit
malam yang jernih dan menetapkan keputusannya.
Kepedihannya
hancur dan menjadi abu yang bersembunyi di balik awan hanya meninggalkan gema
kesedihan di hati.
Biarkan
seluruh kesengsaraan dan kebencian terpendam hilang seperti asap di balik awan.
Kepedihan
yang tidak bisa disingkirkan oleh arak yang kuat.
Ketika
ia hamil, ia menangis membasahi seluruh lapisan salju, keputusasaan yang tak
mampu ia tahan.
Dibelakangnya,
sepasukan prajurit mengejarnya, memenuhi langit dengan api pembunuhan.
Mereka
pernah bersumpah pada bulan untuk mengatasi segalanya. Dan mereka telah
menghadapi begitu banyak kejadian, begitu banyak rintangan.
Tatapannya
terpaku pada langit, ia tiba-tiba berkata dengan gembira, “Bulan sudah keluar.”
“Dimana?”
Jarinya
yang begitu kurus setipis tunas daun bawang musim semi menunjuk kesuatu arah di
langit. “Disana, Tuan bisa melihatnya?”
Chu
Beijie tidak menolehkan kepalanya, hanya memandangi Pingting, hendak melukis
wajahnya dengan tinta tebal di dalam pikirannya. Setelah beberapa saat, wajah
tampannya akhirnya tersenyum, “Aku melihatnya, ternyata disana.”
Chu
Beijie menunduk, dengan lembut mencium mata Pingting yang bergetar.
Mereka
berdua menghabiskan malam dengan membicarakan hal-hal tak berguna, tapi di
wajah mereka sama sekali tidak terlihat rasa lelah. Di pagi hari, langit
perlahan mulai terang, sinarnya sedikit demi sedikit menyebar di hutan,
mengangkat kabut. Akhirnya mereka kembali ke tenda, dan melihat bahwa Changxiao
telah bangun tak lama sebelumnya. Anak itu sama sekali tidak menangis, juga
tidak membuat masalah, hanya penasaran dengan rumbai-rumbai di ujung selimut
karena ia tidak berhasil mencopotnya.
“Kau
sudah nakal begitu kau membuka matamu.” Pingting mendekat dan berniat
mengangkatnya, tapi Chanxiao masih penasaran dengan rumbai-rumbai, tangannya
tak mau melepaskannya sehingga selimutnya ikut terangkat bersamanya.
Chu
Beijie berkelakar, “Anak baik, ia mengikuti sifat keras kepalaku.”
Changxiao
menoleh padanya, ia melihat Chu Beijie mendekat dan ia berteriak gembira. Ia
tidak peduli pada rumbai-rumbai lagi sehingga ia melepaskan pegangannya dan
selimut itu jatuh ke tanah. Changxiao berusaha meraih Chu Beijie dengan kedua
tanganya yang mungil.
Chu
Beijie bahkan merasa lebih gembira, “Lihat, ia sungguh menyukaiku.” Tangannya
meraih Changxiao.
Pingting
tertawa, “Menyukai? Ia hanya tertarik pada pedang itu.”
Dan
seperti yang dikatakan Pingting, begitu Changxiao berada dalam pelukan Chu
Beijie, ia dengan sepenuh hati berusaha meraih pangkal pedang di pinggang Chu
Beijie. Semangat Surga tidak ringan, Changxiao begitu kecil dan sedang berada
di pelukan Chu Beijie, maka tidak mungkin ia bisa meraihnya bagaimanapun ia
bergerak. Akhirnya ia berteriak dengan putusasa, “Pisau, pisau!”
“Anak
baik, kalau kau menyukainya, ayah akan memberikannya padamu.”
“Apa
ada ayah sepertimu? Ia masih sangat kecil, senjata seperti itu bukan pilihan
yang baik untuk diberikan padanya.”
Tiga
anggota keluarga itu sedang bersenang-senang, ketika Moran menyibak tirai tenda
dan masuk. Suaranya sangat segar ketika ia melapor, “Beberapa orang yang telah
di kirimkan surat pribadi dari Tuan beberapa hari lalu, sudah tiba disini.”
“Mereka
seharusnya tiba beberapa hari lagi,” Chu Beijie berkata, “Berapa orang yang
sudah sampai?”
“Lebih
dari dua puluh.”
