Dihari
pasukan Dong Lin berangkat menuju Yun Chang juga adalah hari He Xia berpamitan
pada Putri Yaotian dan bergegas menuju perbatasan.
Sebagian
besar pasukan Yun Chang sudah diletakan di tempat dan bersiaga. Mereka
mengumpulkan keberanian untuk melawan ahli strategi militer Dong Lin yang
paling ditakuti, Chu Beijie, mereka mempersiapkan segalanya di setiap sudut
perbatasan. Mereka semua tahu, hanya Tuan Besar Zhen Beiwanglah yang mampu
menandingi Tuan Besar Jin Anwang. Yun Chang meletakan nasib mereka di tangan
Tuan Besar Jin Anwang, dengan mengetahui kalau militer mereka di pimpin
olehnya, maka ini adalah pertarungan yang seimbang dengan Chu Beijie.
Bendera-bendera
menutupi langit seperti biasanya dan suara gendang pertempuran bergetar di
udara. Hari itu sepertinya suasana agak menyedihkan. Udara dipenuhi oleh
ketetapan hati yang sangat kuat.
He
Xia mengenakan pakaian baru dan terlihat tampan. Ia sangat penuh semangat
seperti yang terlihat oleh ratusan tatapan para pejabat padanya. Hanya Suami
Ratu yang bisa mengalahkan Chu Beijie saat ini. Nasib Yun Chang, menang atau
kalah dalam medan pertempuran, semuanya berada di tangannya. Dibawah ribuan
pasang mata, ekspresi He Xia sangat percaya diri dan kokoh. Ia berbalik untuk
menoleh pada Tuan Putri yang memberikan secangkir arak padanya untuk
mengirimnya pergi dengan keberuntungan. Tatapan He Xia berhenti pada wajah
Putri yang mempesona dan ia tersenyum. Meskipun ia tidak berkata apapun, satu
senyuman sudah cukup.
Semua
ribuan kata yang ingin diucapkan Yaotian meleleh dalam satu tatapan penuh
cinta. Ia tahu meskipun ia tidak ingin He Xia pergi, He Xia harus segera
berangkat. Ia berkata lembut, “Tolong sangat berhati-hatilah Suamiku.”
He
Xia menatapnya dengan lembut awalnya, tapi kemudian ia tersenyum dengan riang.
Ia santai berbisik di telinga Yaotian, “Ada sebuah pertanyaan yang diajukan
oleh ratusan para pejabat Yun Chang. Kupikir Putri juga akan menanyakan hal itu,
tapi sepertinya tebakanku meleset.”
“Untuk
apa aku bertanya?” ekspresi Yaotian tajam ketika ia berbisik, “Suamiku adalah
pahlawan sejati, ia tidak akan kalah menghadapi Chu Beijie.”
He
Xia tertawa dan berbalik untuk menaiki kudanya.
Bendera
di belakangnya berkibar di langit. Tatapan He Xia berkeliling menatap para
pejabat dan akhirnya berhenti untuk menatap Yotian dengan dalam. Penguasa negri
melambaikan tangannya dengan lembut disamping para pejabat, mengantar
kepergiannya. He Xia menyadari bahwa ini bukan pertama kalinya ia merasakan
sensasi seperti ini, kepahlawanan dan kehormatan.
Dan
lawannya masih orang yang sama Chu Beijie.
Tapi
hari ini, yang mengantar kepergiannya bukan Raja Gui Li, He Su, dan ia tidak
berangkat dari ibukota Gui Li. Dan negara yang ia lindungi juga bukan Gui Li.
Dan
sosok yang tak terpisahkan darinya juga bukan Pingting.
Jika
ia berhasil membawa Chu Beijie hidup-hidup dan memenjarakannya di Kediamannya, apa
yang akan Bai Pingting lakukan ketika melihat pria itu?
Tatapan
He Xia beralih ke arah para prajurit dan para Jendral, yang sudah siap untuk
berangkat. Ia mengangkat pedangnya ke udara.
“Berangkat!”
Suara
roda kereta dan langkah kaki kuda mulai bergerak, perlahan, seakan mencoba
membangunkan dunia dengan getarannya.
Debu
kuning berterbangan.
Dari
titik itu, seluruh kekuatan militer Yun Chang berada di tangan He Xia. Untuk
menaklukan Dong Lin, Yaotian tidak boleh bertindak ragu.
Tanah
yang coklat dan lumpur di perbatasan segera akan dibasahi darah, menutupi
seluruh dataran dengan amisnya. Tak peduli seberapa banyak nyawa yang
dikorbankan, permusuhan di antara dirinya dan Chu Beijie sudah digariskan
langit sejak lama. Dan segera akan berakhir.
Ia
harus menang.
Dari
belakang, sosok He Xia yang berada di atas kudanya terlihat sangat bangga dan
penuh percaya diri.
Yaotian
pergi ke tempat tertinggi di tembok ibukota, mengikuti sosok He Xia dengan
kedua matanya.
Sebagai
Jendral terkenal, pria itu pergi ke tempat jauh yang tidak terjangkau olehnya.
Hembusan
angin sangat kuat di tempat tinggi itu, hiasan anting-anting di mahkota Yaotian
terus bergoyang tanpa berisitirahat. Sepertin hatinya yang juga terus bergetar,
setiap kali terkena hembusan angin.
“Suamiku
akan menang, ia pasti akan mengalahkan Chu Beijie.” Ekspresi Yaotian menjadi
sedikit tenang.
Para
penjaga memperhatikannya dari jarak sepuluh langkah di belakangnya. Dari begitu
banyak para pejabat di sekitarnya, hanya Gui Changqing pejabat dengan kedudukan
yang sangat tinggi, yang bisa bersamanya di tempat itu di sampingnya.