“Aku
mengira sekitar delapan atau sembilan yang akan tiba hari ini, tapi bisa
sebanyak ini dengan surat itu, sungguh luar biasa.” Chu Beijie mengakhiri
permainan dengan Changxiao, ia berkata pada Pingting, “Ayo kita temui mereka.
Mereka semua bekas bawahanku yang sudah pensiun dengan beberapa alasan. Mereka
semua memiliki keahlian masing-masing.”
Pingting
berkata, “Yang kudengar mereka semua hidup mengasingkan diri. Karena dipanggil
oleh Tuan sendiri di saat paling menentukan, pastinya keahlian mereka tidak
perlu dipertanyakan lagi.” Pingting mengambil Chanxiao dan menurunkannya di
tanah, lalu ia menepuk kepalanya, “Changxiao, pergilah cari Ze Qing untuk
bermain.”
Changxiao
begitu gembira ketika ia pergi keluar dari tenda.
Chu
Beijie sedikit khawatir. “Bagaimana ia bisa menemukan Ze Qing? Tempat ini
begitu kacau.”
“Tenda
Yangfeng berada di sebelah. Jangan khawatir, ia pasti menemukannya.”
Mereka
bertiga harus mengurus masalah penting. Mereka tak bisa selalu memikirkan
anak-anak. Mereka segera pergi menemui orang-orang yang baru saja tiba. Mereka
sungguh sangat ahli diantara para prajurit lainnya. Beberapa dari mereka sangat
lihai memasang jebakan di gunung dan hutan, sementara yang lainnya hebat dalam
menyergap dan membunuh.
Ketika
Chu Beijie memimpin mereka, ia sangat menghargai mereka. Yang dipanggil tidak
hanya mereka yang berkemampuan bertempur di medan perang, tapi juga mereka yang
hebat dalam menyembuhkan luka.
“Kemampuan
tabib jenius Huo sangat luar biasa, ia melayani keluarga istana dengan sangat
detil dan sampai selesai. Banyak hal diluar dugaan ketika perang dan waktu bisa
menjadi masalah, maka hal yang paling penting adalah kecepatan. Dan untuk
masalah cepat, kemampuan tabib Huo untuk urusan penyembuhan luka perang adalah
yang terbaik.”
Pingting
di perkenalkan satu per satu oleh Chu Beijie sebelum mereka kembali untuk
melanjutkan pembahasan rencana utama.
Begitu
mereka memasuki tenda, mereka menyadari kalau para Jendral telah tiba dan
sedang menunggu mereka.
Chu
Beijie sangat bergembira, bisa memeluk anaknya di pagi hari dan Pingting berada
di sisinya. Wajahnya seperti angin musim semi. Ia tersenyum segar ketika
memasuki tenda, “Pasukan baru Bei Mo tiba kemari, dan dari Dong Lin, para
mantan bawahanku telah tiba pagi ini. Dengan dua atau tiga hari lagi persiapan,
kita bisa mejalankan rencana utama untuk menyelinap ke dalam Yun Chang dan
mulai bergerak. Bagaimana menurut kalian?” ekspresi yang lainnya tidak sebagus
Chu Beijie, membuat senyum di wajahnya membeku, “Ada masalah apa?”
Setelah
sejenak hening, Ruohan buka suara, “Tolong lihat laporan terakhir ini
Panglima.” Ia mengeluarkan gulungan kertas dan menyerahkannya pada Chu Beijie.
Salah
satu peraturan militer tertulis, untuk laporan yang sangat genting harus
ditulis dengan tinta merah, agar para Jendral bisa mengetahuinya dengan sekali
lihat dan mengerti bahwa pesan itu sangatlah penting.
Chu
Beijie menerima dan membukanya. Kalimat pertama yang terbaca adalah – Keluarga
kerajaan Gui Li telah dibunuh oleh He Xia…
Pingting
berdiri di samping Chu Beijie. Matanya membelak dan ekspresinya segera berubah
ketika membacanya.
Seluruh
anggota keluarga kerajaan Gui Li?
Apakah
itu berarti bukan hanya He Su tapi Ratu tapi juga anak mereka yang masih sangat
kecil.
Dan
orang yang melakukannya adalah He Xia, penerus Jin Anwang, Keluarga Jin Anwang
yang telah sangat setia melindungi Kerajaan Gui Li selama berabad-abad.
Semua
orang tahu, Gui Li adalah kampung halamannya. Meskipun Raja Gui Li tidak begitu
baik padanya, tapi mereka telah tumbuh bersama maka ia sangat bersedih.