Gui
Changqing berdiri di belakang Yaotian, penampilan punggung He Xia juga terlihat
olehnya. Saat ini sudah terlihat sangat kecil dan akan segera menghilang di
kejauhan.
Suara
Gui Changqing sangat pelan. “Aku selalu meletakan keyakinanku pada He Xia, tapi
berperang demi seorang wanita sungguh tidak layak. Apakah anak-anak muda Yun
Chang harus dikorbankan untuk melawan prajurit Chu Beijie? Putri sudah tahu
banyak dari mereka masih sangat muda, dan sebagian merupakan anak-anak
bangsawan. Kalau perang tak berarti ini tidak dihentikan, berapa dari mereka
yang mampu kembali ke ibukota dengan selamat?” ia menoleh pada Yaotian.
“Waktunya sangat mendesak, Apa Putri sudah memutuskan?”
Hembusan
angin sepertinya semakin bertambah kuat. Sepertinya bendera Yun Chang yang
sudah berada jauh mengajukan protesnya dengan suara keras. Yaotian mengambil
napas dalam sebelum ekspresi wajahnya menjadi serius dan mantap. “Iya, aku
sudah memutuskan.”
Ia
berbalik menuju tembok sebelah dalam ibukota, tatapannya mencari-cari dan
berhenti pada menara di tempat Kediaman Suami Ratu. Bai Pingting, wanita yang
bisa merubah seluruh situasi ini sedang di tahan disana.
Suara
pasukan yang bergerak mengejutkan langit. Bahkan dari Kediaman Suami Ratu suara
itu masih bergema sedikit.
Zuiju
mendengarkan dan ia berkata dengan gembira, “Nona Bai, He Xia telah berangkat!”
Tanpa
orang sepintar He Xia berada di sekeliling mereka, melarikan diri dari Kediaman
ini dengan kepintaran Pingting sepertinya tidak sulit untuk dilakukan.
“Apa
yang akan kita lakukan sekarang? Dengan akupuntur atau obat?” Zuiju mencoba
berpikir dengan cara kasar. “Kehadiran He Xia membuat kita sulit mengambil
tindakan, jadi kita tidak tahu bagaimana situasi diluar…bagaimana kalau begini,
aku akan memeriksa pengaturan penjagaan disekitar sini dan juga mencari jalan
untuk pergi keluar. Haaaa, kalau saja kita punya peta ibukota Yun Chang.
Mungkin ada peta di ruang kerja He Xia, mengapa tidak kita….”
“Tidak
perlu.” Pingting berkata dengan pelan.
Zuiju
tidak mengerti, “Tidak perlu?”
“Tidak
perlu membuang-buang tenaga kita.”
“Kita
tidak punya banyak waktu. Kalau kita tidak segera menggunakan kesempatan ini
untuk melarikan diri, maka Nona akan…” Zuiju melirik ke kanan dan kiri
khawatir, ia berkata dengan berbisik, “Mereka akan melihat perutmu.”
Pingting
melihat perutnya yang masih belum menonjol. Hal ini membawa perasaan lembut
seorang ibu. Ia memukul lembut pada Zuiju dan berkata, “Menurutmu perlakukan
Tuan Putri pada He Xia?”
Zuiju
tahu kalau pertanyaan Pingting bukan pertanyaan sembarangan. Ia berpikir
hati-hati sebelum menjawab, “Aku mengintip beberapa kali ketika Tuan Putri
datang terakhir kali. Putri sangat cantik dan cocok bersanding dengan He Xia.
Dari yang kuperhatikan, ia sangat peduli pada He Xia.”
“Memang,
Putri sangat perhatian.” Pingting mengangguk, “Sejak saat itu, aku belum pernah
bertemu lagi dengan Putri, seakan ia telah melupakan kehadiranku.”
Zuiju
sepertinya mulai menemukan petunjuk tapi ia tetap bertanya, “Mengapa tiba-tiba
membicarakan Tuan Putri, sepertinya masalah kita tidak ada hubungannya.”
Pingting
perlahan mengalihkan pandangannya ke langit-langit. Suaranya jelas dan ringan,
“Panah sudah dipasang dibusur, sudah ditarik tapi belum di tembakkan. Bukannya
tidak ingin dilepaskan tapi hanya menunggu waktu yang tepat. Semakin ia tidak
peduli pada kehadiranku, sebenarnya ia semakin memikirkannya.”
“Tuan
Putri menunggu He Xia pergi?” Zuiju berbisik dan merendahkan kepalanya,
tiba-tiba menyadari hal yang penting. “Kecemburuan seorang istri adalah racun
yang paling berbahaya, meskipun ia seorang Tuan Putri. Bagaimana kalau ia
memutuskan untuk membunuhmu selama He Xia pergi?”
Pingting
dengan yakin menggelengkan kepalanya. “Meskipun seorang istri sangat cemburu
tapi ada yang bodoh dan ada yang pintar. Yaotian adalah Tuan Putri dari Yun
Chang yang telah memilih He Xia yang tidak memiliki apapun, seseorang dari luar
negaranya yang hanya memiliki jabatan yang sudah tidak berguna, daripada
seseorang yang ia kenal dari kalangan militer negaranya sendiri. Ia pastinya
bukan seorang wanita bodoh. Ia tahu persis kalau He Xia dengan susah payah
membawaku kesini dan berusaha menghiburku. Kalau ia secara langsung
meninggalkan jejak pada kematianku, maka hubungan mereka sebagai suami istri
akan selesai. Dan kalau aku meninggal, He Xia untuk sementara mungkin akan
menahan diri menyerangnya karena ia seorang Tuan Putri, tapi Chu…..” Pingting
menyadari apa yang akan dikatakannya dan segera berhenti ketika nama pria itu
hampir keluar dari bibirnya. Ekspresi Pingting berubah dan ia secara marah
mengatupkan bibirnya.
Zuiju
sudah mengerti maksud Pingting dan melanjutkan sisanya, “Tuan Besar tidak akan
melepaskannya.” Ia perlahan menghela napas dan berkata, “Tuan Besar sudah pasti,
melawan perintah Yang Mulia Raja saat ini, dan Tuan juga memutuskan untuk
menyerang Yun Chang. Itu… artinya ia masih belum menyerah pada Nona.”
“Jangan
diteruskan.” Pingting tiba-tiba berdiri. Ia berniat berjalan keluar tapi
sepertinya berubah pikiran untuk suatu alasan. Ia berdiri dengan posisi Zuiju
di belakangnya dan ia berbisik, “Mengapa hubungan kami harus dikaitkan dengan
para prajurit? Semua darah yang akan mengalir dan nyawa yang akan hilang, dalam
pertempuran yang akan terjadi antara Dong Lin dan Yun Chang adalah hasil dari
kesalahan antara dia dan aku.”
Zuiju
menghela napas, merasa kecewa dan jengkel. “Lantas apa yang Nona mengharapkan
Tuan melakukan apa? Apa yang bisa dilakukan oleh Tuan?”
Pingting
sepertinya menyesali kata-katanya, dan perlahan berkata, “Aku tidak
menginginkan apapun dan ia juga tak perlu melakukan apapun.”
“Nona…”
“Siapa
yang telah bersumpah untuk selalu bersama? Siapa yang mengatakan Bai Pingting
tidak bisa meninggalkan Jin Anwang maupun Chu Beijie?” Pingting menghentikan
kata-katanya dan nada suaranya menjadi lebih keras, “Aku selalu diberitahu oleh
Nyonya dan Tuan Besar Jin Anwang untuk setia, cintai negaramu, pertahankan nama
baikmu dan selalu berlaku sesuai moral masyarakat. Apa gunanya melakukan semua
itu? Semua orang harus selalu menjaga nama baiknya dan berlaku sesuai norma
tapi tak bisakah mereka hidup untuk diri mereka sendiri sekali saja?”
Ia
berbalik, dan menatap pada Zuiju yang sedang terpana. Pingting lalu
melanjutkan, “Kalian semua tahu kalau aku pintar dan orang pintar selalu
memiliki alasan untuk segala hal yang mereka lakukan. Meskipun ribuan
pertanyaan diajukan, selalu ada jawaban tanpa cela. Zuiju, aku tidak peduli seberapa
bersalahnya Tuan Besarmu dan alasan setinggi langit mengapa ia tidak kembali.
Aku tak pernah mau mendengar namanya lagi, dan tak mau lagi melihat orangnya
juga. Aku bukan seorang pejabat, jadi keputusanku tidak harus selalu masuk
akal. Aku seorang manusia yang hidup. Mengapa seseorang harus memutuskan apa
yang harus kusukai dan apa yang harus kubenci? Aku hanya ingin hidup dengan
anakku, apa itu salah?”
Suaranya
seperti nada kecapi, jelas dan bergema di ruangan yang sunyi.
Zuiju
tidak menjawab.
Mempertahankan
hubungan mereka berdua sepertinya tidak akan pernah bisa. Chu Beijie hanya bisa
memilih salah satu dan ia telah memilih untuk melindungi Kerajaan, memilih
untuk menyakiti Pingting.
Dan,
Chu Beijie mungkin akan tetap melindungi Kerajaan.
Chu
Beijie mungkin tetap akan membiarkan Pingting pergi.
Meskipun
keputusan itu diambil secara terburu-buru, tapi tetap sebuah keputusan.
Meskipun
terburu-buru tetap ada yang terluka. Bagaimana mungkin sebuah luka tidak
meninggalkan bekas?
Siapa
yang telah berjanji untuk selalu bersama?
Bai
Pingting bagaimanapun masih seorang wanita. Mengapa seseorang mengharuskan ia
menjaga sikapnya, menjaga nama baiknya dan memikirkan yang terbaik bagi rakyat
seluruh negri?
Bahkan
jika seorang pria yang tidak masuk akal, tinggal untuk alasan yang tidak masuk
akal agar tetap hidup, maka hal itu sendiri sudah tidak masuk akal. Tapi
satu-satunya hal yang masuk akal adalah menyalahkan mereka karena mengikuti
perasaan mereka untuk sekali saja.
Dunia
memang seperti ini menjadi semakin tidak masuk akal daripada manusianya
sendiri.
Pingting
masih mencitai Chu Beijie.
Sangat
mencintainya dan juga sangat kecewa padanya.
Ia
membenci Chu Beijie karena melanggar janjinya, ia juga membencinya karena
mereka harus membagi perasaan yang sama, selamanya dikendalikan oleh norma dan keharusan
bersikap baik, serta tidak kuasa melawan hukuman karena ingin keluar dari semua
itu.
Dan
diluar mempertahankan norma dan sikap baik, lebih sulit lagi menjaga cinta
tetap tulus.
Apa
yang diinginkan pria lembut ini, dan apa yang begitu diharapkan dengan susah
payah oleh Pingting adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
Jika
Pingting tak bisa mendapatkannya, ia seharusnya melupakannya.
Melupakannya
dan tak pernah mengingatnya.
Melepaskan
diri dari Chu Beijie, melepaskan diri dari kebenciannya terhadap negaranya
sendiri.
“Nona
Bai, lakukan saja apa yang kau inginkan.” Mata Zuiju berkaca-kaca dan airmata
sebening kristal mengalir dari sana. Ia menoleh ke atas untuk menatap Pingting
dan berkata lembut, “Sungguh sangat luar biasa bagi seseorang, membuat
keputusan hanya bagi dirinya sendiri meski hanya sekali dalam seumur hidupnya.”
Seperti
mendapat persetujuan, lapisan es terakhir di luar jendela pecah dan terjatuh ke
tanah.