Chu
Beijie membawanya ke kursi, dan membuatnya duduk, lalu bertanya dengan pelan,
“Kau tak pa-pa?”
Ratu
Dong Lin berjalan mendekat, “Tempat ini begitu sesak dengan rasa sakit. Biar
kutemani kau keluar dan mencari Changxiao.”
Pingting
akhirnya menjadi lebih tenang dan melihat sekelilingnya. Ia melihat semua orang
khawatir padanya, dan hal ini membuatnya menjadi lebih bisa mengendalikan
dirinya. Ia berkata pelan, “Aku baik-baik saja, sebaiknya aku duduk. Masalah
militer jauh lebih penting, kalian tidak boleh menundanya.”
Chu
Beijie tidak menjawab, ia melanjutkan membaca laporannya. Sisanya adalah
penjelasan kejadian dan penjelasan rinci tentang informasi yang berhasil di
kumpulkan para mata-mata. Lalu ia meletakan laporan di atas meja dan bertanya
dengan ringan. “Bagaimana menurut para Jendral?”
Luoshang
mengemukakan hal yang menjadi kekhawatiran semua orang. “Gui Li sudah jatuh. Le
Zhen benar-benar dihancurkan Fei Zhaoxing, kekuatan terakhir dari empat negara
yang mampu melawan He Xia telah berantas.”
“Selanjutnya,
He Xia akan mencurahkan perhatiannya untuk membersihkan kita.” Suara Ruohan
sangat berat.
Disaat
seperti ini sulit untuk tidak merasa berat.
Begitu
pasukan Gui Li dikalahkan, empat negara telah jatuh ke tangan He Xia
sepenuhnya.
Melawan
He Xia yang memiliki kekuatan penuh atas empat negara, bisa diartikan pasukan
Ting mereka hanyalah usaha yang sia-sia.
Para
Jendral yang berkumpul di dalam tenda adalah para pemimpin pasukan. Mereka
mampu menghadapi musuh mereka sendirian dan ahli dalam menilai situasi lawan.
Mereka tidak ingin setuju, tapi bagaimanapun mereka memikirkan situasinya,
delapan atau sembilan puluh persen keuntungan dipihak He Xia.
Musuh
mereka terlalu kuat.
Jari-jari
Chu Beijie menekan meja ketika ia dengan sungguh-sungguh mendengarkan.
Setelah
semua pendapat telah dikeluarkan. Dan suara kerumunan berhenti, dan kesunyian
menyelubungi suasana, hanya sebuah suara jari mengetuk meja yang tertinggal.
Tap,
tap, tap, tap…..
Semua
orang menatap sosok Chu Beijie yang terlihat kokoh seperti batu. Sepertinya
tidak ada apapun di dunia ini yang mampu membuat punggung tegap itu lunglai.
Mereka semua menunggu dengan diam. Semakin kesunyian meningkat, keteguhan hati
juga semakin meningkat. Sikap yang menunjukan tidak akan pernah menyerah, ada
irama tersembunyi yang menyebar di dalam tenda.
Para
Jendral megatupkan bibir mereka rapat-rapat. Mereka tahu Chu Beijie sedang
berpikir keras.
Tap.
Suara
ketukan itu tiba-tiba berhenti.
Dan
semua orang entah mengapa merasa sedikit lega.
Chu
Beijie berbalik. Mereka mengira ia hendak mengatakan sesuatu tentang rencana
mereka dan menunggu dengan bersiap. Mereka sama sekali tidak menyangka ia
menoleh pada Pingting dan bertanya, “Apa menurutmu He Xia akan segera
meninggalkan Gui Li dan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk membereskan
kita?”
Pertanyaan
ini sunggu diluar dugaan semua orang.
Dan
seluruh tatapan mengarah pada Pingting.
Pingting
tetap diam untuk beberapa saat, warna di wajahnya telah kembali. Ia berdiri,
memandang gulungan laporan di atas meja, tulisan merah itu seperti melompat
keluar, dan ia merasa hatinya seperti ditujuk jarum tipis. Ia menghela napas sambil
mengerutkan dahi dan berbisik, “Tidak.”
Ini
berbeda dengan dugaan semua orang.
Ada
nada gembira yang terdengar, karena mereka tahu perkataan Bai Pingting bukan
omong kosong. Setelah semua orang bertukar pandang, Ratu Dong Lin membuka
suara, “Bagaimana Pingting bisa pasti?”