Ekspresi
Pingting menjadi bimbang dan tiba-tiba ia berlutut memeluk Zuiju.
Zuiju
juga memeluk Pingting dengan erat, mengigit bibirnya dan menahan isaknya.
Lakukan
saja, lakukan saja.
Dalam
hidup, seseorang membutuhkan cinta, benci, membuat keputusan dan alasan untuk
mendapatkan semua itu.
Untuk
menangkap angin yang tak bisa ditangkap.
“Tidak
perlu menjadi orang pintar lagi.” Zuiju terkekeh ketika ia berbisik di telinga
Pingting.
Hanya
seorang wanita biasa, seorang ibu yang berbahagia yang tidak lagi membicarakan
ketakukan-ketakutan mereka, seorang wanita lembut yang menjujung tinggi norma
dan menjaga kelakukan baiknya.
Setiap
orang berhak berbahagia.
Tidak
perlu mengkhawatirkan Dong Lin dan peperangan Yun Chang. Pergi ke suatu tempat
yang jauh dan tak pernah menoleh ke belakang.
Beritahukan
pada anakmu yang sehat dan cakap kalau mereka bisa membuat keputusan untuk diri
mereka sendiri.
Setiap
orang mampu menangis dengan tenang dan juga mampu untuk tertawa bebas dengan
keras.
Setiap
orang mampu menjadi masuk akal, tapi mereka juga mampu bertindak berdasarkan
perasaan.
“Siapa
yang telah berjanji untuk selalu bersama? Kau benar?”
“Sebuah
hati yang terluka tetaplah terluka. Bahkan jika kau mengatakan demi menjunjung
tinggi norma dan sikap baik, apa luka itu bisa menghilang?”
“Tidak.”
Benar,
tidak bisa.
Dihari
pasukan Dong Lin mendekat dan He Xia berangkat dari ibukota. Bai Pingting dan
Zuiju berpelukan satu sama lain, menangis dengan keras.
Ini
pertama kalinya mereka menangis secara terang-terangan sejak kedatangan ke Yun
Chang. Mereka menguras seluruh airmata yang tersimpa di hati, membiarkan
semuanya keluar.
Matahari
musim dingin menghalau awan disekitarnya. Menyinari mereka berdua. Dua wanita
lemah ini memang sangat membutuhkan kekuatannya.
“Kita
harus pergi dari sini.”
“Iya,
kita harus.”
Mereka
saling mengangguk, tenaga mereka semakin bertambah dibawah sorotan sinar
matahari.
Pingting
menghapus airmatanya dan berdiri sekali lagi. Ia terlihat lebih tegar daripada
sebelumnya. Dibawah sinar matahari, Pingting terlihat memiliki aura yang
berwana-warni, seperti sinar batu giok yang langka.
Ia
memiliki kekuatan dan kekuatan itu berada di perutnya. Ada sebuah kehidupan
kecil disana, dan Pingting tak mampu lagi menyembunyikannya.
Pingting
berdiri tegak, memantapkan pijakannya di tanah.
Seorang
pelayan diluar memberitahunya disaat yang tepat.
“Tuan
Putri Yaotian sudah tiba!”
Zuiju
segera berdiri dan bertukar pandang dengan Pingting.
“Cepat
sekali.”
Pingting
mengigit bibirnya dan menahan ucapannya. Setelah beberapa saat, ia menjawab,
“Ini hanya masalah waktu. Lebih baik kita menyapanya sekarang."
Lalu
Pingting keluar bersama Zuiju dan mereka melihat pelayan Putri Yaotian sudah
membuka jalan untuk mereka. Para pelayan itu bergerak ke samping dan membungkuk.
Yaotian
telah memutuskan dan segera menanyakan keberadaan Pingting begitu tiba di
Kediaman suaminya. Ia tidak berkata apapun hanya tergesa-gesa berjalan menuju
taman, ia melihat Pingting membungkukkan tubuhnya di kejauhan. Hatinya membeku.
Ia berjalan perlahan, memperhatikan sosok di kejauhan yang semakin mendekat.
Lalu ia menjadi lebih tenang dan berhenti di depan Pingting.
“Putri.”
Suara Pingting sangat lembut.
Dari
tempat yang lebih tinggi Yaotian hanya melihat leher belakang Pingting yang berwarna
putih dan halus.
Meskipun
wanita ini tidak cantik tapi ia mempesona dengan caranya sendiri.
Yaotian
memperhatikan Pingting untuk beberapa saat, lalu ia berkata, “Tidak perlu
sopan-santun berlebihan. Suamiku memintaku untuk mengurusmu selama kepergiannya,
jadi aku datang melihatmu.” Ia berkata sambil berjalan masuk ke ruangan, bola
mata hitamnya melihat ke sekeliling.
Ruangan
itu di tata dengan rapi dan indah, semua perabot terbuat dari kualitas terbaik
dan halus. Seperti ruangan untuk seorang Nyonya Rumah.
Yaotian
memilih sebuah kursi di dekat jendela, dan berkata, “Kau boleh duduk.” Ia
menerima teh hangat dari Zuiju, tatapannya jatuh pada kecapi yang berada di
tengah ruangan, dan ia menenguk tehnya.
Pingting
dan Zuiju tahu, mereka akan segera mendengar maksud sebenarnya dari kedatangan
Tuan Putri Yaotian sebentar lagi. Ekspresi mereka tidak berubah, kecuali sikap
mereka semakin sopan. Mereka juga tidak bersuara sama sekali.
Yaotian
sudah cukup memandangi kecapi itu ketika ia menoleh pada Pingting. Sebuah
tatapan lembut nampak di wajahnya, “Kau sedang sakit hari itu, jadi aku pergi
dengan tergesa-gesa, hanya sempat mendengar permainanmu saja tanpa sempat
bercakap-cakap. Bagaimana kabarmu? Apa kau kekurangan sesuatu?”
“Semuanya
baik-baik saja.”
“Lalu…”
Yaotian menilai ekspresi Pingting, dan tersenyum. “Apa kau rindu rumah?”
Pertanyaannya
sedikit aneh, begitu juga dengan nadanya. Jantung Zuiju berdetak dengan
kencang, menyatakan kekagetannya.
Pingting
juga berpikir kalau itu agak aneh. Ia tahu bahwa ketika He Xia pergi, Yaotian
akan membuat dirinya tinggal di istana atau di tempat lain dimana He Xia tidak
akan bisa menemukannya. Selama Pinting ditahan di tempat lain kecuali Kediaman
Suami Ratu, para penjaga tidak akan tahu keadaan tubuhnya dan penjagaan akan
sedikit mengendur, artinya akan lebih mudah untuk melarikan diri. Tapi, dari
kata-kata Yaotian sepertinya yang akan terjadi bukan seperti itu.
Ratusan
pemikiran bermunculan di kepala Pingting dalam sekejab, tapi tidak satupun dari
mereka terlihat di wajah Pingting. Dan ia menjawab dengan tenang, “Pingting
seorang yatim-piatu. Rumah yang mana?”
Yaotian
masih tersenyum, “Kalau begitu anggap saja Kediaman suamiku ini sebagai
rumahmu, bukankah itu gagasan yang baik?”
Sepertinya
ada maksud lain dibalik kata-katanya, karena jelas terdengar, sangat
mencurigakan.
Setelah
mendengarnya Pingting memikirkan banyak kemungkinan. Ia menggelengkan kepalanya
dengan tidak percaya dan tertawa pada Yaotian, dan menatap matanya. Mereka
berdua saling bertatapan menyelidiki pikiran masing-masing, sampai akhirnya
mereka saling mengerti.
Yaotian
memiliki rencana untuk membuat Pingting pergi.
Bagaimana
caranya?
Tapi
sekarang bukan saatnya untuk berpikir. Waktunya sangat mendesak, dan tidak ada
kesempatan kedua seperti ini. Pingting mengatupkan giginya, berdiri dari
kursinya lalu ia berlutut tanpa peringatan dan juga penjelasan, “Tolong Putri membuat
keputusan untuk Pingting.”
Yaotian
yang sedang duduk di kursinya membalas dengan ringan, “Membuat keputusan apa
untukmu? Apa suamiku telah menyakitimu?”
“Tuan
Muda memperlakukan Pingting dengan sangat baik, meskipun Tuan Muda berusaha
mengembirakan Pingting, Tuan Muda tidak tahu keinginan Pingting yang sebenarnya.”
“Keinginanmu?”
“Pingting…
selalu berharap bisa hidup bebas, bebas dari segala masalah dunia.” Pingting
menoleh ke atas, suaranya sangat sedih. “Kediaman Suami Ratu ini memiliki
segalanya, tapi dari seluruh dinding yang indah terasa seperti sebuah sangkar
yang sangat besar bagi Pingting.”
Yaotian
mengerutu, “Kau ingin pergi?”
“Benar,
mohon Tuan Putri mengabulkan permohonan Pingting.”
“Kau
seseorang yang sangat diperhatikan suamiku. Bagaimana aku bisa menjelaskan
padanya, kalau aku telah membiarkanmu pergi, ketika ia kembali nanti?”
“Putri
dan Suami adalah keluarga. Dengan cinta antara suami istri apa masih diperlukan
penjelasan?” Pingting menjawab dengan cerdas, “Tuan Muda memanjakan Pingting
dan membiarkan Pingting tinggal disini, tentu saja sangat wajar bila suatu saat,
Tuan Muda juga mengijinkan Pingting pergi. Suami dan istri tentu memiliki
pemikiran yang sama, Tuan Putri menyetujui kepergian Pingting karena pemikiran
Putri sama dengan Tuan Muda. Bagaimana mungkin Tuan Muda menyalahkan Putri?
Putri, tolong kabulkan permohonan Pingting.” Pingting membungkuk sangat rendah.
Tidak ada suara sama sekali dari arah atas,
tapi Pingting bisa merasakan tatapan Yaotian yang memandang punggungnya.
Keharuman khan Gui Li terasa menyebar di
dalam ruangan, berputar dan menari dalam ruangan yang sunyi diantara
orang-orang itu.
Setelah jeda lama, suara Yaotian akhirnya
terdengar dari atas kepalanya, “Kita berdua adalah wanita, aku tidak akan
mempersulitmu meskipun kau mengatakan hal yang sebenarnya. Kau ingin kembali
pada Chu Beijie, benar? Ketika kau pergi dari sini, kau kembali ke tempat pria
itu, aku benar bukan?”
Pingting mengelengkan kepalanya dengan kuat,
membuka matanya dan menggatupkan giginya. “Apakah Putri tidak tahu bagaimana
Pingting bisa berakhir di Yun Chang? Apakah Pingting seseorang yang tidak
terhormat dan akan mempermalukan dirinya sendiri dengan kembali ke tempat pria
itu?”
Yaotian diserang balik oleh Pingting dengan
kemarahannya dan ia berkata dengan sedikit melembut, “Jangan marah, aku sama
sekali tidak mencurigaimu, hanya saja masih ada hal yang sulit diucapkan.
Bangunlah dulu, kita akan membicarakannya.” Yaotian membantu Pingting bangun
dan berkata dengan pelan, “Chu Beijie telah mengumpulkan pasukan untuk
menyerang perbatasan Yun Chang, negaraku, karena dirimu. Apakah Chu Beijie akan
percaya kalau benar-benar telah pergi? Aku takut kalau ia salah sangka dan
berpikir kalau kami secara diam-diam, telah membunuhmu.”