Sebuah
tangan besar mengenggam kuat tangan Pingting. Pingting mengangkat kepalanya,
memberikan Chu Beijie tatapan dalam. Ia berbalik menatap Ratu Dong Lin dan
berkata, “Apa Ratu tahu mengapa He Xia menggunakan cara licik dan kejam seperti
itu untuk mendapatkan dunia?”
“Untuk
kekuatan dan kemasyuran.”
Pingting
merapatkan bibirnya lalu tersenyum masam. “Untuk rumahnya, Kediaman Jin
Anwang.”
Kediaman
Jin Anwang.
Rumah
mereka yang selalu menyenangkan tamu-tamunya, dari lagu-lagunya sepanjang malam
sampai angin dingin bertiup.
Kolam
sudah tenang, menyambut angin. Kediaman Jin Anwang yang terang benderang telah
menghilang tersapu api dalam semalam.
“Setelah
pasukan Gui Li di hancurkan, tidak ada lagi kekuatan yang bisa mengancam He Xia.”
Pingting melanjutkan, “Sekarang, setelah ia menghancurkan empat negara dengan
tangannya sendiri, apalagi yang ia inginkan? Kediaman Jin Awang sekali lagi
akan menaikan ambisi He Xia yang tinggi, ia akan segera mengembalikan Jin
Anwang pada kedudukannya yang lebih tinggi dan mulia atas kemenangannya yang
mustahil.”
“Maksud
Nona…He Xia akan meningalkan Gui Li dan membangun kembali Jin Anwang?” Moran
mengerutkan dahinya ketika berkata, “Tapi kepribadian Tuan Muda Jin Anwang
sepertinya tidak akan melakukan hal yang begitu menghabiskan banyak waktu,
ketika ia tahu pasti bahwa ia dibawah sasaran Panglima kita.”
Chu
Beijie tersenyum senang, “Moran, perhatikan dengan seksama. Pingting mengatakan
‘Kemenangan yang mustahil’?”
“Aku
mengerti!” Luoshang tiba-tiba memahaminya. Ia mulai berkata, “He Xia ingin
segera menaiki taktah! Ia ingin segera mendirikan negara baru dan menjadi
Kaisar agar Jin Anwang bisa menjadi kemenangan yang mustahil.”
Ruohan
menepuk punggung kursi dan berseru, “Begitu susunan pemerintahan terbentuk, He
Xia akan secara resmi mengendalikan empat negara, sehingga kelompok-kelompok
pemberontak dari para penduduk akan menjadi lebih lemah.”
“Lalu
ia akan menggunakan otaknya untuk menciptakan politik yang santai dan membuat
semua orang menjadi tenang…”
“Dan
setelah semua itu, ia akhirnya akan memiliki waktu untuk membereskan kita.”
“Akan
sangat mudah membereskan kita pada saat itu.”
Meskipun
mereka berpikir kalau situasinya sangat genting, tapi pemikiran ini tetap tidak
berubah. Bagaimanapun mereka melihatnya sepertinya mereka hanyalah seekor
kura-kira didalam kendi.
Ekspresi
semua orang menjadi lebih gelap dari sebelumnya.
Moran
berpikir lagi, lalu ia menoleh pada Chu Beijie. “Jadi, Tuan tolong putuskan apa
yang akan kita lakukan.”
Chu
Beijie tersenyum kecil. Pingting melihat ia akan berbicara padanya, ia segera
mengelengkan kepalanya, “Jangan lagi mengujiku. Penasihat utama disini adalah
Tuan.”
Chu
Beijie khawatir Pingting terlalu memikirkan laporan barusan dan hendak bermain-mainnya
dengannya agar ia bisa segera melupakannya. Tapi setelah mendengar Pingting
berkata seperti itu, ia tak bisa membuatnya mendapat tepuk tangan lagi, maka ia
berkata pelan, “Nyonya ingin melihat suami membuat keputusan? Baiklah kalau
begitu.” Tatapannya beralih kepada para Jendral disekitarnya.
Semua
orang tahu Chu Beijie telah memtuskan sebuah rencana. Mereka memperhatikan
dengan lebih seksama, menahan napas mereka untuk mendengarkan baik-baik.
“Pasukan
Gui Li kalah terlalu cepat, kita kehabisan waktu. Tak perlu persiapan mendalam,
Moran dan aku akan membawa seribu orang pilihan terbaik untuk segera menyelinap
kedalam Yun Chang, menaklukan Qierou.”