“Putri tidak perlu khawatir.” Pingting
segera menjawab, “Biarkan Pingting menulis sebuah surat dan sampaikan pada Chu
Beijie, jadi ia akan tahu kalau Pingting telah pergi dari Yun Chang.”
“Iya itu yang terbaik.”
Ekspresi kegembiraan muncul di wajah
Pingting dan ia terlihat terkejut, “Jadi Putri akan mengijinkan Pingting
pergi?’
Yaotian menghela napas. “Apa lagi yang bisa
kulakukan? Suamiku akan turut gembira kalau ia tahu kau hidup dengan baik. Bukannya
tanpa pertimbangan… tapi bagaimana mungkin aku tidak memilih jalan terbaik
untuk menghentikan peperangan besar? Kapan kau berencana pergi?”
“Secepat mungkin!” Zuiju berkata. Ia mendengarkan
percakapan mereka berdua dan merasa bergairah seperti hujan musim panas
akhirnya turun setelah ratusan tahun kemarau panjang. Ia tidak mampu menahan
rasa gembiranya sehingga menyela percakapan mereka. Ketika menyadari kalau
Pingting dan Putri Yaotian sedang menatap kearahnya ia segera menundukan
kepalanya dalam-dalam dan diam.
“Ia pelayan Pingting, namanya Zuiju.”
Yaotian memperhatikan Zuiju dengan kedua
matanya. “Katakan, mengapa harus secepat mungkin?”
Jantung Pingting berhenti berdetak beberapa
kali. Tentu saja alasan sebenarnya tidak mungkin dikatakan, tapi kalau ia
berbohong, akan tampak tidak menyakinkan di mata Yaotian, seorang Putri yang
telah menghadapi banyak pejabat untuk menangani masalah-masalah negara. Pertanyaan
Yaotian jelas ditujukan pada Zuiju. Kebohongan jelas akan terlihat kalau
Pingting segera menyelanya.
Kalau Zuiju tidak menjawab dengan alasan
yang tepat, Yaotian akan semakin curiga, dan kesempatan mereka menghilang.
Pingting melihat Zuiju dengan khawatir.
Zuiju memikirkan ucapan Yaotian dengan
keras. Lalu ia menjawab dengan tidak membalas balik, “Tentu saja harus secepat
mungkin, Kediaman ini terlalu kaku, membeli pemerah pipi saja sungguh sulit. Seluruh
pelayan bahkan yang berada di Kediaman besar, ingin pergi keluar sewaktu-waktu.
Ada begitu banyak benda menarik di pasar. Buah manisan, lemper nasi daging, atraksi-atraksi,
bahkan pertunjukan monyet, semua bisa pergi, kecuali aku. Kudengar kalau di Yun
Chang ada kedai yang membuat lukisan hanya dari kelopak bunga dan serbuk sarinya.
Aku bertaruh pasti sangat menarik. Setelah tiba di Yun Chang, aku bahkan belum
pernah keluar dari pintu besar itu satu kalipun.”
Pidato
singkat itu mengalir keluar seperti manik-manik Kristal yang berjatuhan ke
dalam mangkok giok. Terucap dengan jelas dan segar tanpa tergagap. Yaotian
tertawa dan berkata, “Gadis bodoh.”
Pingting
dan Zuiju menghela napas lega diam-diam.
Yaotian
lalu bertanya pada Pingting, “Bagaimana menurutmu.”
Pingting
menjawab dengan hati-hati, “Lebih baik, Putri yang memutuskan.”
Yaotian
memperhatikan Pingting untuk sesaat, ekspresi lembut muncul di wajahnya.
Setelah beberapa saat merasa ragu, akhirnya ia berkata, “Karena kau berkata
seperti itu, maka secepat mungkin yang terbaik. Tulislah sebuah surat dan ikut
bersamaku naik kereta. Aku akan membawamu sampai pintu gerbang ibukota.”
Zuiju
segera mengambil kertas, kuas dan tinta.
Pingting
berjalan ke meja dan merapikan sebuah kertas di atasnya. Ia menekan kuas ke
dalam tinta, mengangkat tangannya di udara, tiba-tiba ia berhenti dan sebuah
kesedihan melintas di wajahnya. Ia tidak juga menurunkan tangannya selama
beberapa saat.
Zuiju
mengerti apa yang sedang dipikirkan Pingting dan menunggu beberapa tarikan
napas sampai ia tak sanggup lagi menunggu, “Nona?” ia bertanya pelan.
Pingting
menjawab dengan menggigit bibirnya dan menurunkan tangannya untuk mulai
menulis, tidak menunda lebih lama lagi, dan akhirnya ia menyelesaikan
tulisannya. Ia dengan tulus menulis namanya di sudut lalu meletakan kuasnya.
Zuiju
menjauhkan kuas dan tinta sementara Pingting dengan hati-hati meniup tulisan
diatas kertas agar cepat kering dan menyegelnya. Ia menambahkan tanda tangannya
di atas segel dan menyerahkannya pada Yaotian dengan kedua tangannya.
Surat
sudah selesai di tulis, rasanya seperti meletakan Chu Beijie ke akhir.
Mereka
berdua ingin meninggalkan Kediaman Suami Ratu sejak kedatangan mereka, dan
mereka telah berpikir dan berupaya keras untuk itu. Tak lama kemudian, Zuiju
telah selesai membereskan bawaan mereka.
Yaotian
menunggu mereka membereskan barang-barang setelah itu memanggil pelayan. “Siapkan
kereta, aku akan berangkat.”
Dengan
sebelah tangan membantu Pingting, Zuiju membawa bawaan mereka di tangannya sebelahnya
lagi.
Di
pintu keluar halaman, semua penjaga di depan terkejut melihat sosok Pingting
bersama Yaotian. He Xia telah pergi dengan membawa banyak penjaga yang berasal
dari Kediaman Jin Anwang, para penjaga yang tersisa sebagian besar berasal dari
Yun Chang. Mereka tahu itu adalah Tuan Putri Yaotian, Penguasa negara mereka
sehingga mereka tidak berani menghentikannya. Tapi ada beberapa yang sangat
berani berusaha untuk menghalangi dengan maju selangkah. Tapi mereka tidak
berani berkata-kata setelah melihat tatapan tajam Yaotian pada mereka.
Para
penjaga di Kediaman Suami Ratu menyaksikan Putri Yaotian membawa Pingting
keluar dari pintu, ketika tiba-tiba mereka mendengar suara jernih seorang pria
menyela, “Putri, tolong perlahan sedikit!”
Dongzhuo
segera menghampiri datang dari dalam Kediaman, bersama kelompok kecil para
penjaga. Ia berdiri setelah membungkuk memberi hormat pada Yaotian dan
memandang Pingting. “Aku bertanya-tanya, kemana Putri akan membawa Pingting?”
“Gerbang
ibukota.”
“Mengapa
harus ke gerbang ibukota?”
Ekspresi
Yaotian sangat wajar. “Pingting ingin pergi berjalan-jalan dan aku
mengijinkannya.”
“Apakah
Suami anda sudah tahu?”
“Aku
akan memberitahunya ketika ia kembali.” Yaotian menjawab, “Tolong bergeserlah.”
Sebagai Putri yang telah berurusan dengan masalah-masalah negara, kekuatan
ucapannya sangat memberi pengaruh. Nada dingin suaranya membuat yang lain
merasa takut.
“Putri,
tolong maafkan hamba! Dongzhuo telah diperintahkan untuk oleh Suami Ratu untuk
menjaga Kediaman ini. Di luar sangat berbahaya, tanpa perlindungan dari Suami
Ratu, Pingting tidak diperbolehkan meninggalkan Kediaman.”
Yaotian
menjawab dengan emosi, “Dan kau berani menentangku?”
Dongzhuo
membungkuk tiga kali, tapi suaranya semakin keras. “Kalau Putri berniat membawa
Pingting, tolong bunuh Dongzhuo terlebih dahulu.”
“Beraninya
kau!” Yaotian berteriak, menantangnya lebih jauh.
Bagaimana
mungkin seseorang bertindak begitu lancang pada seorang penguasa Yun Chang? Yaotian
mengibaskan lengan bajunya dan para penjaga yang datang bersamanya dari istana,
mengeluarkan pedang mereka dari sarungnya, bersinar dingin dan mengarah pada
Dongzhuo beserta kawanannya.
Suasana
sangat tegang.
Dongzhuo
masih menolak untuk bergerak. Ia telah menerima perintah dari He Xia untuk
menjaga Kediaman. Tak peduli apapun, ia tidak akan membiarkan Yaotian membawa
Pingting pergi. Ia menaikan kepalanya untuk melihat ujung pedang yang tajam dan
berkata dengan jernih, “Kalau Putri ingin membawa Pingting, tolong bunuh
Dongzhuo terlebih dahulu.”
Yaotian
sangat geram, ia menggertakkan giginya. Bagaimanapun, Dongzhuo adalah orang
yang dibawa He Xia dari Kediaman Jin Anwang. Membawa Pingting sudah membutuhkan
banyak usaha, dan kalau ia membunuh seorang pelayan kepercayaannya, bagaimana
ia akan menjelaskan padanya? Ia mengerutu dan menjawab dengan dingin, “Bahkan
suamiku tidak berbicara sekasar itu padaku. Keberanianmu sunggu luar biasa?”
Dongzhuo
tidak takut pada Yaotian dan hendak membalas kata-katanya ketika ia mendengar
suara Pingting yang terdengar akrab menyentuh telinganya. “Dongzhuo apa kau
benar-benar akan menghentikanku?” suaranya sangat lembut dan membuat hati
bergetar.
Atas
banyak alasan yang tak terucapkan, sejak Pingting jatuh ke tangan He Xia,
Dongzhuo telah sangat berusaha keras untuk tidak terlihat olenya.
“Pingting,
aku…”
“Apa
kau sungguh berhati sedingin itu?” suara Pingting sangat lemah. “Dongzhuo lihat
aku.”
Dongzhuo
malah menunduk semakin rendah.
Ia
adalah salah satu orang yang ikut bersama He Xia ke Kediaman Zhen Beiwang yang
terpencil di tengah gunung dan telah menyaksikan sendiri bagaimana He Xia
memojokan Pingting sampai diluar batas kemampuannya menahan gelisah,
merenggutnya dari sisi Chu Beijie.
He
Xia telah menahannya di Kediaman ini dan menaikan statusnya sebagai Nyonya
Rumah. Dongzhuo sangat takut dan ragu. Kalau kecemburuan He Xia pada Chu Beijie
tidak menghilang, mungkin Pingting akan dipaksa menjadi gundiknya. Dengan harga
diri Pingting yang begitu tinggi dan keangkuhannya, mungkin hasil akhirnya
adalah kematian bagi Pingting.
Bagaimana
mungkin teman bermain sejak kecil bisa begitu kejam pada yang lainnya?
Sejak
pembunuhan terhadap Tuan dan Nyonya Besar Jin Anwang, ia semakin dan semakin tidak
mengerti Tuan Mudanya, yang telah tumbuh bersamanya.
“Dongzhuo,
anggat kepalamu dan lihat aku.”
Dongzhuo
berbalik karena tatapan Pingting terasa sangat panas, seperti membakar
kulitnya.
Begitu
sakitnya sampai ia merasa kebal.
Melihat
Dongzhuo tidak meresponnya, Pingting berjalan kearahnya, menyingkirkan
pedang-pedang yang mengarah padanya. Pingting menggenggam tanngannya.
Sentuhan
yang tiba-tiba, meskipun sangat lembut, membuat tubuh Dongzhuo merasa gembira.