Luoshang
yang telah menemani Chu Beijie selama bertahun-tahun berpikir ia akan turut
serta menyelinap ke dalam Qierou tapi ia tidak mendengar namanya disebut.
Ekspresinya berubah, ia hampir melompat dari kursinya “Tuan, aku…”
“Jangan
khawatir, kau punya tugas lain.”
Luoshang
menenangkan dirinya dan kembali duduk.
“Tidak
mudah membentuk negara baru, He Xia pasti akan mencari ahli Feng shui untuk
memilih hari baik, sehingga acara akan disetujui oleh semua semua pihak.
Setelah ia mendapatkan hari baik, kita akan membantunya membuat beberapa
kejadian tidak beruntung untuk menurunkan semangatnya.” Chu Beijie lalu memilih
beberapa orang, “Ruohan, Luoshang, Hua Can. Masing-masing membawa beberapa
mantan bawahanku yang tiba hari ini dan beberapa orang prajurit yang
berkemampuan lebih dari pasukan, bentuk beberapa kelompok dan masuk ke beberapa
tempat.”
Ruohan
mulai mengerti dan memastikannya, “Panglima menginginkan kami menciptakan
kejadian pertanda ketidak beruntungan untuk membuat penduduk menjadi panik,
benar bukan?”
Chu
Beijie mengangguk, “Hal ini membutuhkan keahlian membohongi berbeda dengan
medan perang. Karena prajurit Yun Chang berada dimana-mana, hati-hatilah
Ruohan, menyembunyikan jejak jauh lebih penting, jangan sampai kau dikenali.
Terserah padamu bagaimana menciptakan kejadian itu, tapi apa kau bisa
melakukannya?”
Ruohan
belum sempat menjawab ketika seseorang menyela.
“Tanah
mengeluarkan darah, burung layang-layang mati berjatuhan tanpa alasan, patung
menangis, hal-hal semacam itu, benar?”
Chu
Beijie menoleh dan mengetahui suara itu berasal dari Hua Can. Chu Beijie
tersenyum padanya, “Aku tidak menyangka Jendral Hua sangat ahli tentang hal
ini. Benar, hal-hal semacam itu.”
“Hal
ini tak sulit dilakukan.” Hua Can mengerutkan dahinya, “Tapi meskipun kita
mencurahkan tenaga untuk membuat penduduk tidak nyaman, hal ini tidak
berhubungan dengan He Xia dan ratusan ribu prajuritnya. Bukankah ini tidak
berguna?”
Tentu
saja bermain hantu-hantuan tidak membuat bergairah seperti pergi ke Qierou.
Luoshang juga sedikit merengut atas hal ini. Tapi mendengar ketidakpuasan Hua
Can terhadap Chu Beijie, Luoshang segera menjawab keras, “Bagaimana Jendral Hua
tahu kalau hal ini tidak berguna? Kau seharusnya tahu kalau menyerang musuh,
menyerang hati mereka juga sangat penting…”
Chu
Beijie menaikkan tangannya, menghentikan Luoshang melanjutkan perkataannya. Ia
menoleh pada Hua Can dan berkata, “Kau akan tahu apa kegunaannya nantinya.” Chu
Beijie tidak menjelaskan lebih lanjut, ia meneruskan pembagian tugas kesetiap
orang, “Sisanya dari kalian akan tetap di sini dibawah komando Kakak Ipar.
Kalian akan bersembunyi di dalam hutan, bersabar menunggu kabar.” Ia menoleh
pada Ratu Dong Lin dan berkata lagi dengan suara lebih pelan, “Aku meninggalkan
sisanya padamu, Kakak Ipar, kalau musuh mendekat, pastikan untuk bersembunyi,
sama sekali jangan berpikir untuk menghadapinya.”
Sejak
Ratu menerima wewenang penuh atas nasib Dong Lin, ia telah berkali-kali
menghadapi bahaya, maka ia bukan lagi wanita yang hanya tahu bersembunyi di
balik dinding istana yang dulu. Ia sama sekali tidak membantah perkataan Chu
Beijie. Ia mengangguk pasti, “Jangan khawatir, aku sama sekali tidak akan
bertindak berani dan memastikan segalanya tetap tenang sebisa mungkin. Aku akan
menjaga tempat ini, menunggu kalian semua kembali.”
“Kalau
begitu aku bisa tenang.”