“Apa
kau masih ingat, malam itu ketika kau mengantar kepergianku?” Pingting bertanya
sambil berbisik.
Dongzhuo
merapatkan giginya, mengumankan beberapa kata setelah beberapa saat kemudian. “Iya,
aku ingat.”
Itu
setelah Raja Gui Li, He Su, memutuskan untuk menghabisi Kediaman Jin Anwang,
tapi Pingting berhasil memaksa Chu Beijie menyetujui gencatan sejata terhadap
Gui Li selama lima tahun. Itu sungguh pencapaian luar biasa, tapi karena
kecurigaan He Xia, Pingting terpaksa pergi.
Di
gelapan malam yang tak berujung, ia telah menyaksikan, sosok yang begitu kesepian
pergi bersama kudanya.
Pingting
menghela napas. “Mengapa aku harus tinggal kalau tidak perlu.” Pingting
mengencangkan gengamannya pada tangan Dongzhuo, dan merendahkan suaranya. “Adikku
sayang, biarkan kakakmu pergi sekali lagi yach.”
Sepertinya
Dongzhuo sudah sekaku mayat. Ia tidak mampu menatap ekspresi Pingting. Lalu,
sentakan ingatan keluar dari dalam hatinya.
Kedua
tangan lembut yang mampu memainkan irama kecapi yang sangat indah, telah
diseret ke medan peperangan, pertumpahan darah dan tidak ada lagi ketulusan.
Dongzhuo
menaikkan kepalanya dan menatap mata Pingting. Ia lalu menarik tangannya dari
Pingting, dan berbalik dengan kasar. Ia berkata pelan, “Aku tidak melihat
apapun.”
Pingting
sangat sedih tapi ia menatap Dongzhuo dengan tenang. Zuiju telah mendorong pinggang
Pingting menuju pintu, ia berkata dengan gembira. “Cepatlah!” lalu membawa
Pingting melewati pintu.
Yaotian
tidak ingin meninggalkan kesan buruk di mata bawahan He Xia, maka diam-diam ia
merasa lega dengan penyelesaian masalah ini, dan ia membiarkan para penjaganya
keluar dari dari Kediaman ini.
Begitu
mereka sudah siap, kereta dan kuda-kuda bersiap meninggalkan Kediaman Suami
Ratu dengan gemuruh.
“Ini
beberapa perak, gunakanlah untuk keperluan kalian.” Kereta Yaotian sudah
dipersiapkan beberapa tas penuh uang dan ia memerintahkan Zuiju untuk
membawanya dengan hati-hati. Ia menghela napas lembut dan beralih pada
Pingting, “Hidup sebagai wanita bukan keberuntungan. Kalau bisa menjelajahi
dunia dengan sebuah kereta sepanjang hidup, bebas seperti burung, maka kau jauh
lebih tegar daripada aku.”
Pingting
berusaha tersenyum. “Dengan Tuan Muda He Xia sebagai pendamping, bagaimana
mungkin Putri tidak lebih tegar daripada Pingting?”
Yaotian
tidak menyadari ia telah tersentuh oleh kata-kata Pinting. Ia hanya menghela
napas lagi dan diam.
Mereka
bertiga tetap diam, dalam kereta yang besar dan didekorasi indah. Mereka mendengarkan
suara roda kereta yang berputar.
Tak
lama kemudian kereta berhenti dan seseorang melaporkan dari balik tirai. “Putri,
kita sudah tiba di gerbang ibukota.”
Pingting
dan Zuiju segera kembali sadar, mereka menatap Yaotian, sambil merasa khawatir
kalau-kalau Yaotian akan berubah pikiran.
Yaotian
berkata dengan pelan, “Kalian boleh pergi.”
Pingting
dan Zuiju berlutut padanya. “Terima kasih Putri.”
“Aku
yang seharusnya berterimakasih atas suratmu. Dengan ini, kau telah
menyelamatkan ribuan nyawa para penerus Yun Chang.” Yaotian terlihat sangat
lelah dan ia mengibaskan tangannya sambil berkata, “Pergilan. Aku berharap yang
terbaik untuk kalian, tanpa ada penderitaan lagi.”
Zuiju
mengenggam erat barang bawaan mereka dengan satu tangan, dan tangan yang
satunya lagi membantu Pingting turun dari kereta. Mereka berdua berdiri di
gerbang ibukota, menyaksikan kereta menghilang di kejauhan, perlahan, seperti
menghilang dari mimpi yang aneh.
Zuiju
menegadah dan melihat matahari diatas, lalu beralih menatap jalan lebar
berlumpur diluar gerbang ibukota. Suaranya penuh rasa tidak percaya ketika ia
berbisik, “Aku tidak percaya, Putri benar-benar membiarkan kita pergi bahkan
mengantarkan kita sampai ke gerbang ibukota.”
“Karena
ada begitu banyak orang di gerbang ibukota, artinya akan ada begitu banyak
orang yang bersedia memberi kesaksian, bahwa Pingting berjalan keluar dari
gerbang ibukota atas keinginannya sendiri.”
Zuiju
berhenti sebentar sebelum bertanya lagi, “Apa maksud Nona?” Otaknya lebih baik
dari kebanyakan orang dan ia dengan cepat mempertimbangkan beberapa hal. Jantungnya
mulai berdetak kencang dan ia menatap Pingting dengan rasa penuh ingin tahu.
Pinting
sepertinya sudah mencium bahaya juga. Tapi wajahnya tetap tenang, “Masih
terlalu cepat, belum saatnya untuk meninggalkan ibukota. Ayo kita lihat pasar
Yun Chang yang tadi kau katakan pada Putri.”
Untuk
keselamatan kehidupan kecil di dalam perutnya, ia harus sangat berhati-hati
lebih daripada orang lain.
--00--
Home
novel, translate, klasik, cina, chinese, terjemahan, Indonesia