Chu
Beijie telah membagi tiga rencana hanya dalam waktu singkat. Sepertinya rencana
telah ditetapkan. Semua orang yang berada di dalam tenda telah bertempur di
medan perang dan mulai lelah menunggu, maka mereka sangat berharap untuk
melakukan sesuatu. Moran yang pertama berdiri dan berkata, “Karena kita akan
segera berangkat menuju Qierou, aku akan membuat persiapan. Dan orang-orang
yang akan ikut pergi, aku akan memilih lima ratus dan Tuan bisa memilih seratus
dari mereka, apa itu cukup?”
Chu
Beijie menjawab, “Tidak perlu, aku percaya pada pilihanmu. Kau bisa memilih
semuanya yang akan pergi bersama kita. Perintahkan mereka untuk mengenakan
pakaian ringan dan bersiap untuk segera berangkat.”
Luoshang
juga berdiri. Ia merenggangkan tubuhnya, mengendurkan otot-ototnya dan berkata,
“Kami akan terbagi menjadi tiga kelompok, tapi kami masih harus memilih dengan
hati-hati negara mana yang akan kami susupi dan tindakan yang akan dilakukan.
Jendral Ruohan, Jendral Hua Can, ayo kita cari tempat untuk berdiskusi lebih
lanjut.”
Para
Jendral pergi dengan cepat. Ratu Dong Lin juga berdiri, “Atas perintah Panglima
Zhen Beiwang agar aku menjaga tempat ini, aku akan mulai memeriksa seluruh
area.” Setelah ia melangkah beberapa kali, ia berhenti dan menoleh pada
Pingting, “Tentang perempuan muda bernama Zuiju, aku ingat, ia mengalami
kecelakaan di Yun Chang bukan ?”
Pingting
tidak siap dengan pertanyaan tentang Zuiju yang begitu tiba-tiba. Hatinya tersengat
ketika ia berusaha menjawab. “Di gunung Songsen di perbatasan Yun Chang dan Bei
Mo….”
“Hm…”
Ratu Dong Lin mengangguk. Lalu ia berkata lagi dengan lebih keras, “Karena
Panglima Zhen Beiwang akan pergi ke Qierou, kurasa kau bisa membawa serta tabib
Huo. Ia selalu ingin pergi ke Yun Chang, tapi karena aku khawatir, aku selalu
menggunakan penyakitku untuk menahannya beberapa kali. Tapi melihatnya, ia akan
pergi juga cepat atau lambat. Aku akan lebih tenang kalau ia pergi bersamamu.”
Chu
Beijie dan Pingting saling bertukar pandang.
Perjalanan
ke Qierou kali ini adalah untuk meyusup ke daerah musuh. Jauh lebih berbahaya
jika dibanding tabib Huo mencari Zuiju sendirian. Dan tak mungkin Pingting
membiarkannya terluka, karena ia adalah guru Zuiju.
Pingting
berkata, “Tubuh Zuiju sebenarnya tidak berada di Yun Chang, ketika aku tinggal
di tempat persembunyian Yangfeng, kami mengguburnya disana, dalam wilayah Bei
Mo.”
“Kau
tidak perlu memperlihatkan mayat Zuiju. Tabib Huo tidak akan bisa menerimanya, ia
sudah tua.” Ratu Dong Lin menghela napas, “Kalian masih muda, belum mengeri.
Orang-orang tua tidak bisa menanggung kejutan sebesar itu. Kalau ia melihat
kuburan, itu akan jadi malapetaka baginya. Aku hanya ingin kau membawanya
sedikit berkeliling dan biarkan ia mengubur masa lalunya.” Ketika berkata ia
juga terkenang akan anak-anaknya yang sudah meninggal. Sudut matanya mulai
memerah, tapi ia menahannya, berusaha tidak menangis.
Chu
Beijie tidak bisa menolak lagi setelah mendengarnya. Ia menjawab, “Tenanglah
kakak ipar, kalau tabib Huo ingin ikut serta, aku akan menjaganya sepanjang
perjalanan.”
Lalu
ia mengantar Ratu keluar. Setelah kembali ke dalam tenda, ia menyadari Pingting
masih berdiri di tempat yang sama. Meskipun ia telah sering melihat darah segar
mengalir dan telah membunuh banyak sekali musuh-musuhnya, tapi ia sangat takut
melihat kekasihnya menjadi kecewa.
Pingting
akhirnya kembali ke sisinya setelah dua tahun. Chu Beijie melihatnya seperti
boneka kaca yang bisa pecah kapan saja begitu wajahnya menjadi kelam, dan Chu
Beijie tak bisa menghentikan rasa khawatirnya. Ia perlahan mendekati Pingting
dan berkata pelan, “Apa yang kau pikirkan? Bagaimana kalau kau mencari
Changxiao?”
Pingting
tahu Chu Beijie khawatir kalau ia kecewa berat atas nasib Zuiju. Ia menoleh dan
menatap padanya, dan tersenyum. “Rencana yang Tuan buat tadi, atas pertimbangan
kalau He Xia berencana segera menaiki taktah begitu negara baru selesai
terbentuk. Bagamana kalau Pingting salah dan ternyata He Xia malah membawa pasukannya
menuju Dong Lin untuk menyerang kita, akan jadi petaka.”
“Bagaimana
Pingting bisa salah menebak? Pingting yang paling tahu He Xia.”
Pingting
menghela napas.
Chu
Beijie bertanya, “Kenapa? Pingting tidak percaya pada dirinya sendiri? Tapi
sepenuhnya percaya pada Pingting.”
“Aku
juga berpikir kalau aku paling tahu dirinya. Kalau aku tidak bisa menebak
pemikiranya seratus persen setidaknya sekitar tujuh atau delapan puluh persen.”
Pandangan Pingting beralih ke laporan militer yang tergeletak di atas meja. Dan
ia menghela napas lagi, “Aku tidak pernah menduga ia akan membunuh He Su
apalagi Ratu dan anaknya yang masih kecil. Aku tidak tahu mengapa, padahal He
Su tumbuh bersama kami. Meskipun kebencian He Su telah menyebabkan kehancuran
Kediaman Jin Anwang, tapi Pangeran kecil umurnya baru beberapa tahun. Ketika ia
lahir, kami semua merayakannya dengan minum arak. Tuan Muda memberikannya
liontin giok bersama kalung emas untuk dikenakan di lehernya…”
Chu
Beijie tidak menunggu kata-katanya selesa, ia menarik Pingting dan memeluknya
erat, ia menciumi matanya lagi dan lagi, lalu berguman, “Sudah cukup, kau akan
sangat kecewa kalau diteruskan, aku juga kecewa. Kau tidak ingin aku tidur? Aku
akan segera berangkat ke Qierou?”
Wajah
Pingting memerah karena ciuman-ciuman Chu Beije. Ia melepaskan dirinya, “Aku
tidak akan bisa tidur kalau Tuan selalu menganggu setiap kali. Hmm.. kalau kita
berdua akan pergi, apa sebaiknya kita bawa Changxiao juga?”
Chu
Beijie seperti membeku sesaat. “Kau juga ikut pergi?”
“Memangnya
tidak?”
Chu
Beijie berkata lagi, “Terlalu berbahaya, jangan ikut.” Alisnya berkerut,
wajahnya yang tampan lagi-lagi menampakkan ekspresi muram.
Pingting
tidak takut dengan ekspresinya, ia bersadar pada pundaknya dan berkata, “Tuan
tidak menginginkan Pingting berada di sisinya lagi?”
Kata-kata
lembut ini menggugah perasaannya. Banyak orang yang berusaha seperti itu
kepadanya tapi sepertinya ia benar-benar dikalahkan oleh wanita yang satu ini.
Alisnya tetap berkerut, tapi suaranya tidak sekeras tadi, “Tentu saja tidak”
“Apa
Tuan tidak khawatir meninggalkan Pingting disini, istrinya mungkin sudah pergi
begitu Tuan kembali? Dunia sedang kacau, Pingting sungguh ingin membawa
Changxiao berkelana ke semua tempat meskipun hanya satu kali”
Chu
Beijie berbalik dan mencengkram kedua lengan Pingting sambil menatapnya, “Hebat,
berani sekali kau mengancamku lagi. Apa sekarang itu sudah menjadi
kebiasaanmu?”
Pingting
terkekeh dan berusaha melepaskan diri, “Aku tidak berani, aku tidak berani.
Kalau Tuan ingin Pingting tetap disini, Pingting akan patuh.”
Chu
Beijie tidak menyangka Pingting akan menyerah semudah ini. Chu Bejie memeluknya
dan membelai rambut Pingting yang berantakan, “Aku mau melihat CHangxiao.”
“Ia
pasti sedang bemain bersama Ze Qing.”
Mereka
berdua mencari Changxiao. Dan sesuai perkatan Pingting, Changxiao berada di
samping Yangfeng sedang bermain dengan riang bersama Ze Qing. Melihat Chu
Beijie, Changxiao berlari menghampiri dan berusaha mengambil pedang dari
pinggangnnya. Karena akan segera meninggalkan anakknya, Chu Bejie mengangkat
Changxiao, memeluk dan menciumnya. Lalu dengan enggan melepaskan anakkya yang
ingin bermain. Changxiao tidak mungkin tahu pemikiran ayahnya, begitu ia tiba
di tanah ia segera berlari dan bermain dengan Ze Qing lagi.
Setelah
sekitar satu jam, Moran selesai mempersiapkan segalanya. Ia berlari untuk
melapor, “Para prajurit sudah dipilih, hanya tinggal menunggu perintah.”
Chu
Beijie menganguk, dan memikirkan sesuatu, lalu ia berkata pada Moran, “Pilih
seekor kuda muda yang bagus, untuk Pingting.”
Moran
segera menjawab dan berlalu untuk melakukannya.
Pingting
menunggu sampai Moran menghilang lalu tersenyum pada Chu Beijie, “Apa Tuan
sudah mulai lunak pada musuh? Tuan mengatakan pada Pingting untuk tinggal, jadi
untuk apa memilih seekor kuda untuk Pingting? Tuan sungguh takut, Pingting akan
membawa pergi Changxiao?”
Chu
Beijie kesal medengarnya dan ia mengertakan gignya. Lalu menguncinya di dadanya
“Kau tidak akan pergi kemanapun, aku akan mengikat dirimu padaku.”
Pingting
telah menyiksanya sampai ia merasakan keputusasaan yang luar biasa selama dua
tahun. Ia telah berpikir dan berpikir, dan pada akhirnya ia memutuskan, untuk
membawanya bersamanya. Meskipun disana sangat berbahaya, setidaknya ia bisa
melakukan sesuatu untuk melindunginya.
Ia
telah dengan gila mencarinya di gunung Songseng, menerobos empat pos
pemeriksaan Yun Chang satu demi satu. Itu juga termasuk siksaan.
“Bagaimana
dengan Changxiao?”
Chu
Beijie memikirkannya dengan sulit dan hampir kalah dengan perasaan seorang
ayah. Setelah beberapa saat ia akhirnya berkata, “Untuk saat ini, tinggalkan
bersama Yangfeng. Selama aku mengawasi ibunya, aku tidak perlu khawatir
kehilangan anak.”
Meskipun
Pingting tidak rela meninggalkan Changxiao lagi, tapi meninggalkannya bersama
Yangfeng membuatnya lebih tenang. Ia mengangguk setuju, lalu meregangkan
tubuhnya dan memeluk Chu Beijie.
Chu
Bejie tidak bisa melawannya sejak awal, ketika ia menatap Pingting, melihat
seseorang yang begitu berharga dalam hidupnya yang begitu lembut dan anggun, ia
berpikir membawanya bersamanya adalah hal terbaik. Ia menunduk dan
memperhatikan rambut hitamnya, ketika hendak menyentuh tusuk rambut yang
dikenakannya, terdengar suara langkah kaki menghampiri. Ia dengan segera
menghentikan tangannya.
Moran
datang lagi dan melapor, “Kuda untuk Nona Bai sudah dipilih.”
Pingting
sudah membuka matanya sebelum Moran tiba. Ia melepaskan pelukannya.
“Untuk
menghindari kewaspadaan pasukan musuh, malam hari waktu yang terbaik untuk
bergerak. Sampaikan perintahku, masak makan malam lebih awal dan berangkat
setelah selesai makan.”
Ketika
malam, di tengah kumpulan debu yang berterbangan, sekelompok orang yang tidak
terlihat mencurigakan keluar dari hutan.
Mereka
melewati gunung, menuju kota Qierou.
Kota
kecil sederhana miliki Yun Chang itu dengan tenang berdiri di tempatnya. Sama
sekali tidak mengira, perubahan dunia akan segera terjadi.
Ketika
suara langkah kaki kuda Chu Beijie dan istrinya terdengar, ketika memulai
perjalanannya, segalanya telah diputuskan, dalam langkah pembukaan atas
pergerakan pasukan Ting, nama Qierou akan selalu dikenang.
--00--
Home
novel, translate, klasik, cina, chinese, terjemahan, indonesia
novel, translate, klasik, cina, chinese, terjemahan, indonesia